Sepertiga bintang
Dan seperempat rembulan
Aku menunggu
entah dari mana arahnya
Semakin lama semakin jelas
Memanggil-manggil namaku
suara itu tak asing bagiku
Hati dan pikiran tak sejalan
Ingin pergi namun hati melarangku
tatapan mataku menikam
Membunuh siapa saja yg terlihat
Entah dari mana aku memulainya
Air mata mulai menetes
Membasahi kelopak mata
hingga meluber sampai ke pipi
Seribu tanda tanya di hati
Ada apa ini?
Ternyata batinku yg tersakiti
Aku tertunduk diam,
Mencoba bicara dengan hati,
Mengapa batinku sampai tersakiti??
Mencoba menyukai apa yg ku benci,
dan membenci apa yg ku sukai..
Disitu batinku bertarung dengan egoku..
Tidak lagi mengikuti hawa napsu ku,
Tidak lagi menuruti apa inginku,
Namun mengutamakan apa kebutuhanku,
Memprioritaskan apa semua keperluanku..
Karena saat ini adalah langkah awal untuk di masa akan datang,
Dan kesulitan saat ini adalah jalan kebahagian di akan datang,
Bukan lagi tentang cinta,
Atau wanita..
Yang singgah sejenak kemudian pergi lagi..
Yang mampu menghidupkan namun juga mematikan..
Pernah ku ditawarkan madu
Lalu ku minum,
namun setelah madu habis,
Ku di beri racun
Manis sungguh di awal
Namun pahit keperpanjangan
hampir saja membunuhku
Mematikan akal sehatku
Namun dia disana tertawa
Puas melihatku hampir gila
Hanya karena cintanya
Tidak !! Kini telah ku buang semuannya..
{===Arie Satria Pratama===}