Puisi Cinta
Sambil nyeruput kopi panas kunikmati sepotong puisi buatan kamumasih berasa hangat dan basah bekas ciuman di tiap hurupnya.
Puisi menjelma bunga ketika kupetik setangkai bait untuk kutanam di dada
menjelma cahaya ketika aku gelap memahami maknanya
menjelma getar ketika kunyanyikan sebagai rindu
menjelma bara ketika kusesap aroma nafasmu.
Di depanku kamu masih berdiri. Molek tubuhmu tak berhenti menatapku
Aduh kamu, betapa indah puisi yang kausimpan di sudut-sudut lekukmu.
Tatapan apakah yang kamu rahasiakan di matamu,
………………aku membaca tak habis-habisnya terkesima
Ciuman apakah yang kamu rahasiakan di bibirmu yang merah,
………………aku mengecup tak habis-habisnya gairah
Bisik apakah yang kamu rahasiakan di telingamu,
………………tak bosan-bosannya kudesahkan rayu
Debar apakah yang kamu rahasiakan di hatimu,
………………aku menerjemahkan sampai membuka-buka dada.
“Aku adalah puisi yang kamu tulis,” kamu tak berhenti menatapku.