Pages

Monday, 7 March 2011

Kalimantan ( Barat )

Pariwisata di provinsi Kalimantan Barat
Sejarah
Pada zaman Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibukota wilayah administratif Gouvernement Borneo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu diantaranya adalah Residentie Waterafdeling Van Borneo dengan ibukota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.

Tahun baru 1 Januari 1957 benar-benar merupakan babak baru dalam perjalanan sejarah Kalimantan Barat. Pada tanggal tersebut Kalimantan Barat resmi menjadi propinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan.

Kelahiran propinsi ini berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 yang dikeluarkan pada tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua propinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua propinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

Pariwisata
Kalimantan Barat sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) ke-19 mempunyai ojek-objek wisata yang menarik antara lain:
>Tugu Khatulistiwa, terletak sekitar 5 km dari pusat kota Pontianak menuju arah kota Mempawah.
>Keraton Kadariah dan Museum Negeri di kota Pontianak.
>Pantai Kijing , terletak kurang lebih 18 km dari kota mempawah dan Makam Juang Mandordi ibukota        kecamatan Mandor adalah makam putra-putra daerah terbaik Bangsa Indonesia asal Kalimantan Barat korban keganasan penjajahan Jepang.
>Rumah Betang ( Panjang), di desa saham, kec. Pahauman Kabupaten Dati II Pontianak.
>Pantai Pasir Panjang, dan tempat peristirahatan Gunung Poteng di Kabupaten Sambas.
>Keraton Sambas, di Kota Sambas.
>Air Terjun Samboja dan Batu Bertulis, di desa Parit Kec. Nanga Mahap Kabupaten Sanggau.
>Hutan Lindung Baning dan Bukit Kelam, di Kabupaten Sitang.
>Rumah Betang (Panjang ) Melapi, di Kabupaten Kapuas Hulu.
>Wisat Alam Gunung Palong, di Kabupaten Ketapang.
>Pantai Sungai Kinjil dan Tanjung Batu, di Kabupaten Ketapang.

Tugu Khatulistiwa di Pontianak 
Tugu Khatulistiwa berada kurang lebih 5 km dari kota Pontianak ke arah utara menuju kota singkawang. Saya bersama beberapa teman mengendarai mobil sampai di sana sekitar setengah jam,karena jalanan yang kecil dan padat.
Tugu tersebut ada 2 buah, yang asli dan yang replika. Yang asli terdapat di dalam gedung museum dan yang replika berada di atas gedung museum. Untuk masuk ke dalam museum tidak dipungut biaya.
Sejarah mengenai pembangunan tugu ini dapat dibaca pada catatan yang terdapat didalam gedung. Di situ juga ada foto kondisi Tugu Khatulistiwa pada jaman dulu. Berikut saya kutip dari Wikipedia, tentang sejarah dari Tugu Khatulistiwa tersebut.

Berdasarkan catatan yang diperoleh pada tahun 1941 dari V. en. W oleh Opzichter Wiese dikutip dari Bijdragen tot de geographie dari Chef Van den topographischen dienst in Nederlandsch- Indië : Den 31 sten Maart 1928 telah datang di Pontianak satu ekspedisi Internasional yang dipimpin oleh seorang ahli Geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan titik/tonggak garis equator di kota Pontianak dengan konstruksi sebagai berikut :

Tugu pertama dibangun tahun 1928 berbentuk tonggak dengan anak panah.
Tahun 1930 disempurnakan, berbentuk tonggak dengan lingkarang dan anak panah.
Tahun 1938 dibangun kembali dengan penyempurnaan oleh opzicter / architech Silaban. Tugu asli tersebut dapat dilihat pada bagian dalam.
Tahun tahun 1990, kembali Tugu Khatulistiwa tersebut direnovasi dengan pembuatan kubah untuk melindungi tugu asli serta pembuatan duplikat tugu dengan ukuran lima kali lebih besar dari tugu yang aslinya. Peresmiannya pada tanggal 21 September 1991.
Bangunan tugu terdiri dari 4 buah tonggak kayu belian (kayu besi), masing-masing berdiameter 0,30 meter, dengan ketinggian tonggak bagian depan sebanyak dua buah setinggi 3,05 meter dan tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah setinggi 4,40 meter.

Diameter lingkaran yang ditengahnya terdapat tulisan EVENAAR sepanjang 2,11 meter. Panjang penunjuk arah 2,15 meter.
Tulisan plat di bawah anak panah tertera 109o 20' OLvGr menunjukkan letak berdirinya tugu khatulistiwa pada garis Bujur Timur.
Pada bulan Maret 2005, Tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan koreksi untuk menentukan lokasi titik nol garis khatulistiwa di Kota Pontianak. Koreksi dilakukan dengan menggunakan gabungan metoda terestrial dan ekstraterestrial yaitu menggunakan global positioning system (GPS) dan stake-out [titik nol garis khatulistiwa dikoreksi]

Hasil pengukuran oleh tim BPPT, menunjukkan, posisi tepat Tugu Khatulistiwa saat ini berada pada 0 derajat, 0 menit, 3,809 detik lintang utara; dan, 109 derajat, 19 menit, 19,9 detik bujur timur


Sementara, posisi 0 derajat, 0 menit dan 0 detik ternyata melewati taman atau tepatnya 117 meter ke arah Sungai Kapuas dari arah tugu saat ini. Di tempat itulah kini dibangun patok baru yang masih terbuat dari pipa PVC dan belahan garis barat-timur ditandai dengan tali rafia.

Mengenai posisi yang tertera dalam tugu (0 derajat, 0 menit dan 0 detik lintang, 109 derajat 20 menit, 0 detik bujur timur), berdasarkan hasil pelacakan tim BPPT, titik itu terletak 1,2 km dari Tugu Khatulistiwa, tepatnya di belakang sebuah rumah di Jl Sungai Selamat, kelurahan Siantan Hilir.
Peristiwa penting dan menakjubkan di sekitar Tugu Khatulistiwa adalah saat terjadinya titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam ketika Matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada diatas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda dipermukaan bumi. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan "menghilang" beberapa detik saat diterpa sinar Matahari. Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain disekitar tugu.
Peristiwa titik kulminasi Matahari itu terjadi setahun dua kali, yakni antara tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September. Peristiwa alam ini menjadi event tahunan kota Pontianak yang menarik kedatangan wisatawan.

Keraton Kadariyah di Pontianak

Keraton Kadariyah merupakan istana kerajaan Pontianak yang terletak di Kampung Dalam Bugis, Pontianak Timur. Di dalam bangunan tersebut dapat ditemui peninggalan-peninggalan kerajaan seperti kursi singgasana, pakaian, cermin pecah seribu, meja giok, keris, meriam dan sebagainnya.
Keraton terbesar di Kalimantan Barat ini terbuat dari kayu belian dan dibangun oleh pendiri kota Pontianak, Sultan Syarif Abdurrahman pada 1771, bangunan tua yang cukup megah ini dilapisi cat kuning yang melambangkan kebesaran kerajaan Melayu.
 
Pantai kijing 
Begitu banyak objek wisata yang di sediakan oleh alam kita umumnya Indonesia dan kali ini saya ingin memberikan sedikit informasi mengenai wisata yang tersedia di Kalimantan Barat yaitu Pantai Kijing yang merupakan pantai yang indah, terletak 18 kilometer dari kota Mempawah. Di pantai ini tersedia fasilitas kantin, kolam renang, musholla, wihara, taman dan panggung pertunjukan. Panggung pertunjukan menampilkan berbagai acara hiburan pada akhir pekan dan hari-hari libur lainnya. Lokasi pantai Kijing dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat.



Tapi sayang juga, objek wisata yang indah begini belum dirawat oleh pemda. Semoga saja pemda setempat lebih bijaksana dalam menangani masalah ini dan bisa lebih memperindah objek wisata ini.
   
Kota  Sambas
Kalimantan Barat merupakan barometernya objek wisata di pulau Borneo. Masyarakat yang tinggal di tanah Kalimantan Barat ini datang dari berbagai latar budaya yang berbeda-beda. Mereka hidup berdampingan mesra di Borneo Barat, tentunya menjadi sebuah budaya egaliter yang bisa di tampilkan pada ranah pariwisata yang bisa mendatangkan pemasukan daerah.
Membicarakan pariwisata di Kalimantan Barat, datanglah ke kota Sambas. Sebuah kota tua yang dibangun dari perpaduan unsur budaya lokal, dan budaya pendatang yang digabungkan dengan elemen modern tanpa meninggalkan lokalitas khas Borneo. Secara geografis kota Sambas merupakan kota eksotis yang dibelah oleh sungai Sambas yang merupakan sungai terbesar di Kalimantan Barat. Sungai merupakan salah satu urat nadi kehidupan masyarakat di sana.
Kabupaten Sambas berjarak sekitar 225 kilometer ke arah utara ibu kota Kalimantan Barat. Dari Pontianak, pengunjung dapat naik bus sampai Sambas dengan waktu tempuh sekitar lima jam.

Objek Wisata Kota Sambas
• Keraton Sambas

Kota ini dibilang sebagai kota budaya. Iya, di kota ini terdapat keraton Sambas, tepatnya Keraton Al-watzikhobillah Sambas yang menurut catatan sejarah didirikan oleh Sultan Muhammad Syafi’uddin I. Usia kerajaan ini sudah melampaui 3 abad.
Dahulu Kerajaan Sambas adalah pusat pemerintahan di Kalimantan Barat yang dipimpin oleh seorang sultan. Namun sekarang ini Kerajaan Sambas adalah sebagai simbol dari penjaga kebudayaan Sambas. Sedangkan pemerintahaan digeser ke pemerintahaan daerah. Nah Kerajaan Sambas dijadikan sebagai objek wisata kultural dan cagar budaya kota Sambas yang dilindungi dan dijaga kelestariaanya.
• Masjid Keraton

Kota Sambas Letak masjid Keraton Sambas berada satu lokasi dengan bangunan keraton. Masjid Keraton merupakan saksi bisu kebesaran Islam yang sudah lama masuk ke Kalimantan dan dipeluk oleh Sultan Sambas beserta kerabatnya dan sebagian besar masyarakat Sambas.
Masjid Sambas dibangun pada masa pemerintahaan Sultan Muhammad Syafiuddin II. Konon usia masjid ini lebih dari 150 tahun. Walaupun terbilang masjid tua, tapi masih berdiri kokoh dan ornamen hiasannya masih asli terjaga. Biasanya banyak wisatawan yang mengunjungi masjid ini setelah berkunjung ke Istana Sambas. Banyak wisatawan yang menyempatkan menunaikan sholat di masjid ini, untuk mencari pencerahan batin dan spiritual.
Benda-benda yang masih bisa disaksikan di masjid keraton Sambas adalah mimbar kuno yang terbuat dari ukiran kayu merah, dan konon dibuat di Palembang dan merupakan benda persembehaan dari nelayan Palembang sebagai ucapan terima kasih kepada Sultan Muhammad Syaifiuddin II.
Benda kuno lainnya adalah bejana besar tempat menampung air wudlu. Sampai sekarang masih terawat baik. Bejana besar ini terbuat dari perunggu. Bejana ini merupakan pemberian dari Sultan Brunai Darussalam. Ini membuktikan bahwa kerjasama antara kerajaan di Borneo cukup erat.

• Pantai Tanjung Batu Kota

Kota Sambas selain kota budaya juga menyimpan pantai yang eksotis, namanya Pantai Tanjung Batu. Pantai ini berhadapan langsung dengan lautan china selatan. Karakter pantai yang berpasir lembut dengan tipografi pantai yang dihiasi oleh tepian bukit dan bebatuan yang terjal. inilah ciri khas dari Pantai Tanjung Batu.
Lokasi pantai ini berada di 57 km dari kota Sambas, tepatnya di kecamatan Pemangkat. Datanglah pada hari minggu pagi, Anda akan disajikan mentari pagi yang keluar dari horizon lautan China selatan.

• Jeruk Sambas
Kota Sambas terkenal dengan jeruknya yang tersohor manisnya. Kualitas jeruk sambas sudah diakui oleh pasar Internasional. Ciri dari jeruk sambas adalah kulitnya yang hijau mengkilap, warna dagingnya orange cerah dan rasanya yang manis, dan kaya akan airnya. Harga jeruk pun tak begitu mahal. Bahkan kalau Anda beli pas masa panen, harganya akan murah banget. Selamat berpetualang ke Kota Sambas, carilah pengalaman yang luar biasa asyik di barat Pulau Borneo.

Di kalimantan barat ini juga masih banyak tempat tempat wisata maupun tempat tempat bersejarah yang belum di data oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  Provinsi Kalimantan Barat.................???

Dari berbagai sumber

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More