Pages

JALMA MARA , JALMA MATI

Jagat iki ana, ana kang jaga !” aku isih eling marang kandhamu, tatkalane lemah dadi kawahing antarane suroboyo medion banjur krasa ana kang gosong ing batin batin panguripku, ngegirisi marang daya lantipkukaya gosonge areng klapa kang wus ilang wawakaya jasad kang limpad kelangan nyawa... .

Saturday, 9 May 2015

PANTAI PARANGKUSUMO, KANJENG IBU RATU KIDUL DAN PANEMBAHAN SENOPATI

AKHIR KEJAYAAN PAJANG Tahun 1584. Sesaat setelah Ki Ageng Pemanahan meninggal, Ki Juru Martani menghadap Sultan Hadiwijaya, untuk memilih siapa di antara enam putra pemanahan yang akan diangkat sebagai penerus kerajaan Mataram yang baru saja dikembangkan saat babad alas mentaok. Ki Ageng Pemanahan adalah keturunan Majapahit dari garis ayah dan keturunan Nabi Muhammad dari garis ibu. Sementara Ki Juru Martani adalah ipar dan penasehatnya. Sultan Hadiwijaya kemudian memilih Danang Sutawijaya, putra sulung Pemanahan dan diberi gelar Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panotogomo. Sementara Ki Juru Mertani diserahi tugas untuk menjadi penasehat Mataram...

Kisah SYEKH BELA BELU

Babad Demak menyebutkan bahwa setelah Majapahit runtuh karena serangan Demak, banyak putra-putri keturunan Brawijaya yang mengungsi menyelamatkan diri. Salah satunya ialah Raden Dhandhun, putra Prabu Brawijaya dari selir. Dalam usia yang masih terbilang muda, Raden Dhandhun terpisah dari keluarganya, keluar masuk hutan, mendaki gunung, menuruni jurang, terlunta-lunta tak jelas arah tujuannya. Hingga pada suatu ketika Raden Dhandhun tiba di Desa Mancingan, Yogyakarta. Pada waktu itu, di Mancingan ada seorang pendeta Budha (Hindu?) yang sangat mumpuni ilmu agamanya dan bernama Kyai Selaening. Oleh sang pendeta, Raden Dhandhun diganti namanya...

Pages 371234 »
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More