Pages

JALMA MARA , JALMA MATI

Jagat iki ana, ana kang jaga !” aku isih eling marang kandhamu, tatkalane lemah dadi kawahing antarane suroboyo medion banjur krasa ana kang gosong ing batin batin panguripku, ngegirisi marang daya lantipkukaya gosonge areng klapa kang wus ilang wawakaya jasad kang limpad kelangan nyawa... .

KU INGIN BERSAMAMU

Aku ingin bersamamu tiap pagi meskipun aku tak pernah tahu dimana kamu Aku ingin bersamamu hingga senja datang meskipun ternyata malam telah larut.. Untuk bersamamu aku ingin kan semua.. Kepingan demi kepingan hati yang kau bawa serta bersamamu

Aku ingin pulang

Aku ingin pulang bersama kehidupan bersama bidadari surgawi berparas segar lalu menyaksikan lagi burung-burung dengan guraunya merangkai sarang bagi rumah aku ingin pulang ke rumah hatiku sebab seruan hidup di pintunya dimana pagarnya kembang lihatlah kupu-kupunya

PENANTIANKU

Sepoi angin menembus badan menyusup disela-sela rambut hitamku deru ombak berhantam menerka seakan tau isi hatiku yang gundah Mengapa kau pergi jauh ke sana meninggalkan untaian kenangan manis membiarkan diriku terselimut sepi hampa sendiri tanpa bayangmu lagi Mengapa ini semua terjadi kau biarkan linangan air mataku terjatuh menangisi dirimu yang berkelana pergi menilnggalkanku seorang diri

LELAYARAN ING KATRESNAN

kamangka sliramu wis ngentirake gegayuhanku mbaka sithik tumekaning gisiklelayaran ing katresnan nyabrangi reribed sadhengah wayah wani nglangkahi telenging pepeteng tanpa maelu sakabehing gubrahyagene praumu durung miwiti anggone nglari nakodaning ati sawise kelakon nggayuh sunare pituduh madhangi katresnan iki tumekaning subuh .

Wednesday, 23 November 2011

Selamat Pagi, Putri ( Andrie Wongso )

Suatu ketika di sebuah rumah, seorang ibu sering kali merasa kewalahan menasehati putri semata wayangnya. Putri memiliki beberapa kebiasaan jelek. Bila melakukan kesalahan, dia pandai berkilah dan tak jarang selalu mencoba menyalahkan pihak lain sebagai penyebabnya. Kebiasaan jelek lainnya adalah suka meletakkan barang-barang sembarangan. Maka, ketika membutuhkan barang tersebut, Putri akan berteriak-teriak sambil memporakporandakan benda apa saja untuk menemukan barang yang dicari. Selain itu, karena hasil ujian sekolahnya kurang bagus, bila diingatkan untuk belajar, dia akan bersungut-sungut sambil mengomentari bahwa ulangan jelek adalah biasa. Bahkan, ia selalu beralasan, "Teman yang lain ulangannya juga ada yang jelek, bukan hanya aku."

Setiap kali Putri melakukan kesalahan, sang ibu berusaha memberitahu dan menasihati. Tapi, bukannya mendengar dan mencoba berubah, Putri malah sering menunjukkan perasaan jengkel, sebal, dan marah-marah tak karuan. Tak jarang ia juga berani membantah sambil berkata, "Uuh, ibu cerewet. Benar-benar nggak sayang sama aku. Aku kan sudah besar, kenapa masih diomelin melulu setiap aku melakukan kesalahan? Padahal, salah itu kan biasa. Belum lagi tugas membersihkan rumah tiap sore, kapan dong waktu untuk main?"


Beberapa hari ini, Putri tidak mau menyapa ibunya. "Untuk apa bicara sama ibu kalau hanya menjadi sumber pertengkaran?" Itu yang ada dalam benak Putri. Sang ibu yang bijaksana hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat tingkah anaknya.


Ketika menjelang hari Minggu, Putri berencana pergi bersepeda pagi-pagi bersama dengan teman-temannya. Tetapi Putri tahu, ia tidak akan pernah bisa bangun sepagi itu. Mau tidak mau, ia harus minta bantuan sang ibu membangunkannya. Sebab, hari Minggu ini Putri hanya berdua dengan ibu di rumah karena ayah sedang tugas ke luar kota. Tapi, Putri masih merasa jengkel dengan ibunya dan belum mau menyapa ibunya. "Ihhh... maaf ya. Belum saatnya menyapa ibu, hati ini masih jengkel," batin Putri.


Akhirnya, Putri mendapat sebuah ide. Malam hari menjelang tidur, putri menulis pesan pada secarik kertas dan meletakkannya di meja kamar tidur ibunya. "Ibu, besok Putri akan pergi bersepeda bersama dengan teman-teman. Tolong bangunkan jam setengah enam pagi ya," tulis Putri dalam kertas itu. Setelah menulis di kertas, dia berangkat tidur dengan nyenyak.


Keesokan hari, saat terbangun, Putri terkejut melihat jam di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan ia pun ditinggal teman-temannya. Ia membatin, betapa jahat ibunya. Putri merasa ibunya tidak menyayanginya, sebab, ia merasa sudah minta tolong kepada ibu untuk membangunkannya lebih pagi.


Saat marah-marah, mata Putri tertuju pada secarik kertas di atas meja kamarnya. Ia segera membaca tulisan itu. "Selamat pagi Putri, ayo bangun! Ini sudah jam setengah enam pagi. Tertanda: ibu." Putri pun tersadar dan merasa malu terhadap dirinya sendiri. Ia berjanji, tidak akan mengulangi lagi kesalahan dan akan lebih menghormati ibunya.




Netter yang budiman,

Ada pepatah bijak mengatakan surga ada di bawah telapak kaki ibu. Sebab, dari rahimnyalah kita dilahirkan. Sembilan bulan lebih ibu membawa kita dalam kandungannya tanpa keluhan dan tanpa harap balasan. Namun, seringkali kita justru berbuat yang kurang berkenan kepada ibu.

Kadang, saat ibu menasihati, kita merasa ibu sok tahu. Kalau ibu sudah capek-capek memasak makanan untuk kita, tanpa rasa bersalah kita sisakan banyak makanan di piring. Kalau ibu menyapa dan bertanya siapa kekasih kita, kadang kita jawab agar ibu jangan suka ikut campur. Padahal, sadarkah betapa besar kasih dan kepedulian seorang ibu bagi kita? Untuk itu kita perlu menyadari bahwa dalam setiap sapaan ibu, dan bahkan saat beliau marah, itu adalah wujud kasih sayang yang terbesar bagi kita.


Pepatah menyebutkan, kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah. Di lubuk hati seorang ibu, selalu tersedia maaf bagi kesalahan yang diperbuat putra putrinya, sengaja ataupun tidak. Karena itu, sudah sepantasnya kita sebagai anak harus menunjukkan bakti kita kepada ibu meski ia tak pernah mengharap balasan apapun. Jadi, sudahkah kita berbuat sesuatu untuk ibu kita? Atau, minimal, sudahkan kita ucapkan terima kasih dan cinta kepada ibu kita hari ini? 



Sumber : http://m.andriewongso.com/artikel/

====Doa untuk Putraku====

Tuhanku...

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.
Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap jujur dan rendah hati dalam kemenangan.
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Tuhanku...

 

Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.
Biarkan puteraku belajar untuktetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.
Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah
namun tak pernah melupakan masa lampau.
Dan, setelah semua menjadi miliknya...
Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh
namun tetap mampu menikmati hidupnya.

Tuhanku...

 

Berilah ia kerendahan hati...
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia."



 
Do"a Kenangan Pada  Perang Dunia Ke 2 ( Dua )
( Puisi yang ditulis oleh Jenderal Douglas McArthur )

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More