Pages

JALMA MARA , JALMA MATI

Jagat iki ana, ana kang jaga !” aku isih eling marang kandhamu, tatkalane lemah dadi kawahing antarane suroboyo medion banjur krasa ana kang gosong ing batin batin panguripku, ngegirisi marang daya lantipkukaya gosonge areng klapa kang wus ilang wawakaya jasad kang limpad kelangan nyawa... .

KU INGIN BERSAMAMU

Aku ingin bersamamu tiap pagi meskipun aku tak pernah tahu dimana kamu Aku ingin bersamamu hingga senja datang meskipun ternyata malam telah larut.. Untuk bersamamu aku ingin kan semua.. Kepingan demi kepingan hati yang kau bawa serta bersamamu

Aku ingin pulang

Aku ingin pulang bersama kehidupan bersama bidadari surgawi berparas segar lalu menyaksikan lagi burung-burung dengan guraunya merangkai sarang bagi rumah aku ingin pulang ke rumah hatiku sebab seruan hidup di pintunya dimana pagarnya kembang lihatlah kupu-kupunya

PENANTIANKU

Sepoi angin menembus badan menyusup disela-sela rambut hitamku deru ombak berhantam menerka seakan tau isi hatiku yang gundah Mengapa kau pergi jauh ke sana meninggalkan untaian kenangan manis membiarkan diriku terselimut sepi hampa sendiri tanpa bayangmu lagi Mengapa ini semua terjadi kau biarkan linangan air mataku terjatuh menangisi dirimu yang berkelana pergi menilnggalkanku seorang diri

LELAYARAN ING KATRESNAN

kamangka sliramu wis ngentirake gegayuhanku mbaka sithik tumekaning gisiklelayaran ing katresnan nyabrangi reribed sadhengah wayah wani nglangkahi telenging pepeteng tanpa maelu sakabehing gubrahyagene praumu durung miwiti anggone nglari nakodaning ati sawise kelakon nggayuh sunare pituduh madhangi katresnan iki tumekaning subuh .

Tuesday, 15 February 2011

Berkatalah Pada Bibirku





Berkatalah untuk bibirku yang mau pecah
di tengah malam ini
sebab kurekam perubahan di sekitar
seperti suara angin runtuh
dan aku mencari dan bermimpi dalam rumah hatiku
seperti sebatang lilin yang mengekal dalam lenggok sunyinya
berkali-kali aku menyerumu dalam gemuruh badai

Berkatalah untuk bibirku yang gila meneriakkan namamu
setelah lari dari hidup siang yang mengeras
kembali berteman bulan serta bintang-bintang
dan aku menari dan bermimpi
hari-hari hanyalah cerita ulang dari kerinduan dan kecemasan
bintang-bintang luruh bagai kapas berpendar
lalu lepas, sedangkan tubuhku semakin demam

berkatalah untuk bibirku yang pecah ini
dan kembali kurusak susunan malam
dan kususun sebagai bulan yang cahayanya dipijarkan matahari

berkatalah lewat luruhan bintang
seperti erangan kecil di ranjang malam
di situ aku terus menari sunyi
dengan tubuh sebagai lilin membakar diri pelan-pelan
melelehkan derita dan air mata
sebelum habis malamku


madiun 15 02 2011
Rengga Bizmasaputra

MENELISIR ANGKA HOKKY

RABU   16  02  2011

ANGKA MAIN 
5728

KEPALA
9012

EKOR
5678

ANGKA JADI
95 .96 .97 .98
05 .06 .07 .08
15 .16 .17 .18
25 .26 .27 .28


ANGKA LEMAH
58 .08 .53 .03
64 .19 .69 .14
71 .21 .76 .26
89 .34 .84 .39
98 .48 .93 .43


       COLOK BEBAS

    5    &  7

PERCAYAKAN PADA PREDIKSI ANDA SENDIRI.............????

Bersandar Rindu






Dik, lihatlah titik hujan yang turun
dengan bising yang riuh rendah
beradu dengan genting rumah kita yang berlubang
dan tiang kayu yang rapuh...

Dik, lihatlah langit yang begitu gelap
tertutup awan berselambu
tak ada beda siang dan malam
menguaskan warna suram dalam hati kita

Dik, kenapa kau begitu takut ?
kilat yang datang tak akan menyentuhmu
hanya ada aku yang selalu menggenggam jemarimu
meneguhkan hatimu dengan kidung rinduku

Dik, tersenyumlah...
karena hujan akan segera reda
dan hangat cinta berbaur dengan risau jiwaku
yang gemetar memandang wajahmu..

Dik, sambutlah aku
dengan pelukan dan hangat kecupan
kita berdua di ujung cerita
duduk bersanding di tepi gelombang



Rengga Bizmasaputra
 
madiun  15  02   2011

KUMPULAN CERITA BIJAK








LOYALITAS


Seorang pemuda karyawan sebuah kantor sering mengeluhkan
tentang karirnya. Ia merasakan bahwa setiap kali bekerja, tidak
mendapatkan kepuasan. Karirnya sulit naik, Gaji yang didapat pun
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena itu ia pun sering
berpindah-pindah tempat kerja. Ia berharap, dengan cara itu ia bisa
memperoleh pekerjaan yang memberikannnya kepuasan, dari segi karir,
maupun gaji. Setelah sekian lama ia berganti pekerjaan, bukannya
kepuasan yang ia dapat, namun justru sering muncul penyesalan. Setiap
kali pindah pekerjaan, ia merasa menjumpai banyak kendala. Dan,
begitu seterusnya. Suatu ketika, pemuda itu berjumpa dengan kawan
lamanya. Kawan lama itu sudah menduduki posisi direktur muda di
sebuah perusahaan. Pemuda itu pun lantas bertanya, bagaimana caranya
si kawan bisa memperoleh kedudukan yang tinggi dengan waktu yang
relative cepat. "Kamu dekat dengan bosmu ya?" Tanya si pemuda
penasaran. Kawan lamanya itu hanya tersenyum. Ia tahu, si pemuda
curiga padanya bahwa posisi saat ini dikarenakan faktor koneksi.
"Memang, aku dekat dengan bos aku." Jawab kawan itu, "Tapi aku juga
dekat dengan semua orang di kantorku. Bahkan, sebenarnya aku
berhubungan dekat dengan semua orang, baik dari yang paling bawah
sampai paling atas. Kamu curiga ya? Aku bernepotisme karena bisa
menduduki posisi tinggi dalam waktu cepat?" Dengan malu, pemuda itu
segera meminta maaf, "Bukan itu maksud aku. Aku sebenarnya kagum
dengan kamu. Masih seusia aku, tapi punya prestasi yang luar biasa
sehingga bisa jadi direktur muda." Setelah menceritakan keadaannya
sendiri, si pemuda kembali bertanya, “Kawan, apa sih sebenarnya
rahasia sukses kamu?” Dengan tersenyum bijak si kawan menjawab,
"Aku tak punya rahasia apapun. Yang kulakukan adalah
mengaktualisasikan diriku atau fokus pada kekuatan yang aku punyai,
dan berusaha mengurangi kelemahan-kelemahan yang aku miliki. Itu
saja yang kulakukan. Mudahkan?" "Maksudmu bagaimana?" "Aku pun
sebenarnya pernah mengalami hal yang sama denganmu, merasa jenuh
dengan pekerjaan yang ada dan juga tak bisa naik jabatan. Namun,
suatu ketika, aku menemukan bahwa ternyata aku punya kemampuan
lebih di bidang pemasaran. Maka, aku pun mencoba untuk fokus di
bidang pemasaran. Aku menikmati bertemu dengan banyak orang. Selain
itu, aku pun mencoba terus belajar untuk mengusir kejenuhan pada
pekerjaan. Dan, inilah yang aku dapatkan....??

Disadur dari www.andriewongso.com


PEMATUNG

Alkisah, di pinggir sebuah kota, tinggal seorang seniman pematung
yang sangat terkenal di seantero negeri. Hasil karyanya yang halus,
indah, dan penuh penghayatan banyak menghiasi rumah-rumah
bangsawan dan orang-orang kaya di negeri itu. Bahkan, di dalam istana
kerajaan hingga taman umum milik pemerintah pun, dihiasi dengan
patung karya si seniman itu. Suatu hari, datang seorang pemuda yang
merasa berbakat memohon untuk menjadi muridnya. Karena niat dan
semangat si pemuda, dia diperbolehkan belajar padanya. Bahkan, ia juga
diijinkan untuk tinggal di rumah paman si pematung. Sejak hari itu,
mulailah dia belajar dengan tekun, mengukur ketepatan bahan adonan
semen, membuat rangka, cara menggerakkan jari-jari tangan, dan
mengenali setiap tekstur sesuai bentuk dan jenis benda yang akan dibuat
patung, dan berbagai kemampuan mematung lainnya. Setelah belajar
sekian lama, si murid merasa tidak puas. Sebab, menurutnya, hasil
patungnya belum bisa menyamai keindahan patung gurunya. Dia pun
kemudian menganalisa dengan seksama, lantas memutuskan meminjam
alat-alat yang biasa dipakai gurunya. Dia berpikir, rahasia kehebatan
sang guru pasti di alat-alat yang dipergunakan. “Guru, bolehkan saya
meminjam alat-alat yang biasa Guru pakai untuk mematung? Saya ingin
mencoba membuat patung dengan memakai alat-alat yang selalu dipakai
guru agar hasilnya bisa menyamai patung buatan Guru.” “Silakan pakai,
kamu tahu dimana alat-alat itu berada kan? Ambil saja dan pakailah,”
jawab sang guru sambil tersenyum. Selang beberapa hari, dengan wajah
lesu si murid mendatangi gurunya dan berkata, “Guru, saya sudah
berusaha dan berlatih dengan tekun sesuai petunjuk Guru, memakai alatalat
yang biasa dipakai Guru. Kenapa hasilnya tetap tidak sebagus
patung yang Guru buat?” “Anakku, gurumu ini belajar dan berlatih
membuat patung selama puluhan tahun. Mengamati obyek benda,
mencermati setiap gerak dan tekstur, kemudian berusaha
menuangkannya ke dalam karya seni dengan segenap hati dan seluruh
pikiran. Tidak terhitung berapa kali kegagalan yang telah dibuat, tapi
tidak pernah pula berhenti mematung hingga hari ini. Bukan alat-alat
bantu yang engkau pinjam itu yang kamu butuhkan untuk menjadi
seorang pematung handal, tetapi jiwa seni dan semangat untuk
menekuninya yang harus engkau punyai. Dengan begitu, lambat laun
engkau akan terlatih dan menjadi pematung yang baik.” “Terima kasih
Guru, saya berjanji akan terus berlatih, mohon Guru bersabar mengajari
saya.” Untuk menciptakan sebuah maha karya, tidak cukup hanya
mengandalkan talenta semata. Kita butuh proses belajar dan ketekunan
berlatih bertahun-tahun. Bahkan, meski dibantu alat-alat secanggih
apapun, hasil yang didapat sebenarnya sangat tergantung pada tangantangan
terampil dan terlatih yang menggerakkannya. Demikian pula
dalam kehidupan ini, jika ingin meraih prestasi yang gemilang, ada harga
yang harus kita bayar! Apapun bidang yang kita geluti, apapun talenta
yang kita miliki, kita membutuhkan waktu, fokus dan kesungguhan hati
dalam mewujudkannya hingga tercapai kesuksesan yang membanggakan!!!




SALAH PERSEPSI

Dikisahkan, di sebuah dusun tinggallah keluarga petani yang memiliki
seorang anak masih bayi. Keluarga itu memelihara seekor anjing yang
dipelihara sejak masih kecil. Anjing itu pandai, setia, dan rajin
membantu si petani. Dia bisa menjaga rumah bila majikannya pergi,
mengusir burung-burung di sawah dan menangkap tikus yang
berkeliaran di sekitar rumah mereka. Si petani dan istrinya sangat
menyayangi anjing tersebut. Suatu hari, si petani harus menjual hasil
panennya ke kota. Karena beban berat yang harus di bawanya, dia
meminta istrinya ikut serta untuk membantu, agar secepatnya
menyelesaikan penjualan dan sesegera mungkin pulang ke rumah. Si bayi
di tinggal tertidur lelap di ayunan dan dipercayakan di bawah penjagaan
anjing mereka. Menjelang malam setiba di dekat rumah, si anjing berlari
menyongsong kedatangan majikannya dengan menyalak keras berulang-
ulang, melompat-lompat dan berputar-putar, tidak seperti biasanya.
Suami istri itu pun heran dan merasa tidak tenang menyaksikan ulah si
anjing yang tidak biasa. Dan Betapa kagetnya mereka, setelah berhasil
menenangkan anjingnya…astaga, ternyata moncong si anjing
berlumuran darah segar. “Lihat pak! Moncong anjing kita berlumuran
darah! Pasti telah terjadi sesuatu pada anak kita!” teriak si ibu histeris,
ketakutan, dan mulai terisak menangis. “Ha…benar! Kurang ajar kau
anjing! Kau apakan anakku? Pasti telah kau makan!” si petani ikut
berteriak panik. Dengan penuh kemarahan, si petani spontan meraih
sebuah kayu dan secepat kilat memukuli si anjing itu dan mengenai
bagian kepalanya. Anjing itu terdiam sejenak. Tak lama dia menggelepar
kesakitan, memekik perlahan dan dari matanya tampak tetesan airmata,
sebelum kemudian ia terdiam untuk selamanya. Bergegas kedua suami
istri itu pun berlari masuk ke dalam rumah. Begitu tiba di kamar,
tampak anak mereka masih tertidur lelap di ayunan dengan damai.
Sedangkan di bawah ayunan tergeletak bangkai seekor ular besar dengan
darah berceceran bekas gigitan. Mereka pun segera sadar bahwa darah
yang menempel di moncong anjing tadi adalah darah ular yang hendak
memangsa anak mereka. Perasaan sesal segera mendera. Kesalahan fatal
telah mereka lakukan. Emosi kemarahan yang tidak terkendali telah
membunuh anjing setia yg mereka sayangi. Tentu, penyesalan mereka
tidak akan membuat anjing kesayangan itu hidup kembali. Sungguh
mengenaskan. Gara-gara emosi dan kemarahan yang membabi buta dari
ulah manusia, seekor anjing setia yang telah membantu dan membela
majikannya, harus mati secara tragis. Saya rasa demikian pula di
kehidupan ini. Begitu banyak permasalahan, pertikaian, perselisihan
bahkan peperangan, muncul dari emosi yang tidak terkontrol. Karena
itu, saya sangat setuju dengan kata-kata: ”Jangan mengambil keputusan
apapun disaat emosi sedang melanda.” Sebab, bila itu yang dilakukan,
bisa fatal akibatnya. Sungguh, kita butuh belajar dan melatih diri agar
disaat emosi, kita mampu mengendalikan diri secara sabar dan bijak.

Disadur dari www.andriewongso.com

OLEH : RENGGABIZMA SAPUTRA

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More