Di ranah rahang rahasia rinduku abadi
sampai runtuh seluruh sepi
Rinduku adalah kehadiran matahari
mengerti rinduku di relung puisi
di dadaku guntur dan guruh kerinduan masih mengeram
hujan selalu mengingatkanku pada laut
yang membuatku menggelora pada sungai
yang memperdengarkan jerit air pada muara
setelah lepas dari sumber
Air tak pernah lagi mendengar gemercik
yang dulu selalu dimainkannya
maka aku tak paham kenapa
kita bertemu di muara itu
meski laut selalu bergolak
Jangan tinggalkan aku!
Jangan tinggalkan aku!
Hujan belum reda
di dadaku guntur dan guruh masih mengeram
kaulah mata air rinduku
ricik-ricik pecah di dasar malam
memainkan sunyi hatiku di kedalaman batu
Kaulah mata air cintaku
butir-butir lepas dari gemuruh diam
melontarkan rindu sepi pada biru sajakku
Kaulah mata air gelisahku
dingin mengendap di bukit-bukit karang
menggerakkan laut ke dalam tidurku
Kaulah mata air, air mataku
menghangatkan dingin dalam subuhku
mengucapkan gelisah laut karena doaku tak lagi biru
Masih adakah rasa yang dulu itu di dadamu
Masih adakah rasa rindu di hatimu
Masih adakah gejolak asmara
yang tak pernah berhenti di pikiranmu
Masih adakah hangatnya kecupan bibirmu
Masih adakah harum wewangian di lehermu
Masih adakah kata dan bisik menggoda di lidahmu
Masih adakah belaian dan usapmu
yang sarat kasih sayang di jemari tanganmu
Masih adakah pujian dan sanjungan buatku di matamu
Masih adakah cinta kasih yang sejuk itu di dirimu
dalam gelap aku menangisi kesepianku
tak bersuara tak bergerak
dalam gelap aku mengeluh dan bersyukur
sebagai doa pagiku
Dalam gelap aku rindu mengusap rambutmu
dengan sedih dan sayang
Madiun 02 2011
EENG SAPUTRA
0 comments:
Post a Comment