dan sebuah titik pertemuan
ketika malam masih bercumbu
dengan trotoar,
lampu-lampu jalan, genangan hujan.
Di sana tercipta kerinduan.
Terbingkai rapi
dalam emperan toko
dan lalu lalang kendaraan
dan buih-buih minuman
dan asap yang leleh senada kuhisap
ingatan tentang
kalimat-kalimat yang pernah kita perbincangkan.
Aku terduduk kemudian.
Mencari janji di sebuah titik pertemuan.
Menanti langkah yang seirama
datang dari arah yang berlawanan.
Kubaca lagi pesan singkatmu.
Dua lewat lima.
Trotoar itu masih sama.
Seperti jumpa kita yang pertama.
emperan toko
genangan hujan
lalu lalang kendaraan
dan malam yang serakah mencumbui semuanya.
Tapi sadarku masih sempat lari
dibawa pergi oleh lantang suara adzan.
Lalu tiba-tiba kulihat sosok itu dari sudut
menuju tepat ke titik pertemuan.
Aku kenal betul siapa
: sang penulis pesan.
Kusaksikan.
yang sama.
Yang pernah mecumbui kita berdua pula
dulu,di bawahnya.
Menunggu.
Hingga bayangannya hilang
jadi abu
di depan sepatuku.
Sambil membaca pesan singkatmu,
Aku tau pasti
tak ada yang berubah di titik pertemuan itu.
Hanya saja
aku tak pernah datang kembali kesana.
Aku tak pernah menemuimu untuk kedua kalinya.