Pages

Thursday, 10 March 2011

Manusia Listrik

Sesungguhnya manusia dan hewan lain memang membangkitkan sejumlah kecil arus listrik untuk membuat tubuhnya berfungsi. Tanpa arus listrik ini tubuh kita akan mati. Sel syaraf otak kita memakai arus listrik untuk mengirim informasi ke bagian tubuh kita yang lain. Tubuh kita memancarkan medan listrik dan magnet yang sangat kecil karena adanya ion tubuh. Mungkin seseorang dengan medan listrik yang kuat dapat mengganggu peralatan listrik di sekitarnya. Namun ada masalahnya.

Masalah utama mengapa klaim manusia mampu menghasilkan listrik adalah jumlah listrik untuk dapat menghasilkan medan elektromagnet yang mampu menyalakan lampu dan menyebabkan efek elektronik akan lebih besar daripada jumlah listrik yang dapat membakar sel tubuh. Katakanlah bila sumber listrik di tangan, otomatis tangan orang tersebut akan hangus terbakar sebelum ia dapat menyalakan lampu dalam genggamannya.

Hal ini karena listrik adalah energi dan semakin besar energi melewati tubuh dari semestinya. Karena tubuh manusia bukanlah konduktor sempurna. Bagian yang bukan konduktor akan memberikan hambatan yang besar. Hasilnya energi listrik yang seharusnya diteruskan, sebagian berubah menjadi energi panas dan membakar. Itu mengapa orang yang tersetrum mirip dengan orang yang terpanggang.

Jadi untuk dapat menghasilkan energi listrik dari tubuhnya, seseorang harus memiliki kulit dan anggota tubuh yang hambatannya rendah. Sedemikian rendah hingga listrik yang dihasilkannya dapat langsung keluar tubuh tanpa mencederai dirinya sendiri.
Listrik dapat muncul karena beda potensial. Ambil contoh baterai. Ia menyimpan beda potensial. Ada kutub positif dan ada kutub negatif. Baterai dapat menghasilkan listrik bila kutub positif dihubungkan ke kutub negatif oleh kabel. Di antara kabel tersebut dipasang alat pengguna listrik, katakanlah bola lampu. Dengan demikian listrik yang mengalir dari kutub positif ke negatif dapat diambil sebagian energinya untuk menjadi cahaya di tengah jalan.
Bila ada manusia listrik, ia harus memakai prinsip yang sama dengan hal ini. Ada dua kemungkinan, pertama, ia menjadi kutub negatif sekaligus positif. Kedua, ia hanya menjadi salah satu kutub, sementara yang lain menjadi kutub pasangannya.

Kasus pertama : Manusia dua kutub
Ini berarti manusia tersebut berperan sebagai baterai (atau generator) sepenuhnya. Bila ia memegang lampu, maka entah bagaimana ada rangkaian tertutup yang mengalirkan arus dan kembali ke tubuhnya dan menyalakan lampu. Hal ini selalu terjadi di dalam tubuh kita, dalam bentuk rangkaian listrik syaraf. Sayangnya tidak ada mekanisme yang mungkin untuk mengeluarkan listrik ini untuk dimanfaatkan buat menyalakan lampu misalnya.
Walau tidak ada pada manusia, hewan seperti belut listrik memilikinya. Pari Torpedo nobiliana dari Atlantik utara dan belut listrik Electrophorus dari Amazon, dapat menghasilkan arus listrik yang cukup untuk membuat mangsanya tersetrum. Sebagai contoh, pari torpedo mampu mengeluarkan arus 50 Ampere dengan tegangan 60 volt. Ia dulu dipakai untuk pengobatan sakit kepala dengan meletakkan sengat pari di kepala. Para pemburu yang sudah tahu tidak berani memegangnya dengan tangan kosong atau dengan besi.

Bila ikan ini ingin melepaskan listrik, sebuah sinyal syaraf mengubah selaput selnya sehingga ia dapat melewatkan ion natrium, dan kemudian perbedaan potensial listrik mendadak terjadi dan partikel bermuatan pun mengalir. Perbedaan potensial ini kecil dan arusnya juga kecil. Tapi ikan ini memiliki beberapa ribu elektroplaq yang terhubung seri sehingga potensial total dan arus totalnya menjadi besar. Keberadaan elektroplaq inilah yang tidak dimiliki manusia.


Arus listrik ke luar dari tubuhnya menuju korban, katakanlah, tangan seorang pemburu. Arus listrik tersebut kemudian kembali, setelah melewati tubuh sang korban menuju tubuh ikan lagi untuk melengkapi satu rangkaian listrik. Kedua kutub ini ada di tubuh sang ikan. Bila ikan pari torpedo tidak memiliki salah satu kutub, maka nasibnya akan seperti dalam kasus kedua berikut.

Kasus kedua: Manusia satu kutub
Ia bisa menjadi manusia bermuatan positif atau bermuatan negatif. Kita sering melakukan hal ini secara sementara. Namanya listrik statis. Misalkan kita bermuatan positif dan sebuah benda bermuatan negatif, akan terjadi lompatan elektron ke arah kita. Ini bukannya hal yang bagus, karena dapat menyebabkan setruman. Setruman ini disebabkan terangsangnya syaraf saat arus mengalir ke sekujur tubuh. Energi yang tersimpan sebagai listrik statis ini tergantung pada ukuran benda dan kapasitansinya, tegangannya, serta tetapan dielektrik medium sekitar. Jika manusia dianggap kapasitor, maka manusia mewakili kapasitor 100 pikofarad, yang dimuati oleh tegangan 4 ribu hingga 35 ribu volt. Saat menyentuh sebuah benda, energi ini terlepaskan kurang dari satu persejuta detik. Energi totalnya sangat kecil, dalam orde perseribu joule, tapi ia masih dapat merusak peralatan elektronik yang sensitif. Benda lebih besar menyimpan lebih banyak energi, yang dapat berbahaya dan bahkan mematikan, apalagi bila percikannya memicu gas atau bubuk yang dapat meledak.
Secara normal, manusia bermuatan netral. Kalaupun ada perbedaan muatan, biasanya hanya terletak di satu titik kecil, seperti ujung jari. Elektron melompat dari ujung jari ke benda bermuatan positif, bila ujung jari ini bermuatan negatif. Ia melompat dari benda bermuatan negatif ke jari, bila jari bermuatan positif. Hasilnya adalah sensasi setruman kecil. Saya rasa banyak orang yang pernah merasakannya.

Walau begitu, tidak menutup kemungkinan kalau ada orang yang memiliki banyak titik bermuatan di tubuhnya sekaligus. Orang ini disebut manusia listrik. Dan ini bukan sebuah keuntungan. Ia sangat sensitif terhadap perbedaan muatan. Akibatnya ia sering tersengat listrik statis, misalnya saat ia menyentuh logam dingin di udara yang kering. Mereka bahkan tidak boleh terlalu emosional atau apapun yang dapat meningkatkan
 kekuatan listrik di otak.

Jadi, apa yang diramalkan sains tentang manusia listrik bukanlah superhero, tapi justru gangguan kesehatan yang berbahaya. Seperti yang kita tahu, alam membentuk manusia seperti biasa. Alam tidaklah dirancang dengan cerdas, kebetulan tertentu dapat membuat orang menjadi cacat saat lahir. Dan kebetulan yang sama dapat berperan dalam evolusi manusia. Cacat atau normal adalah kriteria subjektif manusia. Jika lingkungan (seleksi alam) mendukung kecacatan sebagai sebuah keuntungan keberlangsungan hidup, ia akan terwariskan dalam populasi. Inilah dasar-dasar evolusi. Sayangnya, kemampuan listrik tampaknya bukan sesuatu yang menguntungkan bagi kita. Bagi belut listrik atau kunang-kunang hal tersebut menguntungkan. Tapi kita tidak tahu masa depan seperti apa.

Sumber : http://www.faktailmiah.com

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More