Pages

Senin, 11 Mei 2015

Sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian

Sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian

Perintis, pelopor dan pembuka pertama penyiaran serta pengembangan Islam di Pulau Jawa adalah para ulama/mubaligh yang berjumlah sembilan, yang populer dengan sebuatan Wali Songo. Atas perjuangan mereka, berhasil mendirikan sebuah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berpusat di Demak, Jawa Tengah.

Para ulama yang sembilan dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam di tanah Jawa yang mayoritas penduduknya beragama Hindu dan Budha mendapat kesulitan dalam membuang adat istiadat upacara keagamaan lama bagi mereka yang telah masuk Islam.

Para ulama yang sembilan (Wali Songo) dalam menangguangi masalah adat istiadat lama bagi mereka yang telah masuk Islam terbagi menjadi dua aliran yaitu ALIRAN GIRI dan ALIRAN TUBAN.

ALIRAN GIRI adalah suatu aliran yang dipimpin oleh Raden Paku (Sunan Giri) dengan para pendukung Raden Rahmat (Sunan Ampel), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan lain-lain.
Aliran ini dalam masalah ibadah sama sekali tidak mengenal kompromi dengan ajaran Budha, Hindu, keyakinan animisme dan dinamisme. Orang yang dengan suka rela masuk Islam lewat aliran ini, harus mau membuang jauh-jauh segala adat istiadat lama yang bertentangan dengan syari'at Islam tanpa reserve. Karena murninya aliran dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam, maka aliran ini disebut ISLAM PUTIH.


Adapun ALIRAN TUBAN adalah suatu aliran yang dipimpin oleh R.M. Syahid (Sunan Kalijaga) yang didukung oleh Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Djati.

Aliran ini sangat moderat, mereka membiarkan dahulu terhadap pengikutnya yang mengerjakan adat istiadat upacara keagamaan lama yang sudah mendarah daging sulit dibuang, yang penting mereka mau memeluk Islam. Agar mereka jangan terlalu jauh menyimpang dari syari'at Islam. Maka para wali aliran Tuban berusaha agar adat istiadat Budha, Hindu, animisme dan dinamisme diwarnai keislaman. Karena moderatnya aliran ini maka pengikutnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan pengikut aliran Giri yang "radikal". aliran ini sangat disorot oleh aliran Giri karena dituduh mencampur adukan syari'at Islam dengan agama lain. Maka aliran ini dicap sebagai aliran Islam abangan.

Dengan ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Kitab Brahmana. Sebuah kitab yang isinya mengatur tata cara pelaksanaan kurban, sajian-sajian untuk menyembah dewa-dewa dan upacara menghormati roh-roh untuk menghormati orang yang telah mati (nenek moyang) ada aturan yang disebut Yajna Besar dan Yajna Kecil.

Yajna Besar dibagi menjadi dua bagian yaitu Hafiryayajna dan Somayjna. Somayjna adalah upacara khusus untuk orang-orang tertentu. Adapun Hafiryayajna untuk semua orang.
Hafiryayajna terbagi menjadi empat bagian yaitu : Aghnidheya, Pinda Pitre Yajna, Catur masya, dan Aghrain. Dari empat macam tersebut ada satu yang sangat berat dibuang sampai sekarang bagi orang yang sudah masuk Islam adalah upacara Pinda Pitre Yajna yaitu suatu upacara menghormati roh-roh orang yang sudah mati.

Dalam upacara Pinda Pitre Yajna, ada suatu keyakinan bahwa manusia setelah mati, sebelum memasuki karman, yakni menjelma lahir kembali kedunia ada yang menjadi dewa, manusia, binatang dan bahkan menjelma menjadi batu, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain sesuai dengan amal perbuatannya selama hidup, dari 1-7 hari roh tersebut masih berada dilingkungan rumah keluarganya. Pada hari ke 40, 100, 1000 dari kematiannya, roh tersebut datang lagi ke rumah keluarganya. Maka dari itu, pada hari-hari tersebut harus diadakan upacara saji-sajian dan bacaan mantera-mantera serta nyanyian suci untuk memohon kepada dewa-dewa agar rohnya si fulan menjalani karma menjadi manusia yang baik, jangan menjadi yang lainnya.

Pelaksanaan upacara tersebut diawali dengan aghnideya, yaitu menyalakan api suci (membakar kemenyan) untuk kontak dengan para dewa dan roh si fulan yang dituju. Selanjutnya diteruskan dengan menghidangkan saji-sajian berupa makanan, minuman dan lain-lain untuk dipersembahkan ke para dewa, kemudian dilanjutkan dengan bacaan mantra-mantra dan nyanyian-nyanyian suci oleh para pendeta agar permohonannya dikabulkan.

Musyawarah Para Wali
Pada masa para wali dibawah pimpinan Sunan Ampel, pernah diadakan musyawarah antara para wali untuk memecahkan adat istiadat lama bagi orang yang telah masuk Islam. Dalam musyawarah tersebut Sunan Kali Jaga selaku Ketua aliran Tuban mengusulkan kepada majlis musyawarah agar adat istiadat lama yang sulit dibuang, termasuk didalamnya upacara Pinda Pitre Yajna dimasuki unsur keislaman.

Usulan tersebut menjadi masalah yang serius pada waktu itu sebab para ulama (wali) tahu benar bahwa upacara kematian adat lama dan lain-lainnya sangat menyimpang dengan ajaran Islam yang sebenarnya.

Mendengar usulan Sunan Kali Jaga yang penuh diplomatis itu, Sunan Ampel selaku penghulu para wali pada waktu itu dan sekaligus menjadi ketua sidang/musyawarah mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
"Apakah tidak dikhawatirkan dikemudian hari?, bahwa adat istiadat lama itu nanti akan dianggap sebagai ajaran Islam, sehingga kalau demikian nanti apakah hal ini tidak akan menjadikan bid'ah"?.
Pertanyaan Sunan Ampel tersebut kemudian dijawab oleh Sunan Kudus sebagai berikut :
"Saya sangat setuju dengan pendapat Sunan Kali Jaga"

Sekalipun Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Drajat sangat tidak menyetujui, akan tetapi mayoritas anggota musyawarah menyetujui usulan Sunan Kali Jaga, maka hal tersebut berjalan sesuai dengan keinginannya. Mulai saat itulah secara resmi berdasarkan hasil musyawarah, upacara dalam agama Hindu yang bernama Pinda Pitre Yajna dilestarikan oleh orang-orang Islam aliran Tuban yang kemudian dikenal dengan nama nelung dino, mitung dina, matang puluh, nyatus, dan nyewu.

Dari akibat lunaknya aliran Tuban, maka bukan saja upacara seperti itu yang berkembang subur, akan tetapi keyakinan animisme dan dinamisme serta upacara-upacara adat lain ikut berkembang subur. Maka dari itu tidaklah heran muridnya Sunan Kali Jaga sendiri yang bernama Syekh Siti Jenar merasa mendapat peluang yang sangat leluasa untuk mensinkritismekan ajaran Hindu dalam Islam. Dari hasil olahannya, maka lahir suatu ajaran klenik/aliran kepercayaan yang berbau Islam. Dan tumbuhlah apa yang disebut "Manunggaling Kaula Gusti" yang artinya Tuhan menyatu dengan tubuhku. Maka tatacara untuk mendekatkan diri kepada Allah lewat shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya tidak usah dilakukan.

Sekalipun Syekh Siti Jenar berhasil dibunuh, akan tetapi murid-muridnya yang cukup banyak sudah menyebar dimana-mana. Dari itu maka kepercayaan seperti itu hidup subur sampai sekarang.

Keadaan umat Islam setelah para wali meninggal dunia semakin jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya. Para Ulama aliran Giri yang terus mempengaruhi para raja Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk menegakkan syari'at Islam yang murni mendapat kecaman dan ancaman dari para raja Islam pada waktu itu, karena raja-raja Islam mayoritas menganut aliran Tuban. Sehingga pusat pemerintahan kerajaan di Demak berusaha dipindahkan ke Pajang agar terlepas dari pengaruh para ulama aliran Giri.

Pada masa kerajaan Islam di Jawa, dibawah pimpinan raja Amangkurat I, para ulama yang berusaha mempengaruhi keraton dan masyarakat, mereka ditangkapi dan dibunuh/dibrondong di lapangan Surakarta sebanyak 7.000 orang ulama. Melihat tindakan yang sewenang-wenang terhadap ulama aliran Giri itu, maka Trunojoyo, Santri Giri berusaha menyusun kekuatan untuk menyerang Amangkurat I.

Pada masa kerajaan dipegang oleh Amangkurat II sebagai pengganti ayahnya, ia membela, dendam terhadap Truno Joyo yang menyerang pemerintahan ayahnya. Ia bekerja sama dengan VOC menyerang Giri Kedaton dan semua upala serta santri aliran Giri dibunuh habis-habisan, bahkan semua keturunan Sunan Giri dihabisi pula. Dengan demikian lenyaplah sudah ulama-ulama penegak Islam yang konsekwen. Ulama-ulama yang boleh hidup dimasa itu adalah ulama-ulama yang lunak (moderat) yang mau menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakat yang ada. maka bertambah suburlah adat-istiadat lama yang melekat pada orang-orang Islam, terutama upacara adat Pinde Pitre Yajna dalam upacara kematian.

Keadaan yang demikian terus berjalan berabad-abad tanpa ada seorang ulamapun yang muncul untuk mengikis habis adat-istiadat lama yang melekat pada Islam terutama Pinda Pitre Yajna. Baru pada tahun 1912 M, muncul seorang ulama di Yogyakarta bernama K.H. Ahmad Dahlan yang berusaha sekuat kemampuannya untuk mengembalikan Islam dari sumbernya yaitu Al Qur'an dan As Sunnah, karena beliau telah memandang bahwa Islam dalam masyrakat Indonesia telah banyak dicampuri berbagai ajaran yang tidak berasal dari Al Qur'an dan Al Hadits, dimana-mana merajalela perbuatan khurafat dan bid'ah sehingga umat Islam hidup dalam keadaan konservatif dan tradisional.

Munculnya K.H. Ahmad Dahlan bukan saja berusaha mengikis habis segala adat istiadat Budha, Hindu, animisme, dinamisme yang melekat pada Islam, akan tetapi juga menyebarkan fikiran-fikiran pembaharuan dalam Islam, agar umat Islam menjadi umat yang maju seperti umat-umat lain. Akan tetapi aneh bin ajaib, kemunculan beliau tersebut disambut negatif oleh sebagian ulama itu sendiri, yang ternyata ulama-ulama tersebut adalah ulama-ulama yang tidak setuju untuk membuang beberapa adat istiadat Budha dan Hindu yang telah diwarnai keislaman yang telah dilestarikan oleh ulama-ulama aliran Tuban dahulu, yang antara lain upacara Pinda Pitre Yajna yang diisi nafas Islam, yang terkenal dengan nama upacara nelung dina, mitung dina, matang dina, nyatus, dan nyewu.

Pada tahun 1926 para ulama Indonesia bangkit dengan didirikannya organisasi yang diberi nama "Nahdhatul Ulama" yang disingkat NU. Pada muktamarnya di Makasar NU mengeluarkan suatu keputusan yang antara lain :
"Setiap acara yang bersifat keagamaan harus diawali dengan bacaan tahlil yang sistimatikanya seperti yang kita kenal sekarang di masyarakat".

Keputusan ini nampaknya benar-benar dilaksanakan oleh orang NU. Sehingga semua acara yang bersifat keagamaan diawali dengan bacaan tahlil, termasuk acara kematian. Mulai saat itulah secara lambat laun upacara Pinda Pitre Yajna yang diwarnai keislaman berubah nama menjadi tahlilan sampai sekarang.

Sesuai dengan sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian, maka istilah tahlilan dalam upacara kematian hanya dikenal di Jawa saja. Di pulau-pulau lain seluruh Indonesia tidak ada acara ini. Seandainya ada pun hanya sebagai rembesan dari pulau Jawa saja. Apalagi di negara-negara lain seperti Arab, Mesir, dan negara-negara lainnnya diseluruh dunia sama sekali tidak mengenal upacara tahlilan dalam kematian ini.

Dengan sudah mengetahui sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian yang terurai diatas, maka kita tidak akan lagi mengatakan bahwa upacara kematian adalah ajaran Islam, bahkan kita akan bisa mengatakan bahwa orang yang tidak mau membuang upacara tersebut berarti melestarikan salah satu ajaran agama Hindu. Orang-orang Hindu sama sekali tidak mau melestarikan ajaran Islam, bahkan tidak mau kepercikan ajaran Islam sedikitpun. Tetapi kenapa kita orang Islam justru melestarikan keyakinan dan ajaran mereka.

Tak cukupkah bagi kita Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yg sudah jelas terang benderang saja yang kita kerjakan. Kenapa harus ditambah-tambahin/mengada-ada. Mereka beranggapan ajaran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam masih kurang sempurna.
Mudah-mudahan setelah kita tahu sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian, kita mau membuka hati untuk menerima kebenaran yang hakiki dan kita mudah-mudahan akan menjadi orang Islam yang konsekwen terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Ada satu hal yang perlu kita jaga baik-baik, jangan sekali-kali kita berani mengatakan bahwa orang yang matinya tidak ditahlil adalah kerbau. Menurut penulis, perkataan seperti ini termasuk dosa besar, karena berarti Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya serta kaum muslimin seluruh dunia selain orang pulau Jawa yang matinya tidak ditahlili adalah kerbau semua.
Na'udzu billahi mindzalik

Daftar Literatur
1. K.H. Saifuddin Zuhn, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, Al Ma'arif Bandung 1979
2. Umar Hasyim, Sunan Giri, Menara Kudus 1979
3. Solihin Salam, Sekitar Wali Sanga, Menara Kudus 1974
4. Drs. Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, Ab.Siti Syamsiyah Solo 1977
5. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Tri Karya, Jakarta 1961
6. Hasil wawancara dengan tokoh Agama Hindu.
7. A. Hasan, Soal Jawab, Diponegoro Bandung 1975

sumber : http://www.akhirzaman.info & http://infoislamdaily.blogspot.com

Sabtu, 09 Mei 2015

PANTAI PARANGKUSUMO, KANJENG IBU RATU KIDUL DAN PANEMBAHAN SENOPATI

AKHIR KEJAYAAN PAJANG
Tahun 1584. Sesaat setelah Ki Ageng Pemanahan meninggal, Ki Juru Martani menghadap Sultan Hadiwijaya, untuk memilih siapa di antara enam putra pemanahan yang akan diangkat sebagai penerus kerajaan Mataram yang baru saja dikembangkan saat babad alas mentaok. Ki Ageng Pemanahan adalah keturunan Majapahit dari garis ayah dan keturunan Nabi Muhammad dari garis ibu. Sementara Ki Juru Martani adalah ipar dan penasehatnya.

Sultan Hadiwijaya kemudian memilih Danang Sutawijaya, putra sulung Pemanahan dan diberi gelar Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panotogomo. Sementara Ki Juru Mertani diserahi tugas untuk menjadi penasehat Mataram dengan gelar Adipati Mandaraka. Keduanya diizinkan untuk tidak usah sowan ke Pajang selama satu tahun agar dapat konsentrasi membangun Mataram. “Kalau sudah setahun, datanglah kemari jangan terlambat,” titah Sultan Hadiwijaya.

Setelah diangkat tersebut, itu berarti Sutawijaya yang sudah bergelar Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panotogomo alias Panembahan Senopati adalah Raja Pertama Mataram. Setahun lamanya, Panembahan Senopati menata sedikit demi sedikit kerajaan baru tersebut sehingga tiba saatnya dia sowan ke Pajang (eks Demak) sebagai tanda “ngabekti”nya Mataram ke Pajang. Namun, karena alasan khusus Sang Panembahan Senopati enggan sowan ke Pajang. Sultan Hadiwijaya pun mulai curiga dan mengirim utusan terpercaya Ngabehi Wuragil dan Ngabehi Wilamarta untuk mencermati perkembangan Mataram.

Meskipun sebagai utusan Raja, dua Ngabehi ini tetap andap asor dan turun dari kuda lebih dulu ketika menemui Panembahan Senopati yang tetap duduk di punggung kuda. Kalau dilihat dari segi etika, hal ini tentu tidak pantas dan menunjukkan sikap merendahkan bahkan menantang tidak hanya utusan itu tetapi juga yang mengutus. Dengan sopan, utusan Pajang menyampaikan amanat Sultan Hadiwijaya bahwa Panembahan Senopati segera sowan menghadap ke Pajang, tidak mengadakan jamuan pesta dan tidak berambut gondrong.

Tetap duduk di punggung kuda, Panembahan Senopati menjawab, “Sampaikan kepada Kanjeng Sultan, saya tidak akan menghentikan pesta karena saya masih suka, saya disuruh cukur lha wong ini rambut-rambut saya sendiri. Saya diisurun menghadap ke Pajang ya mau saja asalkan Sultan menghentikan kesukaannya mengambil isteri para abdinya,.”

Dua utusan Pajang itu pun pulang dan melaporkan sebagai berikut bahwa Panembahan Senopati segera menghadap dan baik-baik saja. Soal Mataram sedang membangun tembok mengelilingi kerajaan dan sikap serta ucapan menantang Raja Pajang tidak mereka laporkan.

Semuanya mengalir apa adanya sesuai dengan jalan dan kehendak sejarah

PANEMBAHAN SENOPATI: SOSOK WASIS-WASKITA
Panembahan Senopati adalah sosok yang pandai menyerap energi kekuasaan dan kekuatan alam semesta demi membangun kerajaan Mataram. Mulai dari membina hubungan dengan penguasa Kedu dan Bagelen di sisi barat Mataram. Termasuk membangun kesatrian yang berhasil memiliki 1000 tentara pilih tanding dalam olah perang. Melihat gelagat egoisme Panembahan Senopati yang berlebihan ini, Ki Juru Martani menegur dan memberikan nasehat:

“Ada tiga kesalahan yang kamu buat ngger… Kamu memusuhi Raja Pajang Kanjeng Sultan yang tak lain orang tua dan gurumu. Saya malu karena kita yang ada di kerajaan Mataram sepertinya tidak tahu membalas budi baiknya. Bukankah kita telah diberi tanah dan wilayah untuk kita tempati dan kita bangun ini? Saya minta ngger, sekarang mintalah kepada Allah dengan teguh agar nanti bila Kanjeng Sultan sudah wafat, kamu bisa menggantikan keratonnya. Tapi sekarang jangan sekali-kali memusuhi beliau. Justeru sebaliknya, balaslah kebaikannya agar batinnya rela nanti kamu yang menggantikan kedudukannya sebagai raja”

Panembahan Senopati kemudian memenuhi petunjuk Ki Juru Mertani. Ia kemudian berangkat ke Lipura untuk bertapa. Di sebuah tempat sepi, dia melihat sebuah batu hitam mengkilat yang cucuk untuk dipakai meditasi. Batu indah ini dikenal sebagai “Sela Gilang” dan di batu ini pula Panembahan mendapatkan WAHYU KERATON, yaitu sebuah wisik gaib yang jelas dan terang berbunyi: “KAMU AKAN MENJADI RAJA MATARAM SEJATI MENGALAHKAN PAJANG DAN KERAJAAN-KERAJAAN LAIN, BEGITU JUGA DENGAN ANAK CUCUMU. TETAPI CICITMU KELAK JUGA AKAN MENJADI AKHIR KERAJAAN MATARAM….”

Selesai bertapa, Panembahan Senopati menghadap Ki Juru Mertani dan Ki Juru mengatakan bahwa pekerjaan besar baru dimulai sekarang. Pekerjaan besar yang dimaksud Ki Juru adalah mencari dukungan kekuatan adikodrati dari alam gaib. Panembahan Senopati diminta pergi ke pantai segara kidul (laut selatan) dan Ki Juru sendiri pergi ke gunung Merapi.

Di mata seorang Ki Juru yang waskita ini, dua tempat ini dikuasai oleh sosok penguasa di alamnya masing-masing. Penguasa samudra yaitu Kanjeng Ratu Kidul dan penguasa gunung berapi yaitu Kyai Sapu Jagad dan kadang juga muncul sosok bernama Kanjeng Ratu sekar Kedhaton. Selain itu masih ada dua penguasa gaib lagi yang perlu untuk diminta bantuan agar kerajaan Mataram ini bisa kuat yaitu Kanjeng Sunan Lawu di timur kerajaan, dan Sang Hyang Pramoni dan di barat yang menguasai hutan Krendhawahana.

MEDITASI DI PANTAI PARANGKUSUMO
Sejak dulu, pantai Parangkusumo cukup dikenal kalangan mistikus. Pantai yang terletak di sebelah barat Pantai Parangtritis yang kini ditandai dengan Bangunan Cepuri ini konon merupakan titik dimana pintu gerbang Kerajaan Gaib Segara Kidul berada. Bila anda melakukan meditasi di pinggir pantai menghadap ke laut maka di kejauhan akan tampak Pintu Gerbang Kerajaan Segara Kidul terbuat bahan berwarna emas dengan tinggi menjulang puluhan meter dari lautan. Jadi bentangan pantai dari barat ke timur adalah alun-alun Kerajaan Segara Kidul tersebut. Sebuah penampakan yang indah yang bisa dinikmati oleh para pejalan spiritual.

Tiba di pantai Parangkusumo, panembahan Senopati segera berjalan di bebatuan karang di pantai. Di sebuah batu kecil dan menonjol, dia duduk dan melakukan meditasi. Menyatukan semua pancaindera ke satu titik dan menata batin untuk berdoa agar Tuhan Semesta Alam berkenan memberikan bantuan.

Tuhan tentu saja punya puluhan, ratusan, jutaan, milyaran cara untuk membantu orang yang ingin ditolong-NYA. Salah satu cara itu adalah mengutus Kanjeng Ratu Kidul untuk menemui Panembahan Senopati. Sebagaimana hukum alam yang berlaku, bantuan dan pertolongan Tuhan ini pastilah ada kisah dan cerita uniknya.

Panembahan Senopati yang memang dikenal sakti ini memulai untuk bertapa. Laut selatan yang semula bergelombang alamiah tiba-tiba menampakkan keanehannya. Ombak laut bergulung-gulung semakin membesar. Dinginnya air laut selatan sedikit demi sedikit berubah menjadi panas hingga mendidih. Penghuni lautan pastilah terganggu. Ikan-ikan serta binatang laut lainnya banyak yang mati akibat panasnya energi spiritual yang terpancar dari batin Panembahan. Setiap Panembahan masuk ke lebih dalam wilayah “NING” atau keheningan dan satu kulit batin terkelupas maka satu kulit itu menjadi energi panas yang membakar alam sekitar. Proses yang alamiah terjadi itu hampir sama persis saat seseorang melakukan matek aji atau matek hizib dan mantra yang mengeluarkan hawa panas ke lingkungan sekitarnya.

Para prajurit dan punggawa kerajaan Segara Kidul kuwalahan membendung energi panas yang terpancar dari tubuh Panembahan Senopati. Segala kesaktian dan kekebalan ratusan ribuan makhluk halus ini tawar dan membuat tubuh mereka melemas. Cukup berbahaya bila tidak dilakukan pencegahan karena jagad lelembut dan jagad fisik laut selatan semakin banyak yang tewas. Di saat yang genting itu, muncullah Kanjeng Ratu Kidul.

Ternyata begitu melihat penyebabnya semua ini adalah Panembahan Senopati yang sedang “manekung” atau “maneges”, Kanjeng Ratu kemudian membangunkan kesadaran Panembahan Senopati. Setelah berdialog, lahirlah sebuah konsensus atau perjanjian gaib antar dua makhluk di dua dimensi yang berbeda ini. Perjanjian gaib itu berbunyi: KANJENG RATU KIDUL AKAN MENDUKUNG PENUH KEJAYAAN DAN KEMAKMURAN ANAK KETURUNAN PENGUASA MATARAM BILA MEREKA SELALU SETIA DENGAN PERNIKAHAN MEREKA.

Jadi dengan perjanjian tersebut, maka Para Raja Mataram sejak Panembahan Senopati hingga saat ini harus menikah dengan Kanjeng Ratu Kidul dan setia dengan perjanjian ini. Pernikahan ini juga secara filosofis bisa diartikan sebagai kewajiban Raja-Raja Mataram untuk wajib nguri-uri atau memelihara adat istiadat dan budaya Jawa karena ini sudah merupakan perjanjian. Bila perjanjian ini dilanggar, maka Kanjeng Ratu Kidul berpesan dirinya tidak akan menjamin lagi keamanan dan kesejahteraan kerajaan Mataram. Sebab secara alamiah tanah Mataram memang terkenal tanah yang sesungguhnya menyimpan potensi bencana. Bencana gempa bumi akibat pergeseran-pergeseran lempeng bumi dan bencana gunung berapi.

Setelah selesai bertemu dan mengadakan perjanjian dengan Kanjeng Ratu Kidul maka Panembahan Senopati menyelesaikan meditasinya. Momentum selesainya meditasi sang Panembahan ini adalah datangnya Sunan Kalijaga yang mengijazahkan pusaka Kyai Tunggul Wulung untuk dimiliki Raja-Raja Mataram secara turun temurun. Sunan Kalijaga akhirnya berpesan kepada Panembahan Senopati jangan terlalu mengandalkan kesaktiannya. Tidak lupa berdoa dan ikhlas menyerahkan hasil usahanya pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

BENDE KI BICAK DATANGKAN KANJENG RATU KIDUL
Bala bantuan pasukan gaib Kanjeng Ratu Kidul itu dalam sejarah benar-benar terbukti. Suatu ketika Kerajaan Pajang berkekuatan 10.000 orang yang dipimpin langsung Kanjeng Sultan Hadiwijaya menggempur kerajaan Mataram berkekuatan 1000 orang dipimpin Panembahan Senopati. Di wilayah Prambanan, kedua pasukan ini bertemu dan terjadilah peperangan yang berat sebelah.

Menyadari kekuatan pasukan Mataram yang kecil, Juru Martani mendapat wisik agar menabuh bende Ki Bicak. Bende ini peninggalan Ki Ageng Sela. (Bende ini pun ada sejarahnya. Konon sewaktu menanggap wayang dengan dalang Ki Bicak, Ki Ageng Sela jatuh hati pada isteri sang dalang. Ki Ageng kemudian membunuh Ki Bicak dan mengambil usteri serta gamelan termasuk bende. Menurut Sunan Kalijaga, bende itu nanti akan menjadi pusaka Keraton Mataram dan bila bende itu dibunyikan maka bunyinya menggelegar memenuhi angkasa dan penabuh akan menang perang.)

Suara Bende yang ditabuh menggelegar ini pula yang kemudian terdengar oleh Kanjeng Ratu Kidul. Itu tanda bahwa Mataram butuh bantuan sehingga Kanjeng Ratu beserta puluhan ribu bala bantuannya datang menyerang pasukan Pajang. Sementara penguasa gunung Merapi yaitu Kyai Sapu Jagad membuka kunci kawah gunung tersebut. Gunung Merapi meletus di tengah kegelapan, hujan lebat, banjir dan gempa bumi. Bala bantuan gaib yang berpadu dengan kekuatan alam yang hebat itulah yang membuat pasukan pajang berkekuatan lebih besar itu morat marit. Sultan Hadiwijaya sosok yang sakti mandraguna —yang mudanya disebut Jaka Tingkir dan punya guru sakti yaitu Ki Ageng Sela—ini pun harus terjatuh dari gajah tunggangannya dan harus melarikan diri dalam keadaan terluka yang parah.

Panembahan Senopati terus mengejar dengan 40 orang pasukan khususnya hingga masuk ke wilayah Pajang. Tahu kekuatan Panembahan yang tidak seberapa itu, pasukan Pajang yang dipimpin Benawa, anak Sultan Hadiwijaya segera siap melakukan penghadangan dan penumpasan. Namun Benawa diwejang sang ayah agar tidak membunuh Panembahan Senopati

“Jangan berani terhadap kakangmu (panembahan senopati), karena kalau aku sudah wafat maka kakangmu itu yang menjadi penggantiku. Rukun dan berbaktilah padanya” ujar Sultan Hadiwijaya yang kemudian menghembuskan nafas terakhirnya. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1587 atau tiga tahun setelah ayah Panembahan Senopati, Ki Ageng Pemanahan wafat.

Memang sudah menjadi takdir bahwa Sultan Hadiwijaya wafat pada tahun itu. Namun konon salah satu lantaran sebabnya adalah berikut ini. Ki Juru Taman, seorang raja Jin abdi Panembahan Senopati menawarkan jasa untuk membunuh Sultan Hadiwijaya. Mendengar tawaran itu, Panembahan Senopati berkata: “Saya tidak punya niat seperti itu, tapi jika engkau ingin membunuhnya maka terserah dan saya tidak memberi perintah padamu tapi juga tidak melarangmu!”

Tahu dan tanggap sasmita narendra apa yang diinginkan sang Panembahan, Raja Jin Ki Juru Taman segera melakukan aksi membunuh Sultan Hadiwijaya dengan kesaktiannya. Jenazahnya dimakamkan oleh masyarakat di Makam Kota Gede, yang berjajar dengan Makam Nyai Ageng Enis, ibu Ki Ageng Pemanahan dan Pangeran Jayaprana— leluhur Raja-Raja Surakarta dan Yogyakarta.
 
Sumber : https://wongalus.wordpress.com

Kisah SYEKH BELA BELU

Babad Demak menyebutkan bahwa setelah Majapahit runtuh karena serangan Demak, banyak putra-putri keturunan Brawijaya yang mengungsi menyelamatkan diri. Salah satunya ialah Raden Dhandhun, putra Prabu Brawijaya dari selir.

Dalam usia yang masih terbilang muda, Raden Dhandhun terpisah dari keluarganya, keluar masuk hutan, mendaki gunung, menuruni jurang, terlunta-lunta tak jelas arah tujuannya. Hingga pada suatu ketika Raden Dhandhun tiba di Desa Mancingan, Yogyakarta. Pada waktu itu, di Mancingan ada seorang pendeta Budha (Hindu?) yang sangat mumpuni ilmu agamanya dan bernama Kyai Selaening. Oleh sang pendeta, Raden Dhandhun diganti namanya menjadi Kyai Bela-belu untuk keperluan penyamaran identitas. Beliau diperintahkan untuk ke puncak gunung sebelah barat Gunung Sentana yaitu setelah Gunung Bantheng. Kyai Bela Belu ini sejak tiba sudah terlihat kalau ia rajin melakukan tapa. Ia biasa tidak tidur hingga tiga sampai empat hari. Tetapi, Raden Dhandhun tidak kuat menahan lapar, sebentar-sebentar ia harus makan. Sebab, tiap hari ia biasa makan tiga sampai empat kali. Kesukaannya adalah nasi ayam liwet yaitu nasi yang dimasak menggunakan santan kelapa dan dalamnya diisi dengan daging ayam.

Karenanya, kemudian Kyai Selaening meminta Raden Dhandhun untuk mencuci beras di Sungai Beji, sebelah utara Parangendhog, kira-kira 5 km dari Gunung Bantheng. Dengan cara seperti itu nafsu makannya dapat dikurangi menjadi sekali dalam sehari.

Saking gemarnya melakukan ulah batin, Kyai Bela Belu pun kemudian memperoleh kelebihan yang bisa digunakan untuk menolong warga desa sekitarnya. Karena itu, sampai makamnya saja hingga kini masih dianggap keramat. Setelah Kyai Selaening masuk Islam, Kyai Bela Belu juga ikut pula masuk Islam. Oleh Syekh Maulana, Kyai Bela Belu diberikan sebutan sebagai Syekh yang berarti sang guru, meskipun beliau adalah seorang putra raja.

Babad tidak menyebutkan apakah Kyai Bela Belu itu menikah atau tidak. Sebab tidak ada orang yang mengaku sebagai keturunannya Syekh Bela Belu. Bahkan setelah wafat pun tidak ada yang tahu dimana makam beliau yang sesungguhnya. Tetapi yang pasti, makamnya terdapat di sebelah barat Gunung Sentana. Letak makam Syekh Bela Belu baru ditetapkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IV sewaktu ia berkuasa. Seperti yang disebutkan oleh R. Ng. Djadjalana dalam Bab Pesanggrahan Parangtritis tahun 1933. Disebutkan sekitar tahun 1830 di Grogol (sebelah utara Parangtritis) ada seorang sesepuh desa yang juga menjabat sebagai Demang Pemajegan (Pemaosan) yang masih merupakan keturunan dari Kyai Selaening dan sering melakukan tapa. Pada suatu malam tatkala Demang Pemajegan pergi ke Segara Kidul (Laut Selatan), ia melihat cahaya rembulan yang tampak dari balik Gunung Sentana dan jatuh di Gunung Bantheng. Di lain hari lagi, ia melihat cahaya seperti tugu yang terus amblas di Gunung Bantheng. Kejadian ini dialami berkali-kali. Kemudian Lama-lama tempat jatuhnya cahaya di Gunung Bantheng ini ditandainya dengan tanda dari kayu.

Kejadian ini kemudian diceritakannya kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IV sekalian memohon izin untuk menggali dasar dari patok makam, siapa tahu diketemukan benda-benda yang aneh. Setelah disetujui, dilakukanlah penggalian. Pada saat itu ditemukan obyek berupa empat buah batu hitam yang berjejeran, dua di utara dan dua di selatan. Seperti makam yang berdampingan tetapi tanpa nisan yang membedakannya. Di dekatnya ditemukan sebuah lempengan batu hitam bergambar “ilir” (semacam kipas dari anyaman bamboo) dan iyan (semacam tampah yang juga terbuat dari anyaman bamboo). Dimana iyan dan ilir adalah alat untuk mendinginkan nasi, yakni setelah nasi diler di tampah barulah dikipasi dengan kipas tadi. Kejadian atas temuan inipun kemudian diberitahukan kepada Sri Sultan. Dan dilihat dari diketemukannya gambar ilir dan iyan, Sri Sultan pun kemudian menetapkan bahwa kuburan itu adalah makamnya Syeh Bela Belu. Sedangkan yang di sebelahnya adalah makam adiknya Kyai Dami (Gagang) Aking, yang juga terkenal akan tapa tanpa henti hingga lupa akan makan dan minum.

Karena kesungguhan Syekh Bela Belu dan juga Kyai Gagang Aking dalam melakukan tapa, maka keduanya kemudian bisa mencapai apa yang dicita-citakan, yaitu pencerahan. Kemudian atas perintah Sri Sultan pulalah makam di Gunung Bantheng ini kemudian dicungkup kayu jati. Bagian luarnya dilapisi menggunakan batu hitam dan atasnya dilangse. Kini, makam dijaga oleh abdi dalem keraton yang juga adalah penjaga makam dari Syekh Maulana.

Selain kisah di atas, Syekh Bela Belu serta adiknya Syekh Dami Aking juga diyakini sebagai murid dari Sunan Kalijaga, yang diperintahkan untuk melakukan tapa di sebuah tempat yang kemudian dikenal sebagai Pertapaan Lemah Putih, yang sangat melegenda di daerah Nganjuk, Jawa Timur.
 
 
http://anasha.pun.bz/sejarah-al-kisah-syekh-bela-belu.xhtml

Jumat, 06 Maret 2015

Wutah Getihku

Wutah Getihku

  
Gumelar jembar bumi asri
Sumunar sumringah sunare bagaskara
Padhang sumilak hanelai jagad Nuswantara
Bumi pusaka wus kawentar
Ombak-ombak samodra, kencana kang ngrenggani
Wutah getihku daktresnani

 

Kawulamu....
Guyub rukun anambut kardi
Jeroning swasana tentrem lan mardika
Gilig ing tekad manunggal
Cumithak jeroning ati, bebarengan ambangun

 

Aku lila....
Korban jiwa raga kanggo bumiku
Nadyan awak ajur dadi sawur
Lan getihku mblabar mili, netes ing bumi pertiwi
Labet raharjaning nagara

 

Lumantar iki....
Isining atiku ginurit
Prasetyaku thukul saka ati kang tulus
Njaga langgenging kamardikan
Donga pujiku kebak kaendahan, kanggo wutah getihku


(Mahardono Wuryantoro)

Minggu, 15 Februari 2015

12 Air Terjun Tertinggi Di Indonesia

12 Air Terjun Tertinggi Di Indonesia

Air terjun, atau bagi penduduk Jawa disebut curug, menjadi salah satu destinasi wisata favorit. Pesona yang ditawarkan oleh tercurahnya jutaan kubik air dari ketinggian merupakan pemandangan yang mengagumkan.
Ada banyak lokasi wisata air terjun di negeri ini, 12 di antaranya terangkum di bawah ini karena termasuk dalam air terjun yang tinggi.


1. Air terjun Sigura gura (250 meter)


Terletak sekitar 250 km dari Medan. Air terjun yang dihasilkan oleh sungai Asahan yang berasal dari Danau Toba ini memiliki ketinggian 250 meter.

2. Air Terjun Madakaripura (200 meter)

Air Terjun Madakaripura terletak di Kecamatan Lumbang, Probolinggo merupakan salah satu air terjun di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Air terjun ini dikenal sebagai tempat pertapaan Mahapatih Gajah Mada sebelum mengabdi di kerajaan Majapahit. Air terjun Madakaripura berbentuk ceruk yang dikelilingi bukit-bukit yang meneteskan air pada seluruh bidang tebingnya seperti layaknya sedang hujan, 3 di antaranya bahkan mengucur deras membentuk air terjun lagi.

3. Air terjun Payakumbuh di Ngarai Harau (150 meter)

Terletak di Ngarai Harau, 35 km dari Bukittinggi. Di sela-sela perbukitan dan lembah harau terdapat sebuah jurang yang dalam dan sebuah air terjun yang sangat indah, bahkan kadang dipenuhi oleh sekumpulan kupu-kupu beterbangan, sehingga membuat air terjun ini merupakan kombinasi alam dengan pemandangan yang sangat indah.

4. Air terjun Sipiso piso (120 meter)

Air terjun Sipisopiso adalah air terjun terjun yang terletak di dataran tinggi Sumatra Utara. Dengan ketinggian 120 meter, sekitar 25 km dari kota Kabanjahe.

5. Air terjun Jarakan (115 meter)

Air Terjun Jarakan terletak di Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan. Air Terjun Jarakan ini sebagai bagian dari kawasan objek wisata air terjun yang dikembangkan oleh pemerintah Kabupaten Magetan.


6. Air Terjun Sedudo (105 meter)

Air Terjun Sedudo terletak di Ngliman, kecamatan Sawahan. sekitar 30 km dari Nganjuk. Selain sebagai objek wisata, air terjun ini sering dijadikan tempat pelaksanaan Upacara Tradisional oleh masyarakat dan Pemerintah setempat. Hal ini semakin menambah daya tarik bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

7. Air terjun Curug Citambur (100 meter)

Air terjun Citambur, sebuah air terjun yang tingginya sekitar 100 meter di Desa Karang Jaya, Kecamatan Pagelaran, Cianjur Selatan, Jawa Barat. Dikelilingi oleh hutan alami dengan pemandangan yang sangat indah menjadikan air terjun ini merupakan objek wisata yang eksotis.

8. Air terjun Moramo (100 meter)


Terletak 65 km di sebelah timur Kendari, Air Terjun Moramo mudah diakses oleh mobil atau dengan perahu. Keunikan dari air terjun ini yakni memiliki tingkatan sebanyak 127 tingkatan setinggi 100 meter sepanjang 2 km diperbukitan dataran tinggi Sulawesi Tenggara. Dan dikelilingi oleh hutan alami yang menjadi tempat habitat asli Sulawesi Tenggara.
 

9. Air Terjun Curup Tenang (99 meter)

Air terjun Curup Tenang adalah air terjun tertinggi di Sumatera Selatan, yang terletak didekat desa Bedegung, Kabupaten Tanjung Agung, sekitar 56 kilometer Selatan Kabupaten Muara Enim.

10. Air terjun Curug Cipendok (92 meter)

Terletak di Desa Karang Tengah, kabupaten Cilingok, sekitar 25 km dari Purwokerto. Dengan ketinggian 92 meter dan dikelilingi dengan hutan alam yang indah.

11. Air terjun Curug Cimahi (85 meter)

Terletak di Desa Cisarua, sekitar 10 kilometer dari Cimahi, atau sekitar satu jam dari Bandung. Bagi warga sekitar yang ingin mencari hiburan alam dan menjauh dari hingar bingar kota metropolitan, air terjun ini merupakan tujuan wisata yang pas untuk mereka. 

12. Air terjun Grojogan Sewu (81 meter)

Terletak di kaki Gunung Lawu (2632 mdpl), 27 km dari Kab. Karang anyar, Jawa Tengah. Air terjun ini merupakan salah satu dari program wisata yang disebut "INTANPARI" (Industri Pertanian dan Pariwisata), air terjun ini memiliki ketinggian 81 meter diukur dari bawah ke atas.

Sumber : http://www.apakabardunia.com




10 Air terjun tercantik di Indonesia

 10 Air terjun tercantik di Indonesia

Salah satu pelajaran ilmu alam semasa SD yang pernah saya terima adalah: air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Jika air itu mengalir jatuh dari suatu ketinggian, nah itulah yang kita kenal sebagai fenomena air terjun. Kita harus bersyukur karena Indonesia menyimpan banyak air terjun yang indah. Klikers, berikut 10 air terjun terindah di Indonesia yang dapat menjadi pilihan destinasi wisata kita:

1. Air Terjun Saluopa, Poso, Sulawesi Tengah

Air Terjun Saluopa
Air Terjun Saluopa

Air Terjun Saluopa terletak di Desa Leboni, Kecamatan Pamona Pusalemba, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Lokasinya kurang lebih berjarak sekitar 12 km sebelah barat kota Tentena. Keindahan air terjun Saluopa ini bukan hanya dikenal oleh wisatawan lokal, namun juga mancanegara. Air terjun Saluopa yang memiliki ketinggian 25 meter ini bersumber dari mata air yang mengalir dari puncak gunung lalu melewati batuan gunung sebanyak 12 tingkatan. Di setiap tingkatnya terdapat tangga yang terbuat dari batu yang menjadi akses bagi wisatawan untuk menuju tingkatan air terjun. Di sekitar air terjun Saluopa terdapat hutan tropis yang dihuni oleh berbagai fauna. Anda dapat mencapai air terjun Saluopa dengan melewati hutan tropis tersebut. Tidak perlu khawatir karena sudah tersedia jalur trekking di dalamnya.

2. Air Terjun Dua Warna, Sibolangit, Sumatera Utara

Air Terjun 2 Warna
Air Terjun 2 Warna

Air Terjun Dua Warna berada di  Desa Durin Sirugun, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Sumber air terjun yang berada pada ketinggian 1270 mdpl ini berasal dari Gunung Sibayak. Dinamakan air terjun dua warna karena airnya memiliki gradasi dua warna yang berbeda, yaitu putih keabu-abuan dan biru muda. Secara ilmiah, perbedaan gradasi warna ini disebabkan kandungan fosfor dan belerang pada airnya. Selain menikmati keindahan air terjun dua warna, di sini para wisatawan pun dapat bermain air, berenang, dan dapat berkemah di dekat air terjun. Namun perlu diingat bahwa air di Air Terjun Dua Warna ini tidak dapat diminum. Untuk memasuki kawasan air terjun, wisatawan akan dipungut bayaran untuk tiket masuk. Para wisatawan pun harus melewati hutan lebat selama 2-3 jam. Tapi tak perlu khawatir karena walaupun jalurnya agak menantang, tapi aman karena diperuntukkan bagi wisatawan. Anda pun dapat meminta jasa pemandu untuk menemani.

3. Air Terjun Mursala, Pulau Mursala, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara

Air Terjun Mursala
Air Terjun Mursala

Air Terjun Mursala merupakan salah satu air terjun terindah di Indonesia yang airnya langsung jatuh dari tebing ke lautan lepas. Air terjun Mursala terletak di Pulau Mursala yang berada di antara Pulau Sumatera dan Pulau Nias, tepatnya di Kabupaten Tapanuli Tengah. Dengan ketinggian sekitar 35 meter, air yang mengalir pada bebatuan granit yang berwarna hitam kemerahan lalu jatuh tercurah ke permukaan Samudra Hindia dengan suara bergemuruh. Debit air di sini tidak pernah kering sekalipun pada musim kemarau. Di perairan di bawah air terjun, ada berbagai macam terumbu karang dan ikan hias, termasuk terumbu karang yang langka yaitu Coral Reef. Anda dapat menyaksikan keindahan air terjun Mursala ini dengan menyewa kapal dan berlayar di sekitarnya. Serunya, Anda juga dapat ber-snorkeling di perairan di bawah air terjun Mursala ini.

4. Air Terjun Moramo

Air Terjun Moramo
Air Terjun Moramo

Air terjun Moramo yang merupakan salah satu air terjun terindah di Indonesia ini berada di Kawasan Suaka Alam Tanjung Peropa, Desa Sumber Sari, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Kabupatan Konawe ini berada sekitar 60 km dari kota Kendari. Di sini, Anda akan disungguhi pemandangan mengagumkan air yang meluncur deras pada bebatuan granit besar yang tersusun antara 0,5 hingga 3 meter. Air terjun Moramo ini juga memiliki bentuk yang bertingkat-tingkat dengan jumlah 7 buah undakan air terjun dan 60 undakan kecil yang beberapa di antaranya berupa kolam kecil. Sumber air terjun Moramo ini berasal dari Sungai Biskori dengan hulu di Pegunungan Tambolosu. Di air terjun Moramo ini, Anda pun akan disuguhi pemandangan indah hijaunya panorama alam , suara kicau burung, dan kupu-kupu yang terbang berseliweran. Anda juga dapat menjumpai satwa endemik Sulawasi seperti monyet hitam dan anoa.

5. Air Terjun Sendang Gile, Lombok

Air Terjun Sendang Gile
Air Terjun Sendang Gile

Air Terjun Sendang Gile berada di Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Obyek wisata air terjun ini masih termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Air Terjun Sendang Gile berada di ketinggian 600 mdpl dan memiliki tinggi sekitar 31 meter. Air Terjun Sendang Gile memiliki dua tingkatan. Tingkat yang pertama muncul di atas tebing dan jatuh ke dasar kolam di bawahnya, sedangkan pada tingkatan kedua, air meluncur jatuh membentuk kolam di bawahnya. Masyarakat setempat mempercayai bahwa Air Terjun Sendang Gile ini menjadi tempat mandi para bidadari yang turun ke bumi. Untuk mencapai air terjun ini, Anda perlu sedikit bersusah payah karena Anda harus melalui sekitar dua ratus anak tangga pada ketinggian 40 meter dan melewati sebuah jembatan berlubang yang melalui sebuah lembah. Namun, Anda juga dapat menempuh jalur alternatif dengan menyusuri pinggir lembah yang agak curam mengikuti saluran irigasi dan menyebrangi sebuah jembatan rotan. Klikers mau pilih jalur yang mana? Kok sepertinya keduanya cukup menegangkan, yah? :p

6. Air Terjun Madakaripura, Jawa Timur

Air Terjun Madakaripura
Air Terjun Madakaripura

Air terjun Madakaripura terletak di Desa Sapih, Kecamatan Lumbang, Probolinggo. Air Terjun Madakaripura ini merupakan salah satu air terjun di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Air terjun dengan ketinggian 620 mdpl ini berbentuk curuk yang dikelilingi bukit-bukit yang meneteskan air pada seluruh bidang tebingnya seperti hujan yang turun, tiga di antaranya bahkan mengucur deras membentuk air terjun lagi. Para pengunjung akan merasa seolah sedang berada dalam sumur raksasa. Air Terjun Madakaripura ini dipercaya sebagai tempat Patih Gajah Mada melakukan meditasi terakhir dalam hidupnya. Air Terjun Madakaripura ini dianggap suci dan dikeramatkan oleh umat Hindu. Untuk mencapai Air Terjun Madakaripura, para pengunjung harus melewati jalanan yang terjal dan licin. Maka sangat disarankan untuk mengenakan sandal gunung yang kuat bila berkunjung ke sini. Dari jarak beberapa meter pun Anda sudah bakalan kecipratan air terjun yang terasa dingin dan lembut. Maka jangan lupa pula untuk membawa jas hujan atau baju ganti.

7. Air Terjun Payakumbuh, Ngarai Harau

Air Terjun Payakumbuh
Air Terjun Payakumbuh

Bukan hanya termasuk salah satu air terjun terindah di Indonesia, Air Terjun Payakumbuh pun termasuk salah satu air terjun tertinggi di Indonesia. Air Terjun Payakumbuh yang memiliki tinggi 150 meter ini terletak di Ngarai Harau, 35 km dari Bukittinggi. Ngarai Harau ini merupakan sebuah lembah yang dikeliling tebing-tebing batu granit setinggi ratusan meter dan dihiasi dengan enam buah air terjun yang masih alami. Nah, Air Terjun Payakumbuh terletak di sela-sela perbukitan dan Ngarai Harau dan juga sebuah jurang yang dalam. Air yang jatuh dari Air Terjun Payakumbuh ini mengalir membentuk sungai-sungai berair jernih. Sungguh suatu pemandangan yang sangat indah. Akses untuk menuju Air Terjun Payakumbuh ini tidaklah terlalu sukar. Anda hanya perlu menempuh perjalanan sekitar satu jam dari kota Bukittinggi atau sekitar setengah jam dari kota Payakumbuh.

8. Air Terjun Benang Kelambu, NTB

Air terjun benang Kelambu
Air terjun benang Kelambu

Air terjun Benang Kelambu berada di kaki Gunung Rinjani, tepatnya di Dusun Pemotoh, Desa Aik Berik, Kecamatan Batu Keliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah. Air terjun Benang Kelambu berada di bagian atas hulu dari Air Terjun Benang Stokel. Air terjun ini keluar dari sela-sela pohon gambung yang rindang degan enam deret titik air. Airnya yang tercurah dari atas bukit sangat tipis dan lembut, mirip dengan kelambu. Suara jatuhnya air pun tidak terlalu bising. Itulah sebabnya mengapa air terjun ini dinamai Benang Kelambu. Di kawasan air terjun Benang Kelambu ini terdapat dua kelompok air terjun. Tingginya sekitar 40 meter dan memiliki dua atau tiga tingkatan. Dari titik teratas , curahan airnya lalu jatuh ke tingkatan di bawahnya di mana terdapat tiga susunan batu lebar berbentuk ceper. Berkat hantaman batu ceper inilah hantaman air yang jatuh ke bawah tidak terlalu kuat sehingga pengunjung dapat mandi di bawah air terjun. Masyakarat setempat percaya bahwa mandi di air terjun Benang Kelambu ini dapat menjadikan kita awet muda. Apakah Klikers mau membuktikannya?

9. Air Terjun Sipiso-piso

Air Terjun Sipiso-piso
Air Terjun Sipiso-piso

Air terjun Sipiso-piso juga termasuk salah salah satu air terjun tertinggi di Indonesia, yaitu mencapai 120 meter. Air terjun ini berlokasi di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, tak jauh dari pemukiman penduduk Desa Tongging. Air terjun ini berada di perbukitan dengan ketinggian 800 mdpl dan dikelilingi hutan pinus. Air Terjun Sipiso-piso ini menjadi salah satu obyek wisata Sumatra Utara yang digemari wisatawan domestik dan mancanegara. Untuk mencapai Air Terjun Sipiso-piso, Anda harus menelusuri jalur berupa anak-anak tangga pada punggung bukit. Setelah berjalan sekitar satu jam, Anda akan segera sampai dan dapat menikmati keindahan Air Terjun Sipiso-piso.

10. Air Terjun Sri Gethuk, Yogyakarta

Air Terjun Sri Gethuk
Air Terjun Sri Gethuk

Salah satu air terjun terindah di Indonesia ini terletak di Dusun Menggoran, Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Air terjun Sri Gethuk ini berada di tepi Sungai Oyo dan lahir dari tiga sumber mata air “kedung poh”, “ngandong”, dan “ngumbul”. Ketiga sumber air ini mengalir menjadi satu dan membentuk aliran air yang jatuh dari tebing bebatuan karst. Masyarakat setempat mempercayai bahwa air terjun ini merupakan tempat penyimpanan kethuk (salah satu instrument gamelan) milik Jin Anggo Meduro. Konon pada saat-saat tertentu, warga akan mendengar suara gamelan yang mengalun dari arah air terjun. Untuk dapat mencapai Air Terjun Sri Gethuk, pertama-tama Anda harus melewati hutan kayu putih milik PERHUTANI dan ladang pohon jati. Setelah itu, ada dua pilihan untuk Anda: menyusuri jalan setapak dengan pemandangan sawah atau menyusuri Sungai Oyo dengan rakit.
Klikers, itulah 10 air terjun terindah di Indonesia. Untuk dapat mencicipi keindahannya, rata-rata Anda bakalan harus menyiapkan hati dan fisik untuk menempuh medan yang cukup menantang, mulai dari melewati hutan, menyebrangi sungai, hingga melintasi jembatan. Namun semoga hal ini tidak menyurutkan niat Klikers untuk berwisata ke sana. Percayalah, Anda bakalan jauh lebih puas menikmati keindahan 10 air terjun ini dengan mata kepala sendiri dan bukan hanya sekedar memandangi fotonya.

Sumber : http://klikhotel.com/blog

Kamis, 04 Desember 2014

Obyek Wisata Sulawesi Tenggara

Mengintip Keunikan Danau Napabale
Bagi anda yang sedang atau berencana akan berwisata ke Sulawesi Tenggara maka mampirlah di Kabupaten Muna. Karena di daerah ini terdapat obyek wisata yang unik dan menarik untuk dikunjungi. Iya, Danau Napabale namanya. Danau yang unik karena memiliki air asin.

Berkunjung ke obyek wisata ini, berarti anda mengunjungi danau sekaligus pantai. Mengapa demikian? Karena di danau ini terdapat terowongan alam dengan panjang sekira 30 meter dan lebar sekira 9 meter yang terhubung langsung dengan pantai Selat Buton. Danau Napabale ini mendapatkan suplai air dari laut melalui terowongan alam tersebut, sehingga hal itu menjadikan air di danau ini terasa asin.
Jika air laut pasang, maka Danau Napabele ini juga akan ikut naik mengikuti pasang air laut dan terowongan alam pun juga terendam air. Namun, jika air laut sedang surut maka air juga akan berkurang sehingga terowongan alam pun juga akan terlihat kembali. Selain menyuplai air laut ke danau, terowongan alam ini pun juga dimanfaatkan oleh para nelayan setempat sebagai jalur untuk pulang dan pergi melaut.

Yang pasti, dengan mengunjungi kawasan wisata Sulawesi Danau Napabale ini, anda akan di manjakan dengan dua pesona alam sekaligus yaitu pesona danau dan pesona laut yang memukau.

Keindahan alam danau dan laut ini bisa anda nikmati dengan cara berlayar di atas sampan atau juga bisa dengan cara menyelam ke dalam danau dan laut. Dengan menyelam, anda akan dapat menikmati panorama bawah air yang sangat menakjubkan. Tetapi jika tidak berani untuk menyelam ke bawah danau atau bawah laut, anda bisa meminta bantuan para nelayan untuk mengantarkan anda ke tengah danau. Pasalnya di tengah danau ini, terdapat tiga karang besar yang berbentuk seperti cawan, yang ditumbuhi oleh pepohonan hijau yang sangat indah dan sejuk.

Selain itu, Danau Napabale dikelilingi oleh perbukitan dan tebing yang tinggi dan terjal dengan ragam tumbuhan yang hidup di atasnya, hingga menjadikan panorama di danau ini semakin indah dan sejuk.

Jika anda sudah puas menikmati panorama Danau Napabale, kini anda bisa melewati terowongan menuju tepi pantai. Di tepi pantai yang indah tersebut, anda bisa memanfaatkan waktu untuk bersantai, berjemur di tepi pantai atau bermain ombak.
Tapi bagi anda yang ingin menjelajahi Danau Napabale secara mendalam, anda dapat menyewa perahu yang telah disediakan oleh nelayan di sekitar danau. Selain itu, anda juga tidak perlu mencari pemandu wisata karena pengemudi perahu akan secara langsung memandu anda untuk menikmati keindahan wisata Sulawesi ini. Jadi, anda tidak perlu khawatir dengan tidak adanya pemandu wisata.

Telusur Goa
Jika anda belum puas, masih ada kegiatan wisata lain yang bisa anda lakukan dan tak kalah serunya. Yakni menelusuri goa. Karena tak jauh dari Danau Napabale ini, ada obyek wisata berupa situs purbakala, yang diberi nama Goa Kabori atau orang setempat menyebutnya Liang Kabori. Menelusuri jauh ke dalam goa ini, anda bisa melihat ratusan lukisan hasil karya manusia zaman prasejarah di sepanjang dinding goa.

Lokasi
Danau Napabale terletak di Desa Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, atau berjarak 15 km dari Kota Raha, ibu kota Kabupaten Muna.

Akses
Dari Bandara Walter Mongonsidi Kendari, kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Bandara Sugimanuru, Kabupaten Muna dengan menggunakan pesawat perintis. Kemudian untuk menuju Kota Raha dari Bandara Sugimanuru, pengunjung bisa menggunakan angkutan umum dengan perjalanan sekira 30 menit. Dari Kota Raha perjalanan dilanjutkan lagi menuju Danau Napabale dengan menggunakan taksi atau ojek dengan waktu perjalanan sekira 20 menit.

Bagaimana apakah sudah siap atau sudah memasukan Danau Napabale ini sebagai tujuan liburan anda nantinya? Yang pastinya, jangan lewatkan obyek wisata Sulawesi yang satu ini jika anda berkunjung ke Pulau Sulawesi. (Diolah dari berbagai sumber)

Kabuto, Wisata Kuliner Khas Sulawesi Tenggara
Selain memiliki panorama wisata alam dan laut yang sangat indah, Sulawesi Tenggara pun juga memiliki wisata kuliner khas Provinsi Sulawesi Tenggara yang terkenal kelezatannya. Wisata Sulawesi kuliner khas Provinsi Sulawesi Tenggara ini adalah Kabuto. Bagi anda yang belum mengenal makanan khas yang satu ini, jangan khawatir. Kami akan mengupasnya dalam artikel ini.

Kabuto merupakan salah satu makanan khas Masyarakat Muna, Sulawesi Tenggara. Jika di pandang sekilas, makanan Kabuto ini mirip dengan makanan gathot dari Jawa yang terletak di wilayah Gunung kidul, Yogyakarta. Makanan gathot dari jawa dengan Kabuto dari Sulawesi Tenggara ini memiliki sedikit kesamaan antara keduanya. Letak kesamaanya adalah sama-sama berbahan dasar ketela pohon (singkong) atau ubi kayu yang telah kering dan kemudian baru dimasak.
                                                    Kabuto (source : halokdi.blogspot)

Perbedaan antara keduanya adalah dari sisi bahan pelengkapnya. Makanan gathot bahan pelengkapnya adalah dengan memberinya campuran parutan kelapa dan garam untuk memberikan rasa asin atau bila menginginkan sedikit rasa manis bisa memberikan campuran gula merah. Namun, Kabuto sedikit berbeda yaitu selain memberikan campuran parutan kelapa juga memberikan tambahan campuran ikan asin gorang.

Makanan Kabuto ini sejak zaman dahulu sudah menjadi makanan pokok masyarakat Muna, Sulawesi Tengggara, sebagai makanan pengganti nasi terutama mereka yang tinggal di daerah pesisir pantai. Jika masa paceklik tiba, makanan kabuto sangat di butuhkan dan banyak di konsumsi oleh masyarakat di sana untuk penguat tubuh.

Memang, masyarakat Muna pesisir, tidak memiliki makanan pokok yang lain selain Kabuto ini karena tanaman padi sangat sulit tumbuh di wilayah mereka. Jika di teliti lebih jauh struktur tanah di daerah mereka memang kurang subur sehingga tanaman padi tidak bisa tumbuh. Hal ini memaksa mereka untuk mencari alternative lain selain menanam padi.

Maka dari itu, mereka akhirnya memilih ketela pohon sebagai bahan makanan pokok mereka karena ketela pohon sanggup bertahan lama dan bisa memberikan rasa kenyang sebagaimana nasi. Sampai saat ini belum ada yang mengetahui mengapa makanan ini di juluki dengan nama Kabuto. Yang pasti makanan Kabuto ini tidak ada kaitannya dengan nama salah satu animasi pada film Jepang yang bernama Kabuto Yakushi.

Perlu anda ketahui bahwa makanan Kabuto ini memiliki cita rasa yang khas sehingga membuat ia dijadikan sebagai sajian istimewa di kalangan masyarakat Muna, Sulawesi Tenggara.

Kekhasan cita rasanya muncul dari bahan dasar ketela pohon yang telah di keringkan dan kemudian di olah menjadi makanan kabuto ini. Jika anda penasaran untuk mencobanya, silakan datang langsung di kampung para Nelayan tepatnya di pesisir pantai Muna, Sulawesi Tenggara. Harganya pun juga sangat terjangkau. Anda cukup merogoh kocek antara Rp 4000-Rp 5000 setiap porsinya (lengkap dengan lauk ikan asinnya).

Taman Hutan Raya Murhum, Wisata Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara menawarkan beragam jenis tempat wisata di provinsi ini, sehingga tidaklah heran jika mengundang banyak wisatawan dari berbagai penjuru Indonesia, maupun dunia.

Bila anda ingin merasakan sesuatu yang berbeda dari Sulawesi Tenggara, bisa mampir ke lokasi wisata Taman Hutan Raya Murhum.
Hutan Raya Murhum,Tempat Wisata Sulawesi (source : yukpegi.com)

Obyek wisata Taman Hutan Raya Murhum terletak di area pegunungan Nipa-Nipa, tepatnya di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Obyek wisata ini terbagi di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Mandonga, Kecamatan Kendari, dan Kecamatan Soropia yang ketiga-tiganya berada di wilayah Kota Kendari.

Penyebutan Murhum diambil pada nama Raja Buton yang terakhir dan juga nama Sultan Buton pertama, sebagai penghormatan pada raja dan sultan yang pernah berkuasa di sana. Maka diabadikan namanya pada Taman Hutan Raya ini.

Taman hutan ini masih termasuk ke dalam salah satu Kawasan Konservasi Alam di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Taman Hutan Raya Murhum ini memiliki bentuk topografi datar, bukit, serta gunung yang berada di kondisi kemiringan hingga mencapai 20-40%. Tahura Murhum (Taman Hutan Raya Murhum) berada tepat di atas tanah yang seluas sekitar 8.146 hektar dengan ketinggian sekitar 500 m di atas permukaan laut.

Tahura Murhum ini memiliki berbagai macam keistimewaan dan keunikan yang beraneka ragam salah satunya terdapat berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang bermacam-macam. Tanaman tumbuh-tumbuhan yang banyak terdapat di Tahura Murhum adalah kayu besi, bolo-bolo putih, palem, rotan, dan sebagainya. Sedangkan hewan yang banyak terdapat di Tahura Murhum adalah hewan anoa, musang, elang laut, kupu-kupu, dan kesturi. 
                             
Selain itu, di dalam area hutan ini, anda akan bisa menikmati air terjun yang sangat bersih dan dapat anda pergunakan untuk mandi. Tak hanya itu, tidak jauh dari lokasi air terjun tersebut, anda akan menemukan situs bersejarah. Yaitu benteng pertahanan peninggalan Jepang.

Kombinasi yang beragam antara jenis-jenis tumbuhan, hewan, serta panorama alam yang memukau, dan situs bersejarah membuat obyek wisata Sulawesi ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Selain keindahan alam yang memukau pada obyek wisata ini, Tahura Murhum juga sudah menyediakan berbagai fasilitas yang di peruntukkan bagi kenyamanan setiap pengunjung. Di sekitar kawasan Tahura Muhum ini terdapat rumah makan dan restoran yang memiliki berbagai macam menu masakan yang sangat tepat untuk menambah stamina anda setelah berjalan kaki selama menyusuri kawasan wisata ini. Jika anda sangat lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dan tidak sanggup meneruskan untuk menelusuri obyek wisata Tahura Murhum ini, anda bisa menginap terlebih dahulu di sekitar lokasi obyek wisata untuk beristirahat. Di sekitar obyek wisata Tahura Murhum ini sudah di sediakan akomodasi hotel yang terdiri dari berbagai macam kelas hotel, mulai dari motel hingga hotel berbintang.

AKSES
Untuk menuju obyek wisata ini, anda harus memperhatikan akses jalan yang tepat dalam rangka untuk mempercepat perjalanan sampai ke tempat obyek wisata. Jika anda memulai perjalanan dari Bandara Wolter Mongisidi, anda harus naik kendaraan umum atau kendaraan pribadi untuk menuju Kelurahan Kemaraya dan kemudian di lanjutkan menuju ke Benua-benua Tipulu, Gunung Jati, Sodohoa dan Mangga Dua. Setelah anda sampai di Mangga Dua, anda harus berjalan kaki melewati jalan setapak dengan jarak sekitar 3,5 km atau sekitar 2 jam berjalan menuju ke Obyek Wiasata Tahura Murhum ini. Jangan khawatir, perjalanan yang melelahkan yang anda lewati akan terbayar dengan keindahan alam Tahura Murhum.

Wisata Sulawesi Tenggara di Pulau Kabaena
Jika anda berkunjung ke Provinsi Sulawesi Tenggara, tak ada salahnya meluangkan waktu untuk mengunjungi beberapa tempat wisata yang sangat indah di provinsi Sulawesi Tenggara ini. Dijamin anda tidak akan rugi jika mengunjungi tempat wisata Sulawesi yang satu ini. Di tempat ini anda akan dimanjakan oleh suasana panorama alam yang sangat menakjubkan. Wisata tersebut adalah sebuah pulau yang berada di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara yang terkenal dengan sebutan Pulau Kabaena.
                                                                                        
Pulau Kabaena merupakan salah satu pulau kecil yang terpisah dari Pulau Sulawesi, namun menyimpan berbagai keindahan alam yang tak ternilai harganya. Dijamin mata anda tidak berkedip dan akan membuat anda ketagihan untuk mengunjungi pulau ini. Di pulau Kabaena ini anda akan di suguhi pemandangan alam yang berupa pantai, perbukitan yang sangat unik, dan ada juga gua yang menyimpan berbagai keindahan.

Bagi anda yang belum mengetahui tentang pulau Kabena ini, sedikit kami akan menjelaskan tentang pulau ini. Pulau Kabaena terletak di ujung tenggara Pulau Sulawesi dengan luas wilayahnya mencapai 873 km2. Di pulau ini, terdapat sebuah gunung yang sangat terkenal yaitu Gunung Sabampolulu yang memiliki ketinggian 1800 meter dari permukaan air laut.

Eksotisme Gunung Sabampolulu mulai terasa ketika pengunjung sudah mendekati Pulau Kabaena. Berkunjung ke lokasi ini, anda akan merasakan cuaca dingin hingga siang hari.
Gunung Sabampolulu, di Pulau Kabaena

Untuk lebih jelasnya, silakan anda kunjungi wisata pulau Sulawesi ini. Dan untuk menambah referensi, kami akan mengulas beberapa tempat wisata yang layak anda kunjungi jika anda sedang berada di Pulau Kabaena Sulawesi Tenggara. Untuk itu, berikut ulasannya di bawah ini.

Pulau Sagori
Pulau Sagori adalah sebuah pulau yang terletak di Kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana, atau di sebelah barat Pulau Kabaena. Pulau ini menyuguhkan sebuah keindahan alam yang sangat luar biasa terutama keindahan pantainya. Pulau Sagori merupakan karang atol berbentuk setengah lingkaran. Selain itu, pulau ini juga memiliki onggokan pasir putih dengan panjang sekira 3.000 meter dan pada bagian tengah sekira 200 meter. Jika melihat dari udara, anda akan melihat pulau ini berbentuk seperti bulan sabit dan berbagai pohon cemara yang tumbuh subur di sekitar pulau ini. Bukan hanya itu, melihat Pulau Sagori dari ketinggian jarak jauh menampilkan sapuan empat warna, yakni biru tua sebagai garis terluar, biru muda, garis putih, kemudian hijau di tengah.

Goa Batu Buri
Tempat yang kedua ini adalah sebuah situs goa bersejarah, Batu Buri (Batu bertulis) yang cukup terkenal di Pulau Kabaena ini. Goa ini banyak di kunjungi oleh para wisatawan. Jadi jangan lewatkan wisata yang satu ini. Goa Batu Buri ini terletak di Desa Lengora, Kecamatan Kabaena Utara. Jika anda mengunjungi goa ini di jamin tidak akan rugi karena anda akan di suguhi berbagai lukisan relief-relief yang berupa stalakmit dan stalaktit. Selain itu, dapat pula ditemui berbagai perkakas dan meubel yang terbuat dari batu pada goa ini.

Bukit Teletubbies
Bagi anda yang pernah menonton serial film anak Teletubbies pasti akan mengenali bagaimana keadaan dari perbukitan pada serial film tersebut. Tapi bukit Teletubbies ini bukanlah yang ada difilm itu lho. Jadi kenapa disebut bukit Teletubbies? Karena bentuk perbukitan yang terdapat pada bukit ini memang sangat mirip dengan serial film anak Teletubbies yang pernah anda tonton. Selain itu, keistimewaan lain yang terdapat pada bukit ini adalah pengunjung bisa menyaksikan panorama matahari terbit maupun matahari terbenam yang sangat memukau bagi wisatawan. Bukit Teletubbies ini terletak di Kelurahan Baliara.

Akses
Untuk mencapai Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, bisa diakses dari Kota Kendari atau Bau-Bau. Karena kedua kota tersebut terakses dengan berbagai maskapai penerbangan dalam negeri maupun kapal laut.

Nah, dari kedua kota itu, anda akan melanjutkan perjalanan dengan kapal feri atau kapal laut ke Pulau Kabaena.

Bagaimana apakah sudah siap menjelajahi keindahan tempat wisata Sulawesi?

Sungai Terpendek di Dunia Ada di Sulawesi
Tak sedikit dari panorama alam Indonesia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Bahkan ada diantaranya masuk dalam rekor dunia. Salah satunya adalah Sungai Tamborasi.

Sungai Tamborasi ini terletak di Desa Tamborasi, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, dimana telah mencatat rekor sebagai sungai terpendek di dunia dan itu telah diakui oleh dunia internasional. Wow…Indonesia keren ya.
Sungai terpendek di dunia (Foto : kaskus.co.id)

Sebelum Sungai Tamborasi ditahbiskan sebagai sungai terpendek sedunia oleh Guiness Book of World Record, rekor sungai terpendek didunia sebelumnya disandang oleh Sungai Roe di Great Fallas, Montana, Amerika Serikat, yang mana memiliki panjang sekira 61 meter. Namun rekor tersebut akhirnya berhasil dipatahkan ketika Sungai Tamborasi yang memiliki panjang hanya sekira 20 meter dan lebar 15 meter ditemukan di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.

Selain Guiness Book of World Record, situs Wikipedia juga mencatat jika Sungai Tamborasi sebagai sungai terpendek dijagad raya ini.

Maka jangan heran jika sungai ini selalu dipadati pengunjung. Dan bahkan telah menjadi tujuan wisata favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Karena selain datang untuk sekadar bersantai, berenang atau mandi, kedatangan para pengunjung di sungai terpendek ini, hanya ingin menyaksikan keunikan dan keindahan wisata Pulau Sulawesi ini.

KEINDAHAN DAN KEUNIKAN YANG DITAWARKAN
Iya, bagi anda yang berkunjung ke Sungai Tamborasi dijamin akan mendapatkan kepuasan tersendiri. Dan yang pasti akan merasa takjub jika dapat menyaksikan langsung salah satu keajaiban dunia tersebut.

Selain itu, sungai ini juga menawarkan pemandangan unik dan mempesona. Keunikan Sungai Tamborasi adalah memiliki hulu dan hilir dalam satu tempat. Dimana letak hulu sungai hanya berjarak sekitar 20 meter dari hilir yang bermuara langsung ke laut. Dan hamparan pasir putih di sekitar pantai dan hilir sungai, juga ikut menambah keindahan di tempat wisata ini.
Sungai Tamborasi, Sungai Terpendek di Dunia (Foto : java-adventure.com)

Bukan hanya itu, sungai ini juga memiliki dua jenis air, yakni air tawar yang dingin dan air laut yang terasa hangat. Nah dengan demikian, jika ingin berenang atau mandi di sana, Anda memiliki dua pilihan sensasi air yang berbeda.

Anda pun bisa temukan beberapa jenis binatang hutan dan beberapa spesies burung, serta beragam tumbuhan laut, karena suasana alam di sekitar sungai ini masih terbilang alami.

Olehnya itu, semua keindahan dan keunikan yang ada Sungai Tamborasi ini, sungguh sayang jika dilewatkan begitu saja, terutama ketika Anda sedang bepergian di Kabupaten Kolaka.

FASILITAS
Beberapa fasilitas umum untuk memanjakan pengunjung seperti gazebo untuk beristirahat dan tempat ganti pakaian sudah dilengkapi.

Sementara untuk fasilitas lainnya seperti hotel dan restoran, memang disana belum tersedia. Tapi jika Anda dan keluarga ingin menginap disana, tidak usah ragu. Karena di sekitar lokasi, ada beberapa rumah makan yang sudah “disulap” untuk sekaligus menjadi penginapan.

LOKASI DAN AKSES
Kendati lokasi Sungai Tamborasi jauh dari pusat kota Kolaka, namun tidak usah ragu jika ingin liburan disana. Karena dalam perjalanan, Anda akan disuguhkan dua pemandangan alam sekaligus yaitu, pinggir pantai dan pegunungan batu marmer di sepanjang jalan. Untuk mencapai lokasi wisata ini, Anda bisa mengaksesnya dengan perjalanan darat dengan jarak tempuh sekira 90 Kilometer dari Kota Kolaka, atau sekira 10 jam perjalanan.

Pemandian Bidadari di Air Terjun Moramo
Air terjun Moramo merupakan salah satu obyek wisata alam terindah di Nusantara ini, yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Kombinasi antara keindahan air terjun dengan berbagai jenis aneka satwa serta tempatnya yang berada dalam areal hutan lindung, menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung ketempat tersebut, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.
                    Air terjun Moramo, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Foto : blogspot.com)

Ditempat tersebut dari ketinggian sekitar 100 meter, terbentuklah air terjun sangat menakjubkan, yang memiliki ciri khas tersendiri. Bentuknya bertingkat, terdiri dari 7 tingkatan utama dan 60 tingkatan kecil.

Dari setiap tingkatan, menumpahkan dan meluncur air jernih dengan derasnya yang disertai suara gemericik, menciptakan suatu harmoni alam yang membuat suasana hati dan pikiran menjadi tentram.

Memang, air terjun yang berada dalam kawasan hutan lindung Suaka Alam Tanjung Peropa dengan luas 38.937 hektar itu, suasananya sangat tenang. Dan sangat cocok bagi anda yang ingin menghindari keramaian kota untuk sementara waktu.

Bebatuan yang menjadi tempat mengalirnya air yang sangat sejuk, sangatlah indah di pandang mata. Karena setiap tingkatan terdapat undakan air yang menyerupai kolam dan bagaikan tempat peristirahatan air menuju ketingkatan berikutnya.

Dari setiap kolam itu, pengunjung dapat memanfaatkannya sebagai tempat pemandian. Tetapi bagi anda yang hobi renang, bisa memilih kolam pada tingkatan kedua. Pasalnya kolam tersebut, lebih luas dari kolam yang lain, juga tidak terlalu dalam.

Meskipun bebatuan menjadi hamparan air ditempat itu, namun anda tak perlu takut untuk menyusuri tiap tingkatan yang bagaikan anak tangga tersebut. Karena bebatuan yang ada dikawasan air terjun Moramo, merupakan batuan kapur yang menyebabkan dinding-dindingnya tidak licin untuk dipanjat dan dilewati pengunjung.

Ya, tak hanya bentuknya yang indah ketika tersentuh cahaya matahari, bebatuan tersebut memancarkan kilauan pelangi yang berwarna-warni dan terlihat menari-nari berbenturan dengan buih air terjun dan riak gelombang yang sangat lembut. Suatu pemandangan yang sungguh menakjubkan.

Olehnya itu, tak heran jika sebagian masyarakat mempercayai tempat tersebut sebagai permandian para bidadari yang turun dari kayangan.
Wisata air terjun Moramo (Foto : go celebes)

Tak hanya itu, sepanjang perjalanan dan sekitar air terjun itu, anda akan menjumpai bentangan alam yang luas nan hijau dan diperkirakan usianya mencapai ratusan tahun. Kondisi jalan yang sedikit menanjak dan licin menjadi suatu pengalaman yang tak terlupakan.

Kicauan burung dan penghuni hutan lainnya yang saling bersahutan, tarian kupu-kupu yang berwarna-warni, seakan memecahkan suasana hening di areal itu, dan melengkapi cerita petualangan anda.

Pada awalnya, air terjun Moramo ditemukan pada tahun 1980 oleh salah seorang transmigrasi asal pulau Jawa yang sedang berburu dan memasang jerat anoa. Namun, pada tahun 1990 tempat tersebut baru mulai di gunakan sebagai tempat wisata.

Tempat & Akses
Air terjun Moramo berada di Desa Sumber Sari, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Atau sekitar 45 kilometer dari kota Kendari.

Sementara untuk mencapai lokasi tersebut, ada beberapa akses yang bisa menjadi pilihan pengunjung. Misalnya dari kota kendari, anda dapat menggunakan angkutan darat selama dua jam perjalanan menuju Kabupaten Konawe Selatan.

Tapi apabila anda menggunakan jalur udara, dari bandara Wolter Mongunsidi, anda dapat langsung menuju ke Desa Sumber Sari. Kemudian dilanjutkan menyusuri kawasan hutan Suaka Alam Tanjung Peropa dengan berjalan kaki sejauh dua kilometer.

Sekian dan semoga keindahan air terjun tersebut dapat dijaga dan dilestarikan bersama, agar tetap dapat dinikmati oleh anak cucu kita. Jangan sampai hanya karena kepentingan orang-orang atau kelompok tertentu, sehinggga panorama alam yang sudah terbentuk ratusan bahkan ribuan tahun ini, hancur dalam hitungan menit. Karena di kawasan hutan lindung yang menjadi tempat Air Terjun Moramo ini, memiliki kandungan marmer terbesar yang ada di Indonesia.

Alam Bawah Laut Wakatobi
Kali ini, Tak ada salahnya anda memuaskan mata dan memulihkan tenaga di salah satu surga bawah laut terindah di dunia. Tempat tersebut merupakan salaha satu wisata bahari yang ada di Sulawesi Tenggara. Ia dikenal dengan nama Taman Nasional Kepulauan Wakatobi.
                       Wisata pulau Wakatobi (Foto : tripadvisor)

Di bawah laut Wakatobi, banyak spesies karang langkah yang menantikan kedatangan anda. Dan tidak usah ragu soal panorama keindahan alam bawah lautnya, keaneka ragaman terumbuh karang serta bioata laut yang ada disana telah menduduki posisi tertinggi dari konservasi laut Indonesia.

Menurut situs Wikipedia (http://id.wikipedia.org), pada tahun 1996 silam, wisata laut ini ditetapkan sebagai Taman Nasional dengan luas area 1,39 juta hektar. Wow, luas banget yah.

Bukan hanya soal karang, di bawah laut sana merupakan taman bermain 93 jenis spesies ikan. Dan salah satunya adalah ikan pari manta yang memiliki ukuran raksasa.

Beberapa jenis penyu juga menjadikan tempat ini sebagai kediaman, diantaranya penyu lekang, penyu sisik dan penyu tempayan.

Eits, masih ada lagi. Pada bulan November, laut Wakatobi memiliki tamu yang setia. Dia bernama Physeter macrocephalus alias ikan paus sperma. Karena pada bulan tersebut belahan bumi lain membeku. Nah pada saat itu, air laut Wakatobi relative lebih hangat di bandingkan laut lainnya.
Alam bawah laut Wakatobi (Foto : jalurindonesia)

Pesona bawah laut kepulauan Wakatobi sudah sejak lama terkenal hingga mancanegara. Maka tak heran, banyak wisatawan asing yang tidak segan merogoh kocek dalam-dalam, demi berpetualang ke Wakatobi untuk menyaksikan keindahannya.

Laut yang diakui sebagai pusat segitiga karang tersebut, telah menjadi perhatian dunia. Terutama setelah adanya tim ekpedisi Wallacea dari Inggris pada tahun 1995. Menurutnya, daerah tersebut terdapat 750 bunga karang atau koral dari 850 total jenis koral yang tersebar diseluruh dunia. Olehnya itu, tak ada salahnya jika Wakatobi dijuluki sebagai tempat menyelam terindah di dunia.

Tak hanya itu, di pinggiran pantai terdapat hutan mangrove yang menjadi tempat bersarang berbagai jenis burung laut. Seperti burung raja udang erasia, angsa batu coklat serta burung cerek melayu. Suatu pemandangan yang turut melengkapi keindahan pulau tersebut.

Nah, jika anda betah berlibur disana, tak perlu khawatir, karena daerah tersebut memiliki sejumlah fasilitas penginapan dan hotel.

Dan soal perut, menu makanan laut yang tersedia dijamin masih segar. Selain itu, anda juga dapat menikmati makanan khas Wakatobi, seperti: sayur paria yang diisi dengan ikan, tombole atau tepung ubi kayu yang di campur dengan kelapa dan di bungkus daun pisang lalu di bakar dengan batu panas, dan masih banyak lagi makanan khas Wakatobi yang layak dicicipi.

Objek wisata itu terdiri dari empat pulau, dan nama Wakatobi sendiri sebenarnya singkatan dari pulau-pulau tersebut. Yaitu pulau Wangiwangi, Kalidupa, Tomia serta Binongko.

Sebelumnya pulau ini bagian dari administratif kabupaten buton dan dikenal dengan kepulauan Tukang Besi. Namun pada tahun 2003, ia dimekarkan menjadi Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Namanya pun ikut berubah menjadi Kepulauan Wakatobi.

Untuk menuju kesana, anda tinggal menggunakan kendaraan menuju Ibukota provinsi Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari. Kemudian anda melanjutkan petualang menggunakan kapal laut menuju pulau Wangiwangi. Tapi ingat, kapal tersebut berangkat setiap pukul 10.00 dan anda akan tiba ditempat tujuan pada pukul 12.00 WITA. Jangan sampai ketinggalan ya!

Bau-Bau, Menyajikan Keindahan Alam 
Pantai Nirwana, Bau-Bau, Sulawesi Tenggara (Foto : wisata.kompasiana)

Berbicara soal wisata di Indonesia memang tidak akan pernah ada habisnya. Tak terkecuali pulau Sulawesi. Ya, hampir semua daerah di pulau ini menawarkan tempat atau obyek wisata menawan dan menarik untuk dikunjungi.

Salah satunya Buton, Sulawesi Tenggara yang juga terkenal dengan wisata bawah lautnya yang kaya nan indah.

Nah, jika anda ingin berlibur akhir pekan atau berwisata di pantai, gak ada salahnya Pantai Nirwana menjadi pilihan anda. Mengapa demikian? Karena pantai yang berada di Kelurahan Sula, Betoambari, Bau Bau, Buton, Sulawesi Tenggara tersebut, begitu indah dan panorama pantainya tak terbantahkan lagi.

Hamparan pasir putih bersih dengan lambaian nyiur di sepanjang pantai, sungguh menjadi pemandangan yang mempesona ditempat ini. Airnya biru jernih dan tenang, bahkan hampir tidak ada ombak sama sekali dan juga tanpa karang. Sehingga pengunjung bebas bermain dan berenang tanpa takut ombak besar dan terkena karang.

Nirwana, namanya bagaikan seorang gadis cantik. Bahkan jika diartikan, Nirwana adalah “surga”. Ya, memang ditempat wisata ini menawarkan keindahan pantai yang memiliki tiga kombinasi warna air laut, diantaranya putih, biru muda dan biru tua kehijauan. Ketiga air tersebut terpisah satu sama lain.

Bukan hanya itu, keindahan terumbu karang Pantai Nirwana menjadi daya tarik tersendiri para turis untuk melakukan penyelaman. Gugusan karang dan ikan-ikan serta jutaan biota laut lainnya akan menjadi pemandangan bagi pengunjung ditempat ini.

Olehnya itu, tak heran jika di pantai Nirwana ini kerap kita temui aktivitas para turis mancanegara melakukan penyelaman (diving) dan pemotretan bawah laut.
Sunset pantai Nirwana (Foto : jaring-ide)

Pantai ini juga memiliki pemandangan matahari terbaik, saat terbit “sunrise” maupun terbenam “sunset”.

Yang pasti, Pantai Nirwana menyajikan keindahan alam yang lengkap, di atas dan di bawah permukaan air laut.

Lokasi & Akses Pantai yang sudah jadi primadona di Kota Bau-Bau ini, sangatlah mudah dijangkau. Dengan perjalanan darat, hanya sekitar 15 menit dari pusat kota Bau Bau, atau hanya beberapa menit dari Bandara Betoambari. Selamat berwisata untuk Anda semua

Air Terjun Tirta Rimba, Bau-Bau
Air terjun Tirta Rimba adalah salah satu objek wisata alam yang layak anda kunjungi di Kota Bau-Bau, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Karena tempat wisata ini menawarkan eksotisme alam yang tak dimiliki objek wisata lain. Olehnya itu, tak heran jika air terjun Tirta Rimba ini menjadi salah satu tempat wisata yang paling populer disana. Karena selain pemandangannya luar biasa dan letaknya strategis, juga biaya masuk murah meriah.
         Air Terjun Tirta Rimba, Bau-Bau, Sulawesi Tenggara (Foto : time.nitrod.com)

Ya, sebagian besar Penduduk setempat menyebut air terjun Tirta Rimba ini, dengan sebutan “Air Jatuh”

Namun apapun namanya, wisata air terjun ini yang memiliki ketinggian sekitar 6 meter dan lebar sekitar 5 meter tersebut, bisa membuat anda semakin enjoy berwisata.

Air terjun ini, berada dalam kawasan hutan lindung yang juga merupakan kawasan wisata alam yang banyak memiliki daya tarik tersendiri hingga memukau pengunjungnya agar betah ditempat ini.

Airnya mengalir dari atas batu alam besar yang mengarah kekolam dengan ukuran sekitar 10 × 7 meter, dilengkapi dengan papan tempat seluncur seperti kolam renang pada umumnya. Dan airnya sangat jernih karena memang tempat ini adalah salah satu daerah konservasi dan pengawasan secara langsung dari pihak Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.

Sambil berenang, ditempat ini pengunjung juga dihibur oleh kicauan segerombolan burung saling bersautan dengan deru angin diatas ranting pepohonan serta suara air terjun.

Tidak hanya itu, rongga batu besar yang ada pada air terjun ini, biasanya juga tak luput dari’serbuan’ para pengunjung untuk dijadikan sebagai objek foto-foto mereka.

Karena eksotisme alamnya sangat luar biasa, maka untuk melengkapi wisata air disini, pengunjung dapat melakukan kegiatan lain seperti; jelajah sungai dan jelajah hutan diareal air terjun ini.
Para pengunjung Air Terjun Tirta Rimba (Foto : wisata.kompasiana)

Namum sayang, karena kendati wisata air terjun ini menjadi salah satu tempat wisata paling populer disana. Tapi kekurangannya karena tidak ada warung makan ditempat ini. Hanya terkadang penjual musim-musiman. Nah, sekedar saran untuk Anda yang berencana berkunjung ditempat ini, ada baiknya bawa bekal sendiri loh untuk mengantisipasi perut keroncongan hehe…..

Lokasi & Akses
Air terjun Tirta Rimba ini, terletak di Kelurahan Lakologou, Kecamatan Wolio, Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, yang berjarak sekitar 4 Km dari sebelah barat pusat Kota Bau-Bau.

Untuk perjalanan menuju tempat wisata ini, dapat ditempuh dengan transportasi darat dengan menggunakan mobil atau sepeda motor, yang hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari pusat kota.

Sementara untuk pengunjung berasal dari luar Bau-Bau, Anda bisa menggunakan pesawat atau kapal PELNI yang akan bersandar di Pelabuhan Murhum, Bau-Bau.

Berkunjung ketempat wisata ini memang luar biasa dan sungguh sangat menyenangkan, untuk itu peran semua pihak untuk menjaga serta merawat dan melestarikan adalah sebuah tanggung jawab bersama. Selamat berwisata untuk Anda semua.

Sumber : http://wisatasulawesi.com