Pages

Selasa, 15 Maret 2011

Keunikan Suku MALI


Keunikan Suku Kuno Di Mali


 Dogon adalah nama dari kelompok suku yang menempati wilayah plato tengah Mali, di selatan sungai Niger. Saat ini suku Dogon berpopulasi sekitar 800 ribu jiwa. Suku Dogon sangat terkenal dan menjadi objek studi antropologi banyak ilmuwan. Mereka terkenal akan mitologi, kebudayaan serta arsitektur pemukimannya. Saat ini telah terjadi perubahan yang signifikan terhadap cara hidup, kebudayaan dan kepercayaan orang Dogon.




Di wilayah Mopti, Mali. Sekelompok orang, berjumlah kurang dari satu juta, mempertahankan warisan budaya dan arsitektur yang unik yang telah mereka nikmati selama ratusan tahun.

Struktur tertua pemukiman Dogon dapat ditemukan pada dinding dinding tebing
Seribu tahun yang lalu orang-orang Dogon melarikan diri ke daerah terisolasi di sekitar lereng curam Bandiagara. Di sini, sekitar tebing curam desa-desa bisa lebih mudah dipertahankan. Ditambah Sungai Niger mengalir melalui daerah itu, memberikan barisan pertahanan alami.


Menurut tradisi lisan mereka, permukiman mulai dibangun disepanjang barat daya dan selama berabad-abad orang-orang Dogon perlahan-lahan memperluas jangkauan mereka utara. Hal ini mungkin bahwa masyarakat Dogon berkembang sebagai hasil dari beberapa gelombang orang yang melarikan diri dari ancaman Islamisasi.



Dinding tebing tetap indah dengan seni yang berumur ratusan tahun yang menggambarkan rincian ritual Dogon. Banyak desa-desa yang di tebing ditinggalkan, karena takut anak anak kecil jatuh dari tebing, maka mereka membangun kembali pemukiman di bawah tebing agar tidak terlalu berbahaya. Tanah ini subur dan Dogon mampu mengembangkan pertanian sepenuhnya.
Melihat Keunikan Pemukiman Suku Dogon
Melihat Keunikan Pemukiman Suku Dogon
Karena disini banyak lahan pertanian. Maka di pemukiman ini banyak lumbung-lumbung untuk menyimpan benih. Sebuah rumah khas Dogon dihiasi dengan lumbung, semua terbuat dari lumpur. Ini tidak primitif kedengarannya, Dogon mengembangkan gaya arsitektur mereka sendiri dari lumpur
Melihat Keunikan Pemukiman Suku Dogon
Melihat Keunikan Pemukiman Suku Dogon
Bangunan khas Dogon memiliki arti tertentu. Lumbung atap ditunjukkan sebagai lumbung laki-laki. Di sinilah gandum dan makanan lainnya disimpan. Atap yang tinggi dan besar mencerminkan kemakmuran. Ada juga lumbung perempuan, di mana perempuan dapat menyimpan barang-barang mereka sendiri, perempuan Dogon bisa mandiri secara ekonomi tanpa bergantung kepada suaminya
Melihat Keunikan Pemukiman Suku Dogon
Melihat Keunikan Pemukiman Suku Dogon
Toguna adalah bangunan hanya untuk laki-laki. Biasanya orang-orang bermusyawarah di dalam toguna. Bangunan ini sengaja dirancang sedemikian rupa dengan atapnya yang rendah, yang berarti bahwa tidak ada laki-laki yang bisa berdiri tegak, alasannya adalah sederhana ketika terjadi perdebatan yang panas, maka orang orang tidak bisa berdiri untuk melukai orang lain, ini menurunkan insiden kekerasan karena membatasi pergerakan.

 
Ginna adalah rumah kepala desa di Dogon.
Kepala desa tinggal di lantai pertama dengan lumbung sendiri di lantai atas. Daerah atap dipercaya dihuni oleh Wagem, nenek moyang Dogon. Wagem sebenarnya nama salah satu kultus animis yang ada di Dogon

Desa ini memiliki seorang pemimpin spiritual yang disebut Hogon. Hogon dipilih dari beberapa kandidat yang terdiri dari laki-laki yang sudah tua di Dogon. Ketika Hogon dipilih maka penduduk desa dilarang menyentuh dia dan ia harus hidup sendiri tanpa mencuci dan cukur selama jangka inisiasi. Selama ini kebutuhannya dipenuhi oleh seorang perawan yang belum memasuki masa puber yang akan membuat makanan dan membersihkan rumah. Perempuan itu juga tidak boleh menyentuh Hogon, dan setiap malam dia akan pulang ke rumah orang tuanya
Melihat Keunikan Pemukiman Suku Dogon

Setelah melewati masa inisiasi. Hogon dipakaikan topi merah dan memakai sebuah gelang dengan hiasan mutiara. Istrinya bisa kembali padanya, tapi pada malam pertamanya, istrinya tidak boleh tidur bersama Hogon. Karena Dogon percaya bahwa saat Hogon tidur dia dikunjungi oleh ular suci yang memberinya hikmat dan mensucikannya saat dia tidur.
Melihat Keunikan Pemukiman Suku Dogon
Melihat Keunikan Pemukiman Suku Dogon
Melihat Keunikan Pemukiman Suku Dogon
Melihat Keunikan Pemukiman Suku Dogon
 
Meskipun Dogon awalnya datang ke daerah Mopti untuk melarikan diri dari Islam, agama telah menyebar ke masyarakat. Banyak desa kini memiliki masjid yang di bangun dari lumpur, yang menambah arti arsitektur permukiman tersebut.

Sumber : DENISH  NET

10 SPECIES HEWAN MENAKJUBKAN YANG TELAH PUNAH

1. Tyrannosaurus Rex (punah 65 juta tahun yang lalu)


Tyrannosaurus rex adalah salah satu karnivora tanah terbesar sepanjang masa, berukuran sampai dengan 43,3 kaki panjang, dan 16,6 ft tinggi, dengan perkiraan massa yang berlangsung hingga 7 ton. Seperti tyrannosaurids lain, Tyrannosaurus adalah karnivora berkaki dua dengan tengkorak besar diimbangi dengan ekor yang panjang dan berat. Sehubungan dengan hindlimbs besar dan kuat, Tyrannosaurus forelimbs kecil dan mereka mempertahankan hanya dua angka.

Fosil T. rex sudah ditemukan di formasi batu Amerika Utara dating ke tiga juta tahun terakhir Periode Cretaceous pada akhir tahap Maastrichtian, sekitar 68,5-65500000 tahun yang lalu, melainkan di antara dinosaurus terakhir untuk ada sebelum acara Cretaceous-Tersier kepunahan. Lebih dari 30 T. rex spesimen telah diidentifikasi, beberapa di antaranya kerangka hampir selesai. Beberapa peneliti telah menemukan jaringan halus juga. Kelimpahan bahan fosil telah memungkinkan penelitian yang signifikan dalam berbagai aspek biologi, termasuk sejarah kehidupan dan biomekanik.
2.quagga

Salah satu hewan paling terkenal Afrika punah, quagga adalah subspesies dari zebra dataran, yang pernah ditemukan dalam jumlah besar di Afrika Selatan Cape Propinsi dan bagian selatan dari Orange Free State. Hal ini dibedakan dari zebra lain dengan memiliki tanda hidup biasa pada bagian depan tubuh saja. Pada bagian pertengahan, garis-garis memudar dan gelap, ruang antar-garis menjadi lebih luas, dan bagian belakangnya adalah coklat polos. Nama berasal dari kata Khoikhoi untuk zebra dan onomatope, yang dikatakan menyerupai panggilan quagga's.

quagga ini awalnya diklasifikasikan sebagai spesies individu, Equus quagga, pada tahun 1788. Selama lima puluh tahun mendatang atau lebih, banyak zebra lain digambarkan oleh naturalis dan penjelajah. Karena variasi yang besar dalam pola mantel (tidak ada dua zebra yang sama), ahli taksonomi yang tersisa dengan sejumlah besar dijelaskan "spesies", dan tidak ada cara mudah untuk mengetahui mana yang merupakan jenis benar, yang subspesies, dan yang hanya alam varian. Jauh sebelum kebingungan ini disortir keluar, quagga sudah diburu ke kepunahan untuk daging, jangat, dan melestarikan pakan untuk saham dijinakkan. The liar terakhir quagga mungkin ditembak di akhir 1870-an, dan spesimen terakhir meninggal di penangkaran pada 12 Agustus 1883 pukul kebun binatang Artis Magistra di Amsterdam.

Karena kebingungan besar antara spesies zebra berbeda, terutama di kalangan masyarakat umum, quagga sudah menjadi punah sebelum disadari bahwa tampaknya menjadi spesies terpisah. Quagga adalah makhluk punah pertama yang DNA-nya diteliti. penelitian genetik terbaru di Smithsonian Institution telah menunjukkan bahwa quagga sebenarnya bukan spesies yang terpisah sama sekali, tetapi menyimpang dari zebra dataran sangat bervariasi.

3.tasmanian tiger (punah sejak1936)

Harimau Tasmania adalah marsupial karnivora terbesar dikenal zaman modern. Berasal dari Australia dan New Guinea, diperkirakan telah menjadi punah pada abad ke-20. Hal ini umumnya dikenal sebagai Harimau Tasmania (karena punggungnya yang bercorak belang), dan juga dikenal sebagai serigala Tasmania, dan bahasa sehari-hari yang Tassie (atau Tazzy) Tiger atau cukup harimau saja. Ini adalah anggota yang masih ada terakhir dari genus-nya, Thylacinus, meskipun sejumlah spesies istimewa telah ditemukan dalam catatan fosil datang kembali ke awal Miosen.

Harimau Tasmania punah di daratan Australia ribuan tahun sebelum penyelesaian Eropa benua, tetapi bertahan di pulau Tasmania bersama dengan sejumlah spesies endemik lain seperti Setan Tasmania. Berburu intensif didorong oleh karunia umumnya dipersalahkan atas kepunahan, tetapi faktor penyebab lain mungkin telah penyakit, pengenalan anjing, dan perambahan manusia ke dalam habitatnya. Meskipun secara resmi digolongkan sebagai punah, penampakan masih dilaporkan. .
Spoiler for pict:

4.Steller's Sea Cow: the defenseless beast (extinct since 1768)

Dahulu ditemukan di dekat pantai Asiatic Laut Bering, itu ditemukan pada pada 1741 oleh naturalis Georg Steller, yang bepergian dengan explorer Vitus Bering. Sapi laut tumbuh sampai dengan 7,9 meter (25,9 ft) panjang dan beratnya sampai tiga ton, jauh lebih besar daripada manatee atau dugong. Hal ini tampak agak seperti anjing laut besar, tetapi forelimbs kokoh dua ekor ikan paus-suka. Menurut Steller, "binatang tidak pernah keluar di pantai, tetapi selalu tinggal di air. Kulitnya hitam dan tebal, seperti kulit sebuah pohon oak tua ..., kepalanya sebanding dengan tubuh kecil ... , tidak memiliki gigi, namun hanya dua tulang putih rata-satu di atas, yang lain di bawah ". Ini benar-benar jinak, menurut Steller.

Fosil menunjukkan bahwa Sapi Laut Steller sebelumnya tersebar luas di sepanjang pantai Pasifik Utara, mencapai selatan ke Jepang dan California. Mengingat kecepatan dengan penduduknya terakhir telah dieliminasi, kemungkinan bahwa kedatangan manusia di daerah tersebut adalah penyebab kepunahan yang lain juga. Masih ada laporan sporadis hewan laut seperti sapi dari daerah Bering dan Greenland, sehingga telah menyarankan bahwa populasi kecil dari binatang dapat bertahan sampai sekarang. Ini tetap sejauh ini belum terbukti.
Spoiler for pict:
5.Rusa Irlandia: rusa terbesar yang pernah hidup (punah sekitar 7.700 tahun yang lalu)

The Elk atau Rusa Raksasa, adalah rusa terbesar yang pernah hidup. Ia tinggal di Eurasia, dari Irlandia ke sebelah timur Lake Baikal, selama Late Pleistocene dan awal Holocene. Sisa dikenal terakhir spesies sudah adalah karbon jaman ke sekitar 5.700 BC, atau sekitar 7.700 tahun yang lalu. Rusa Raksasa terkenal untuk ukuran berat (sekitar 2,1 meter atau 7 kaki tinggi di bahu), dan khususnya untuk memiliki tanduk terbesar dari setiap cervid dikenal (maksimal meters/12 3,65 meter dari ujung ke ujung dan beratnya sampai 90 pon).

Diskusi penyebab kepunahan mereka masih terfokus pada tanduk (bukan pada ukuran tubuh mereka secara keseluruhan), yang mungkin lebih disebabkan dampaknya pada pengamat daripada milik sebenarnya. Beberapa berburu telah disarankan oleh manusia adalah faktor dalam runtuhnya Elk Irlandia seperti itu dengan banyak prasejarah megafauna, bahkan dengan asumsi bahwa ukuran tanduk besar membatasi pergerakan laki-laki melalui kawasan hutan atau bahwa hal itu oleh beberapa lain berarti "maladaptation ". Tetapi bukti overhunting kurang tegas, dan sebagai spesies kontinental, itu akan bersama-berevolusi dengan manusia di seluruh keberadaannya dan mungkin telah beradaptasi dengan kehadiran mereka.
Spoiler for pict:
 6.Caspian Tiger (punah sejak 1970)


Harimau Kaspia atau harimau Persia adalah barat subspesies harimau, ditemukan di Iran, Irak, Afghanistan, Turki, Mongolia, Kazakhstan, Kaukasus, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan sampai itu rupanya menjadi punah di tahun 1970-an. Dari semua harimau dikenal dunia, harimau Caspian adalah yang terbesar ketiga.
Tubuh subspesies ini cukup gempal dan memanjang dengan kaki kuat, cakar lebar yang besar dan cakar yang luar biasa besar. Telinga yang pendek dan kecil, dan memberikan penampilan yang tanpa bulu di ujung. Sekitar pipi harimau Caspian ini didukung berbulu dan sisanya dari bulu yang panjang dan tebal. Pewarnaan itu mirip yang dari harimau Bengal. Harimau jantan Caspian sangat besar dan berat 169-240 kg. Wanita yang tidak besar, dengan berat 85-135 kg. Masih ada klaim sesekali dari harimau Kaspia yang terlihat.
Spoiler for pict:

7.Aurochs: jenis sapi yang sangat besar (punah sejak 1627)

Salah satu hewan paling terkenal di Eropa, aurochs atau urus (Bos primigenius) adalah jenis yang sangat besar ternak. Aurochs berkembang di India sekitar dua juta tahun yang lalu, bermigrasi ke Timur Tengah dan lebih lanjut ke Asia, dan mencapai Eropa sekitar 250.000 tahun yang lalu.

Pada abad ke 13 Masehi, rentang aurochs 'dibatasi ke Polandia, Lithuania, Moldavia, Transylvania dan Prussia Timur. Hak untuk berburu binatang besar di tanah pun dibatasi untuk bangsawan dan secara bertahap kepada rumah tangga kerajaan. Sebagai penduduk aurochs menolak, berburu berhenti tetapi istana masih dibutuhkan gamekeepers untuk menyediakan bidang terbuka untuk aurochs untuk merumput masuk The gamekeepers dibebaskan dari pajak lokal dalam pertukaran untuk layanan mereka dan keputusan yang dibuat sebuah perburuan aurochs hukuman mati. Pada 1564, dalam gamekeepers tahu hanya 38 hewan, menurut survei kerajaan. The aurochs terakhir live yang direkam, perempuan, meninggal tahun 1627 di Hutan Jaktorów, Polandia. tengkorak itu kemudian diambil oleh Tentara Swedia dan sekarang menjadi milik Livrustkammaren di Stockholm.

Pada 1920-an dua zookeepers Jerman, saudara Heinz dan Lutz Heck, mencoba untuk berkembang biak aurochs kembali menjadi ada (lihat penangkaran belakang) dari sapi dalam negeri yang keturunan mereka. Rencana mereka berdasarkan konsepsi bahwa spesies tidak punah selama semua gennya masih hadir dalam populasi hidup. Hasilnya adalah jenis yang disebut Heck Cattle, 'diciptakan kembali Aurochs', 'Heck Aurochs', yang dikenakan kemiripan lengkap dengan apa yang diketahui tentang fisiologi aurochs liar...
 8.the great auk (punah 2.000 tahun yang lalu)

The Auk Agung adalah satu-satunya spesies dalam genus Pinguinus, Auks raksasa terbang dari Atlantik, untuk bertahan hidup sampai saat ini, tetapi punah hari ini. Hal ini juga dikenal sebagai garefowl, atau penguin.


Berdiri sekitar 75 cm atau 30-34 inci tinggi dan berat sekitar 5 kg, Great Auk terbang adalah yang terbesar dari Auks. Itu bulu hitam putih dan glossy. Di masa lalu, Great Auk ditemukan dalam jumlah yang besar pada pulau-pulau luar Kanada timur, Greenland, Islandia, Norwegia, Irlandia dan Inggris, tetapi akhirnya diburu ke kepunahan. Tetap ditemukan di Floridan middens menunjukkan bahwa setidaknya kadang-kadang, burung diri yang jauh di selatan di musim dingin baru-baru ini seperti pada abad ke-14.
Spoiler for pict great auk:

9.cave lion:singa terbersar di dunia(punah 2.000 tahun yang lalu)

Singa gua, juga dikenal sebagai singa gua Eropa atau Eurasian, adalah subspesies punah singa diketahui dari fosil dan berbagai seni prasejarah. Subspesies ini adalah salah satu singa terbesar. Seorang laki-laki dewasa, yang ditemukan pada tahun 1985 dekat Siegsdorf (Jerman), memiliki tinggi bahu sekitar 1,2 m dan panjang 2,1 m tanpa ekor, yang tentang ukuran sama sebagai seekor singa modern yang sangat besar. Laki-laki ini bahkan melebihi oleh spesimen lain dari subspesies. Oleh karena itu kucing ini mungkin sudah sekitar 5-10% lebih besar daripada singa modern. Ini rupanya punah sekitar 10.000 tahun lalu, selama glaciation Wurm, meskipun ada beberapa indikasi itu mungkin sudah ada baru-baru ini sebagai 2.000 tahun yang lalu, di Balkan.
Spoiler for pict cave lion:

10.burung dodo punah sejak abad-17
Dodo (Raphus cucullatus) adalah burung terbang yang hidup di Pulau Mauritius. Terkait dengan merpati dan merpati, ini berdiri sekitar satu meter (tiga kaki), hidup pada buah dan bersarang di tanah. Dodo telah punah sejak abad ke-17 pertengahan-ke-akhir.

Hal ini biasanya digunakan sebagai pola dasar spesies punah karena kepunahan yang terjadi selama sejarah manusia tercatat, dan berkaitan secara langsung dengan aktivitas manusia. Frasa kata sifat "sebagai mati sebagai seorang dodo" berarti niscaya dan tidak diragukan lagi mati. Frase kata kerja "untuk pergi cara dodo" berarti untuk menjadi punah atau usang, untuk jatuh dari penggunaan umum atau praktek, atau menjadi sesuatu dari masa lalu.
Spoiler for pictdodo:

Sumber : DANIHS NET.................(^_^).................

Pariwisata ( KALIMANTAN TENGAH )

Kalimantan Tengah
Provinsi Kalimantan Tengah adalah provinsi dengan wilayah terluas nomor tiga setelah Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Papua, Luas Wilayah Kalimantan Tengah 1,5 kali luas Pulau Jawa. Pusat pemerintahan provinsi (ibukota) yaitu kota Palangkaraya dan luas wilayahnya 157.983 km2 mencakup 13 kabupaten dan 1 kota.

Pemerintahan tingkat II tersebut adalah Kabupaten Barito Selatan, BaritoTimur, Barito Utara, Kabupaten Gunung Mas, Kapuas, Katingan, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Kabupaten Lamandau, Murung Raya, Pulang Pisau, Sukamara dan Kabupaten Seruyan. Sedangkan kotamadyanya adalah kota Palangkaraya.

Provinsi Kalimantan Tengah secara geografis berbatas dengan Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan di sebelah Timur, di sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat, dan di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, sedangkan di bagian Selatan berbatas dengan Laut Jawa.

Populasi masyarakat Dayak paling banyak di Kalimantan Tengah dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Kalimantan. Masyarakat Dayak. yang terdapat di Kalimantan Tengah antara lain Orang Dayak Ngaju, Ot Danum dan Ma'anyam.

Bahasa Ngaju merupakan bahasa yang paling luas digunakan di Kalimantan Tengah. Bahasa ini digunakan di daerah Kapuas, Palangkaraya dan Barito Selatan. Agama utama di Kalimantan Tengah adalah Islam tetapi kepercayaan Kaharingan masih tetap dijalankan secara luas. Secara bahasa Kaharingan berati hidup atau kehidupan.

Diantara objek wisata di kalimantan tengah :

Barito Utara

Sejumlah daya tarik wisata di kabupaten Barito Utara ini antara lain adalah Tengkorak Kepala Maripati Singa Nginuh terdapat di Desa Ketapan, Kecamatan Gunung Timang, sekitar 67 km dan Kota Muara Teweh dan dapat ditempuh dengan kendaraan darat selama 1,5 jam.

Sebagai orang yang berjasa mengusir penjajah pada jaman dulu, tengkorak kepala ini dikeramatkan oleh masyarakat Desa Ketapang pada khususnya. Masyarakat percaya bahwa tengkorak kepala ini bisa mengabulkan permintaan mereka, sehingga setiap ada hajatan atau permintaan, masyarakat selalu datang melaksanakan ritual adat/upacara.

Dalam hal ini upacara Hindu Kaharingan dimana warga yang melaksanakan hajatan memberikan sesajen yang diletakkan di dekat tempat tengkorak kepala ini. Apabila permintaan mereka terkabul, mereka selanjutnya memberikan sesajen berupa Lamang (Nasi Ketan yang dibakar di dalam sebatang Bambu) dan digantung di atas atap tempat tengkorak berada sebagai ungkapan terima kasih.

Liang kalau diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah goa. Di Desa Bayas Kelurahan Lanjas Kecamatan Teweh Tengah sekitar 15 km dari Kota Muara Teweh terdapat Liang Idai yang dapat dicapai dengan menggunakan sepeda motor sekitar satu jam.

Kawasan Kars yang khas di sekitar goa menjadikan daerah tujuan wisata ini layak untuk disinggahi, apalagi bagi mereka yang senang tantangan dengan menyusuri sis-sisi goa yang banyak cabang arahnya.

Rumah Betang juga terdapat di Desa Nihan Hilir Kecamatan Lahei dan dapat ditempuh melalui jalan darat dan transportasi sungai. Rumah Panjang dan tinggi merupakan rumah khas masyarakat Dayak jaman dahulu dan hingga saat ini Betang masih dapat dijumpai dan masih dihuni oleh masyarakat Dayak.


Lamandau

Kabupaten Lamandau adalah salah satu Kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) berdasarkan UU No. 5 Tahun 2002, yang diresmikan pada tanggai 4 Agustus 2002 dengan ibukota Nanga Bulik.

Kabupaten ini merupakan satu-satunya kabupaten pemekaran yang berawal dari sebuah kecamatan atau tidak melalui perubahan status Kabupaten Administratif. Bila datang ke Kabupaten Lamandau dengan pesawat udara, waka yang terlihat dari udara adalah hutan belantara yang sangat luas, bagai permadani hijau yang penuh pesona. Sejauh mata memandang hanyalah hijau pepohonan yang menjulang tinggi seakan berlomba ingin menggapai langit.

Sementara sungai-sungai mengalir berkelok-kelok bagaikan seekor raksasa melenggang di hamparan rumput hijau. Daerah ini memiliki hutan tropis yang masih Iebat dengan pemandangan perbukitan, sungai dan jeram ditambah lagi dengan adat istiadat dan budaya masyarakat yang beragam menjadikan daerah ini sangat tepat untuk dikembangkan kegiatan parrwisata.

Dari ibukota Kabupaten Lamandau menuju Kecamatan Delang kurang lebih 120 km. ada tujuh bukit yang terlihat jelas mengapit kecamatan itu. Diantara ketujuh bukit ini ada salah satu bukit yang dianggap keramat oleh penduduk karena tempat tinggal para arwah orang yang sudah meninggal yaitu Bukit Sebayan Bungsu.

Sampai sekarang pun bukit ini masih dipercayai oleh masyarakat setempat sebagai bukit surga karena konon ceritanya di bukit Sebayan Bungsu ini ada sebuah perkampungan yang sangat ramai dan sangatlah indah tetapi mata manusia biasa tidak akan bisa melihatnya, bahkan seringkali di bukit ini terlihat seperti ada keramaian namun bila didatangi tidak ada satu manusia pun yang terlihat yang ada hanya hutan belantara.

Di Kecamatan Delang ini pula masih banyak terlihat rumah-rumah penduduk yang berupa rumah betang dan masih tampak keasliannya. Rumah-rumah betang yang ada rata-rata berumur lebih dari ratusan tahun dan masih terpelihara.

Hat itu menandakan bahwa penduduk di Kecamatan Delang tidak pernah meninggaikan budaya dan adat istiadatnya. Kecamatan Delang juga banyak menyimpan benda-benda peninggalan leluhur mereka yang sampai saat ini masih terpelihara.

Rumah Betang Ojung Batu dulunya dikenal sebagai tempat kediaman seorang tokoh rnasyarakat yang sangat kaya. Betang ini sudah berumur hampir seribu tahun dan pemilik betang ini bernama Omas Petinggi Kaya yang dianggap sebagai salah satu tetua adat. Di betang ini banyak menyimpan benda-benda yang berupa Tajau atau tempayan. Pada jaman dulu tingkat kekayaan seseorang diukur dari banyaknya menyimpan tajau atau tempayan yang disebut juga dengan balanga.

Dulu jumlahnya ada ribuan tajau namun sekarang tinggal separuhnya saja. Kegunaan dari tempayan atau balanga ini sebagai nilai jual beli. Bagi penduduk setempat bila banyak menyimpan tajau atau balanga dianggap sebagai orang yang terpandang. Tajau atau balanga juga dianggap sebagai benda yang memiliki kekuatan gaib bahkan sebagai pembawa rezeki, karena konon ceritanya orang yang membuat tajau tidak boleh sembarang, ada upacara khusus sebelum pembuatannya.

Ada salah satu rumah betang yang juga sangat tua namun masih terpelihara dan rumah betang ini juga masih menyimpan beberapa benda-benda peninggalan di antaranya ialah tajau yang sudah berusia 300 tahun dan sebuah gading atau gading patih gau-gau. Dari Kecamatan Delang dapat meneruskan perjalanan ke Desa Kubung untuk melihat potensi wisata alamnya. Jarak tempuhnya sekitar 15 km dengan keadaan jalannya juga masih dalam tahap pengerasan. Di Desa Kubung ini ada sebuah rumah yang sudah menjadi batu, menurut cerita penduduk setempat bahwa rumah yang sudah jadi batu ini akibat sebuah tulah sehingga alam membuat hukuman kepada rumah ini serta seluruh penghuninya.

Batu ini bernama Batu Batungkat dan setiap orang yang ingin melihat batu ini sebelumnya dianjurkan untuk meletakan sebuah kayu di Batu Batungkat ini. Batu ini bila dilihat dari kejauhan nampak seperti sebuah rumah yang sangat besar dan sering sekali penduduk setempat mendengar seperti ada sekelompok orang yang sedang berbicara.

Bila kita menaiki batu ini kita akan melihat keindahan alam di sekelilingnya yang kiri-kanannya terlihat perbukitan sehingga menambah keindahan panorama alamnya. Di desa ini pula terdapat Air Terjun Sukam yang jarak tempuhnya sekitar 9 km dari Kubung. Dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki melewati jalan setapak yang di sekelilingnya di penuhi hutan belantara.

Air terjun ini terdiri dari tujuh tingkat yang tingginya kurang lebih 175 m menyerupai sebuah tangga sehingga terlihat sangat menarik bahkan dulunya air terjun ini digunakan orang untuk bertapa.

Desa Riam Tinggi sekitar 10 km dari ibukota Kecamatan Delang memiliki aliran sungai untuk arung jeram. Sepanjang daerah aliran sungai Lamandau mempunyai kontur dan kondisi sungai yang berbeda-beda dengan kenyataan alam berupa riam-riam sungai yang memenuhi persyaratan yang ideal di dalam dunia kepariwisataan dan mempuriyai nilai jual untuk olah raga arung jeram dan olah raga-olah raga air lainnya.

Daya tarik lainnya adalah Riam Tapin Bini, termasuk riam yang sangat besar dan ada 33 pulau sepanjang riam. Riam Tapin Bini sudah serinp digunakan para wisatawan lokal. Di saat musim penghujan Riam Tapin Bini sangatlah indah dan diharapkan bisa mengundang minat para wisatawan asing maupun wisatawan domestik khususnya yang menyenangi olah raga arung jeram.

Di desa Tapin Bini inilah wisatawan juga dapat meliliat rumah betang peninggalan leluhur yang masih terlihat keasliannya, serta memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi. Rumah ini dikenal dengan nama Rumah Betang Binding Tambi yang sekarang ini usianya mencapai 300 tahun.

Dibangunnya betang ini bertujuan untuk mengamankan atau melindungi sekelompok keluarga, juga sebagai tempat bermusyawarah dalam menangani setiap permasalahan. Kayu jati dan kayu bangkirai merupakan bahan utama untuk pembangunan Rumah Betang Dinding Tambi.

Masih di Kecamatan Tapin Bini ada Air Terjun Palei Kodan yang jarak ternpuh dari ibukota kabupaten kurang Iebih 55 km dengan menggunakan sarana transportasi darat. Air terjun Palei Kodan Ietaknya di tengah hutan belantara namun tidak terlalu jauh dari pinggir jalan hanya berjarak 150 m dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.


Kota Waringin Barat


Kabupaten Kota waringin Barat dengan ibu kota Pangkalan Bun adalah Daerah Otonom. sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 27/1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan. Setelah adanya perubahan Kabupaten di Kalimantan Tengah, maka luasnya adalah 8.300 km2.

Kabupaten ini mempunyai hampir semua keindahan tanah tropis. Terdapat banyak tempat adanya keindahan alam yang natural. Tempat tinggal orangutan, kera besar Asia yang tinggal di hutan perawan bersama-sama dengan berbagai flora dan fauna lainnya membentuk ekosistem hutan hujan tropis sejati.

Taman Nasional Tanjung Puting adalah sebuah taman nasional yang terletak di semenanjung Barat Daya Provinsi Kalimantan Tengah dan pada awalnya merupakan cagar alam dan suaka margasatwa dengan luas total 305.000 ha yang ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada Tanggal 13 Juni 1936 dan pada 12 Mei 1984 oleh Menteri Kehutanan Rl, Tanjung Puting ditetapkan sebagai Taman Nasional dan luasnya menjadi 415.040 ha.

Pada kawasan taman nasional ini terdapat Pusat Rehabilitasi Orang Utan yang berlokasi di Tanjung Harapan dan Camp Leak Leakey di mana orang utan tangkapan yang sudah jinak diajarkan untuk kembali hidup di alam liar. Peneliti asal Kanada bernama Dr. Birute Galdikas adalah orang pertama yang melakukan penelitian terhadap orang utan di wilayah ini pada awal tahun 1970-an. Galdikas meneliti seluruh jenis kera besar, utamanya orang utan dengan sponsor Leakey Foundation.

Di kawasan Taman Nasional Tanjung Putting ini meliputi hutan hujan tropis, hutan bakau dan rawa-rawa di mana berbagai tumbuhan dan hewan liar hidup dan berkembang biak. Hewan liar itu termasuk buaya, orang utan, babi hutan, gibon, burung enggang, monyet berbelalai, kucing hutan, ular piton, ikan duyung dan sejenis ikan yang dapat berjalan dan bernafas di darat. Wilayah ini juga menjadi habitat ikan arwana (dragon fish) yang biasanya dijual dengan harga mahal dan menjadi koleksi akuarium bagi masyarakat Tionghoa karena dipercaya membawa keberuntungan.

Obyek wisata lainnya Pantai Kubu merupakan pantai indah yang berdekatan dengan Teluk Kumai. Teluk ini berdasarkan studi Japan International Cooperation Agency (JICA) Tahun 1999, merupakan kawasan pembangunan pelabuhan samudera yang amat ideal di Kalimantan.

Bagi yang menyukai wisata petualangan dapat mengunjungi Muara Teweh yang cocok bagi wisatawan dengan stamina kuat dan menyukai jenis wisata petualangan, karena Muara Teweh merupakan titik awal sebelum memulai perjalanan menyusuri hutan dan pegunungan Kalimantan Tengah. Muara Teweh termasuk wilayah pedalaman yang berada di hulu Sungai Barito dan merupakan salah satu kawasan penebangan hutan (loging). Muara Teweh adalah empat pemberhentian terakhir bagi perahu motor di Sungai Barito, perjalanan lebih jauh ke hulu hingga ke Purukcahu hanya dilakukan jika kondisi air sungai memungkinkan sehingga masih dilalui perahu motor.

Dari Purukcahu perjalanan dapat dilanjurkan lebih jauh ke Utara denganan menggunakan perahu motor dan dengan ditemani pemandu setempat wisatawan dapat meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki (treking) menyusuri hutan dan pegunungan Kalimantan. Di dekat Gunung Pacungapung, di perbatasan antara Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, terdapat tonggak yang menjadi simbol geografis bahwa tempat tersebut adalah titik pusat (central) Pulau Kalimantan. Dari Muara Teweh perjalanan dapat dilanjutkan berjalan kaki menuju Long Iram di Kalimantan Timur dan kemudian menumpang perahu motor di Sungai Mahakam menuju Samarinda.

Kumai adalah kota kecil dengan panorama indah dan memiliki sebuah pelabuhan kecil yang berada di tepi Sungai Kumai di mana berbagai jenis kapal. khususnya dari Bugis dan Madura ditambat di dermaga. Sebagian orang lebih menyukai menginap di Kumai dari pada Pangkalanbun, khususnya mereka yang hendak mengunjungi Tanjung Puting, karena fasilitas penginapannya dinilai lebih baik.



Palangkaraya

Palangkaraya, kota yang dilalui Sungai Kahayan ini merupakan ibukota Kalimantan Tengah. Pada masa Orde Lama, Palangkaraya pernah diusulkan Presiden Soekarno sebagai ibukota Kalimantan. Saat ini, Palangkaraya merupakan kota modern yang cukup bersih dikelilingi oleh kawasan hutan yang cukup luas dan kawasan pemukiman transmigrasi. Palangkaraya menjadi kota persinggahan bagi wisatawan sebelum menuju ke tempat lain, khususnya mereka yang berminat mengeksplorasi pedalaman Kalimantan.

Obyek Wisata di Kota Palangkaraya yang layak dikunjungi diantaranya kawasan wisata di Tangkiling berupa: Taman Wisata Tangkiling, Batu Banama dan Kawasan Wisata Kyaru Menteng, Museum Balanga, Sandung Ngabe Sukah, Danau Kereng Bangkirai, Taman Pantai Sabaru.

Museum Balanga berada di Jl. Cilik Riwut, Km 2,5 yang memperagakan berbagai benda terkait dengan kebudayaan masyarakat Dayak Ngalu termasuk upacara adat untuk menyambut kelahiran, perkawinan dan upacara kematian.

Di Jl. Panjaitan terdapat pusat kesenian Mandala Wisata dengan model bangunan seperti rumah tradisional Dayak yaitu rumah panjang. Pada malam hari, wisatawan dapat berjalan-jalan ke pasar malam di sudut Jl. Raya dan Jl. Halmahera.

Pulau Kaja terletak di Kelurahan Sei Gohong Kecamaten Bukit Batu, yang kira-kira 40 km dari ibukota Pravinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Dibatasi oleh 2 sungai yaitu Sungai Rungan di bagian Timur dan Terusan Kaja di bagian Barat.

Pulau ini terlihat seperti terbagi atas tiga bagian besar. Pada bagian atas terdapat danau di tengahnya dan dikelilingi oleh dataran tinggi. Pada bagian tengah akan digunakan sebagai tempat orang utan yang teridentifikasi Hepatitis B dan kemungkinan beruang. Luas wilayah tersebut kira-kira 29,5 Ha. Pada bagian bawah lebih sering terendam air terutama pada musim hujan. Luas Pulau Kaja untuk rehabilitasi orang utan adalah 150 Ha ditambah dengan kawasan sekitarnya menjadi 250 Ha untuk dilindungi (menjadi Suaka Margasatwa),

Obyek wisata Danau Tahai terletak di Desa Tahai, Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu, berjarak sekitar 29 km dari pusat kora Palaagkaraya. Untuk mencapai ke lokasi sangat mudah hanya memakan waktu 30 menit baik dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat, dengan kondisi jalan aspal yang cukup bagus.

Tidak jauh dari lokasi Danau Tahai di kawasan "Nyaru Menteng” terdapat obyek wisata lain yang tidak kalah menariknya yaitu obyek wisata Arboretum yaitu taman hutan percontohan. Merupakan hutan lindung dan iangka di tepi Danau Tahai. Obyek ini berjarak sekitar 29 km dari pusat kota Palangkaraya, dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda ernpat, dengan kondisi jalan beraspal yang masih bagus. Di lokasi Taman Arboretum jni tumbuh berbagai jenis pepohonan, seperti geronggang, meranti, cemara madang tampang, mahang, kamisi (jambu-jambuan, rambangum, kahui, balangiran) dan sebagainya. Kawasan ini selain sebagai tempat wisata juga digunakan sebagai obyek penelitian flora.

Bukit Tangkiling berjarak sekitar 34 km dari pusat kota Palangkaraya, dengan waktu tempuh kira-kira 45 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, dengan melewati jalan aspal. Terletak di Kelurahan Banturung dan Kelurahan Tangkiling, Kecamatan Bukit Batu. Luas keseluruhan kawasan wisata ini adalah 2.594 Ha, dengan rincian cagar Alam seluas 2.061 Ha dan Taman Wisata Alam scluas 533 Ha.

Batu Banama menjadi obyek wisata andalan karena selain menawarkan panorama alam yang indah juga bisa dikategorikan sebagai wisata budaya, karena pada lokasi areal wisata ini terdapat situs Kaharingan, Pura Agung Sali Paseban/Satya Dharma. Legenda mengenai cerita terjadinya Batu Banama itu sendiri bila dilihat dari samping bentuknya mirip seperti sebuah bahtera yang terdampar.


Di Kalimantan Tengah ini masih banyak tempat tampat wisata yang belom terjamah oleh manusia......begithu alami..............Maka dari itu marie  kita jaga kelestariannya...
Biar Nantinya anak cucu kita bisa menikmati juga bukan hanya mendengar ceritanya  kalau Bangsa Kita Kaya akan OBYEK WISATANYA......................???   
SELAMAT MENIKMATI KEINDAHAN OBYEK WISATA DI KALIMANTAN TENGAH..............***............(^_^)..............***

Senin, 14 Maret 2011

Pitutur Luhur ( Memayu Hayuning Pribadi )

Memayu Hayuning Pribadi ( Mencari jati Diri )
Sugeng sonten dulur, Sugeng pinangihan maleh kalian kulo Eeng Saputra  Admin  Orek Orek Dulur ...

Nuwon Sewu Kulo badhe ngaturaken salah sawijine Pitutur saking Leluhur kito engkang asli tiyang Jawi , Inggih meniko Bab : Memayu Hayuning Pribadi utawi ( MENCARI JATI DIRI )

Monggo dipun simak sareng sareng ;

engkang nomer  setunggal :
"dadi manungsa iku sing paling utama, aja sok ngendel-endelake samubarang kaluwihane.
Apa maneh mamerake kasugihan lan kapinterane. 
Yen anggone ngongasake diri mau mung winates ing lathi tanpa bukti, dhonge pakarti kaya mangkono iku yo bakal ngengon awak-e dadi salah sawijining manungsa kang ora aji.
Luwih prayoga turuten kae pralampitane tanduran pari. 

Pari kang mentes kuwi yo mesthi bakal tumelung, lha... kang ndhongak mracihnani yen pari kuwi kothong tanpa isi."

Engkang artosipon meniko: 
"jadi manusia itu yang paling utama, janganlah suka menonjol-nonjolkan segala macam kelebihannya, apalagi selalu memamerkan kekayaan dan kepandaiannya. 
Karena perbuatan seperti itu hanya akan membuat dirinya menjadi bahan ejekan orang lain dan dianggap gak penting.
Lebih baik ikutilah perilaku dari tumbuhan padi. Padi yang makin berisi itu pasti akan semakin merunduk, Sedangkan yg masih tegak itu justru menandakan bahwa padi tersebut gabuk/mandul atau kosong tanpa isi pada bulir-bulirnya.
Artinya, kita hidup itu harus selalu mengedepankan kesopanan dan juga santun terhadap orang lain, 

Selalu rendah hati dan jangan malah membangga-banggakan kelebihannya atau menunjukkan kesombongannya. Karena sebenarnya kesombongan itu hanyalah sebuah ambisi tentang bagaimana caranya agar kelebihan kita itu selalu dapat pengakuan dari orang lain."

 Engkang nomer kaleh :
'sarwa duweo rumangsa nanging ojo rumangsa sarwa duwe'.
Iku yen ditulis genah, katone pancen yo mung diwolak-walik wae, nanging surasane jebul kaya bumi karo langit.
Surasanane ukara kuwi yoiku, dadio manungsa kang tansah nduduhake watak kang kebak welas asih, wicaksana ing saben laku lan rumangsa dosa samangsa gawe kapitunane liyan.
Aja malah nuduhake watak ngedir-ngedirake, wengis satindak laku polahe. 

Yen nggayuh pepinginan ora melu laku dudu. Samubarang pakarti nistha ditrajang wani."

Engkang artosipon :
'miliki selalu perasaan tapi jangan suka merasa selalu memiliki (segala hal)'
Kalimat itu kalau ditulis memang jelas hanya di bolak-balik saja, akan tetapi sebenarnya keduanya memiliki makna yg sangat jauh berbeda ibaratkan langit dan bumi.
Makna kalimat itu kira-kira begini, jadilah manusia yg penuh dengan belas kasih, mengutamakan kebijaksanaan di setiap perilaku dan selalu merasa berdosa jika melakukan perbuatan yg membuat orang lain kecewa atau tersakiti.
Jangan malah memperlihatkan watak yg selalu menonjolkan, sifat bengis dalam segala perbuatannya. Jika ingin mencapai sebuah keinginan selalu mengunakan berbagai macam cara dan semua perbuatan yg tecela pun dilakukan demi untuk mendapatkan keinginannya."



Demikian tadi sedikit penjelasan makna tentang pitutur luhur dari nenek moyang saya yg asli orang Jawa.

Kumpulan cerita ( Bijak Andrie Wongso )


MITOS
Di dalam masyarakat terutama di negara berkembang, banyak sekali
masyarakatnya yang terjangkit penyakit mitos-mitos yang menyesatkan.
Di antara mitos itu adalah:
Mitos pendidikan, "Saya tidak bisa sukses karena pendidikan saya
rendah".
Mitos nasib, "Biar berjuang bagaimanapun, saya tidak mungkin sukses
karena nasib saya memang sudah begini dari sononya".
Mitos kesehatan, merasa diri tidak kuat secara fisik.
Mitos usia, "Ini pekerjaan untuk anak muda, saya terlalu tua untuk
pekerjaan ini".
Mitos gender, "Jelas aja bisa, dia kan perempuan sayakan pria" atau
sebaliknya.
Mitos shio, "dia shio macan memang bisa sukses, saya kan shio babi" dan
lain sebagainya. Dan penyakit mitos-mitos lainnya.
Jika mitos-mitos itu telah dijadikan pedoman hidup, maka nasib kita
akan sulit berubah. Sikap mental negatif seperti di atas, jelas merupakan
pengertian yang salah. Apalagi jika sudah masuk ke alam bawah sadar
kita, maka akan membawa dampak sangat negatif dalam kehidupan kita
secara menyeluruh. Membuat kita kalah dan gagal sebelum berjuang!!!
Dalam memasuki dunia bisnis, ada dua mitos yang berpengaruh paling
besar, yaitu masalah modal dan pendidikan. Saya justru tidak memiliki
keduanya saat memulai usaha dulu. Yang saya miliki hanyalah ide
membuat kartu kata-kata mutiara dan keberanian untuk mencoba. Saya
memiliki kemampuan kungfu, dan potensi diri itulah yang saya
manfaatkan. Saya mengajar kungfu secara privat untuk mendapatkan
modal awal. Jadi saya berangkat tanpa modal, tanpa uang, tanpa
pendidikan formal yang memadai, tapi mana yang mendahului usaha
saya? Ide! Dan keyakinan bahwa saya bisa sukses, saya berhak untuk
sukses! Dengan pemahaman itu, muncul keberanian untuk mencoba.

Dari penolakan-penolakan dan melalui proses perjuangan yang luar biasa
ulet, ulet, dan ulet, usaha itu baru bisa berkembang baik. Kegagalan dan
penolakan adalah konsekuensi dari setiap keputusan yang kita ambil.
Kita hanya punya dua pilihan, berhasil atau gagal. Kuncinya dalah
action dan mental yang positif. Sebab kedua pilihan itu bisa jadi "benar"
karena di balik setiap kegagalan terdapat proses pendidikan, sebuah
pelajaran untuk kita berbuat dan bertindak lebih bijak di kemudian hari.
Seperti kata-kata mutiara yang sering saya ucapkan: "Harga sebuah
kegagalan dan kesuksesan bukan dinilai dari hasil akhir, tetapi dari
proses perjuangannya". Jika itu disadari oleh semua orang, maka tidak
ada lagi yang namanya larut dalam frustasi, kecewa, depresi, apatis,
kehilangan motivasi, apalagi putus asa. TETAP MENJADI YANG
TERBAIK. Memang bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan.
Perlu motivasi yang kuat, komitmen pada tujuan, serta melewati proses
latihan dalam praktek kehidupan yang nyata. Sebagai manusia yang
mengerti, menyadari, dan dapat berpikir jernih, maka kita harus bisa dan
berani menentukan sikap dengan segenap tenaga, waktu, dan pikiran
untuk tetap mengembangkan diri semaksimal mungkin. Ilmu untuk
memelihara motivasi diri bisa dipelajari oleh siapa pun. Salah satu
latihan yang paling mudah untuk menguatkan diri sendiri adalah
melakukan self talk. Kita gali potensi-potensi positif dalam diri kita
dengan melakkukan dialog dengan diri kita sendiri. Yakinkan bahwa diri
kita memiliki kemampuan untuk sukses. Jika orang lain bisa sukses, kita
pun mempunyai hak untuk sukses sama seperti mereka. Keyakinan
kepada Tuhan, serta doa dan praktek dalam kehidupan ini merupakan
upaya yang mampu memberikan kekuatan motivasi diri yang luar biasa.
Sikap mental lain yan perlu kita pelihara adalah menyadari bahwa sukses
yang kita raih bukan hanya sekedar mengandalkan diri sendiri, selalu ada
andil orang lain di dalamnya. Rendah hati adalah kata kuncinya, tetapi
sebaliknya, tidak rendah diri pada saat mengalami kegagalan. Dengan
demikian tidak hanya semakin dewasa dalam mengarungi kehidupan ini,
yang pasti kualitas kehidupan kita akan semakin baik, semakin sukses,
yang pada akhirnya akan bermanfaat pula bagi orang lain.

Disadur dari www.andriewongso.com

LABA – LABA
Di suatu sore hari, tampak seorang pemuda tengah berada di sebuah
taman umum. Dari raut wajahnya tampak kesedihan, kekecewaan dan
frustasi yang menggantung disana. Dia sebentar berjalan dengan langkah
gontai dan kepala tertunduk lesu, sebentar terduduk dan menghela napas
panjang, kegiatan itu diulang berkali-kali seakan dia tidak tahu apa yang
hendak dilakukannya. Saat itu, tiba-tiba pandangan matanya terpaku
pada gerakan seekor laba-laba yang sedang membuat sarangnya diantara
ranting sebatang pohon tempat dia duduk sambil melamun. Dengan
perasaan iseng dan kesal diambilnya sebatang ranting dan segera sarang
laba-laba itupun menjadi korban kejengkelan dan keisengannya, dirusak
tanpa ampun. Perhatiannya teralih sementara untuk mengamati ulah si
laba-laba. Dalam hati dia ingin tahu, kira-kira Apa yang akan dikerjakan
laba-laba setelah sarangnya hancur oleh tangan isengnya? Apakah laba laba
akan lari terbirit-birit atau dia akan membuat kembali sarangnya di
tempat lain? Pertanyaan itu tidak membutuhkan jawaban untuk waktu
yang lama. Karena si laba-laba kembali ke tempatnya semula, mulai
mengulangi kegiatan yang sama, merayap-merajut-melompat, setiap
helai benang dipintalnya dari awal, semakin lama semakin lebar dan hampir menyelesaikan seluruh pembuatan sarang barunya.Setelah menyaksikan usaha si laba-laba yang sibuk bekerja lagi dengan semangat
penuh memperbaiki dan membuat sarang baru, kembali ranting si
pemuda beraksi dengan tujuan menghancurkan sarang tersebut untuk
kedua kalinya. Dengan perasaan puas dan ingin tahu, diamati ulah si laba-laba, apa gerangan yang akan dikerjakannya setelah pengrusakan
sarang kedua kalinya? Ternyata untuk ketiga kalinya, laba-laba mengulangi kegiatannya, kembali memulai dari awal dengan bersemangat merayap-merajut-melompat dengan setiap helai benang
yang dihasilkan dari tubuhnya, memintal membuat sarang sedikit demi
sedikit. Melihat dan mengamati ulah laba-laba, membangun sarang yang
telah hancur untuk ke tigakalinya, saat itulah si pemuda mendadak
sontak tersadarkan. Tidak peduli berapa kali sarang laba-laba dirusak dan dihancurkan, sebanyak itu pula laba-laba membangun sarangnya kembali. dengan giat bekerja tanpa mengenal lelah, Semangat binatang
kecil sungguh luar biasa!! Hal itu menimbulkan perasaan malu Si pemuda. Karena sesungguhnya, si pemuda berada di taman itu, dengan hati dan perasaan gundah karena dia baru saja mengalami satu kali kegagalan! Melihat semangat pantang menyerah laba-laba, dia pun berjanji dalam hati : Aku tidak pantas mengeluh dan putus asa karena telah mengalami satu kali kegagalan. Aku harus bangkit lagi ! berjuang dengan lebih giat dan siap memerangi setiap kegagalan yang menghadang, seperti semangat laba-laba kecil yang membangun
sarangnya kembali dari setiap kehancuran! Kegagalan bukan berarti kita harus menyerah apalagi putus asa, kegagalan itu berarti kita harus introspeksi diri dan berikhtiar lebih keras dari hari kemarin, selama kita
masih memiliki tujuan yang menggairahkan untuk di capai, tidak pantas kita patah semangat ditengah jalan, karena dalam kenyataannya , tidak ada sukses sejati yang tercipta tanpa melewati kegagalan. Jangan takut
gagal!


Disadur dari www.andriewongso.com

Minggu, 13 Maret 2011

TRAPAS-TRAPAS CATUR SASTI KAHANAN JATI

1. Kejaten iku elok, awig banget, jembar lan kabet tan kena ginayuh ing budi. Tanpa wates lan tanpa wangenan, tan kena kinaya ngapa.

2. Eloke maneh ing Kejaten ana kahanan kang sinebut Lahir lan Batin. Dene ing antaraning Lahir lan Batin iya iku kang den arani Kang Ora Kena Kinaya Ngapa dening menungsa.

3. Ora ana apa-apa, kang ana mung Ingsun, Ingsuning Ingsun, Kang Yasa Ingsun, iya iku Hyang Hana Tan Hana nanging pasti anane, tanpa kawitan tanpa pungkasan, jumeneng kalawan Pribadi, sabab karana sakabehing sabab, sangkan paraning dumadi.

4. Kejaten iku ora nandhang, ora kelepetan dening apa bae, tanpa arah lan tanpa prenah, nanging andhok ing sakbehing arah lan sakabehing prenah.

5. Kang ana ing Kejaten iku Ingsun, Ingsuning Ingsun, Kang Yasa Ingsun, iya iku Hyang Hana Tan Hana, Pribadi, Dhawak, AKU, Jumeneng lan Jejer ing sakabehing kadadeyan utawa sagung dumadi. Iya iku kang di puji-puji, di sembah-sembah, di gandrungi, di senengi, di bekteni dening sagung tumitah - alam saisine.

6. Patrape menungsa manjing ing Kejaten iku mung Sembah Hyang, lire pasrah iya iku masrahake jiwa raga pati uripe nyawa suksmane, pasrahe wis tan pasrah, iya iku MENENG. Dadi iya mung meneng thok iku patrape menungsa manjing ing Kejaten.

7. Manjinge menungsa marang Kejaten iku sarana nirmala, tegese sirna kamanungsane dening kuwating pangesthi kanthi tekad sawiji. Sasirnaning kamanungsane banjur kagentenan ing ananing Kejaten. Saka obah marang MENENG, saka cipta marang Kang Nyipta, saka kedadeyan marang Kang DADI, saka sulap marang Kasunyatan, saka warana marang Kang Yasa Warana, saka panggorohan marang Kejaten. Sanadyan satemene ora kena kaanggep manjing, sabab Kahanan jati ora kapanjingan/ora kawoworan, nanging SUCI MURNI TETEP LANGGENG ANANE. Dadi manjing iku iya mung dumunung ing gampanging tembung.

8. Ing Kejaten ora ana elor kidul, wetan kulan, ngisor dhuwur, ngarep mburi, kiwa tengen, iki iku ika, kene kono kana, mbiyen saiki mbesuk, kowe aku dheweke, tengah lan pinggir lan sapanunggalane.
9. Pangesthi marang Kejaten, rasa pangrasaning manungsa iku wewijanganing PRAMANA, iya iku uwiting cipta lan rasa kang kumambang ing PRIBADI, kaya kumambanging Cahya ana ing kawat kang mencorong.

Pramana binasakake Pengilon kang BENING tanpa tandhing tanpa upama, awit sipating Kejaten katon dening PRAMANA, kaya wong ngilo ndulu rupane dhewe. Pribadi (JATI) iku Blegere, wadhahing Pramana. Maligining Pramana saka lenyeping cipta lan rasa, nyataning Pribadi saka lenyeping PRAMANA. Lenyep gumantung ing : * HENENG *. Rumangsa gumantung ing : kuwating penganggep kanthi tekad. Ana gumantung ing : * Pangesthi *. Sirna gumantung ing : * Lali *. Yen kang kaesthi wadhage, mesthi ora nglegewa marang Kejatene, banjur Pribadi, Kejatene ora kaanggep ana, tegese ora rumangsa yen kumambang ing Pribadi. Dene yen kang kaesthi kanthi mestuti mung Kang Pribadi (JATI) temahan si wadhag lenyep utawa luluh ora karasa ing dalem cipta (lali) sing mung kari Jatine Pribadi sunyataning sunyata ing Rahsa Jati.

10. Poma den awas den eling, yen kang katon gumelar iku sejatine mung lan nembe ayang-ayangan kang ana ing sajeroning PANGILON-NE PRIBADI, dadi katut kalebu marang ayang-ayangan sajeroning Pangilon utawa PRAMANA, lali marang PANGILONE (PRAMANA) luwih-luwih marang Kang Ngilo. Sanadyan ananing ayang-ayangan gumantung marang Pangilon/Pramana sarta ananing Pangilon/Pramana gumantung ananing Pribadi. Yen kang kaesthi Pribadine, iya iku Jatine, salaline marang ananing wadhag/agal sing ana kari PRAMANA, weruh marang Pangilone, iku aran SARIRA PRAMANA. Semono uga kasumurupan yen mengku ayang-ayangan katon gumelar, mung bae ora ka-anggep wujud, awit tetela yen kang katon gumelar iku ciptaning Pribadi. Sateruse Sang Sarira Pramana isih wenang nggayuh k a s a m p u r n a n. Manawa pangesthine marang Kejaten kuwawa nyirnakake (Lali) Pengilon, kari Kejaten Kang Ana, iya iku Pribadi Kang Ngilo, semono uga ora bakal kesamaran yen wis mengku Pengilone dalah ayang-ayangane kang katon gumelar. Mulane kena di arani werid, rungsid, alus, lembut-lembuting lembut.

11. Sanadyan mengkonowa kaya kang kapratelakake ing dhuwur iku, aja nganti kaliru ing panemu yen menungsa bisa nyatakake Kejaten, sebab satemene ora ana menungsa kang bisa nyatakake Kejaten, sejatine kang bisa nyatakake Kejaten iya KEJATEN, menungsane mung kaperbawan/kadayan bae saengga mahanani budidayane menungsa. Dadi mung PERBAWANE kang mahanani katemahaning sujanmi. Awit mungguh sanyatane kang aran wong iku ora ana. Sing peparab Soerjabrata, Koesoemoboedaja, iku satemene mung pangaran-aran bae, sarehne mung pangaran-aran lan sanyatane ora ana, la apa bisa mobah-mosik. Sing mobah-mosik mau mesthi SING ANA, dudu sing ora ana, dudu sing mung pangaran-aran, dudu sing kedadeyan, dudu sing daden-daden. Mula wis mesthi SING DADI. Iya iku ...................
12. Salugune sumuruping menungsa marang RASA JATI iku saka sirnaning panganggep marang anane dhirine, kongsi luluh woring salulut nunggal pasatowan ......... tanpa ........... sinedya. Mula angger nganggo sedya lan karep iku mung dadi tutup. Mangka saben niyat, karep, sedya iku mung tetep dadi awak-awak. Mula prayogane sing tata, titi, taliti telaten nganti atul merdika lan .................. meneng.

13. Ananing alam-alam lan makhluk kang maneka warna, kang kasar lan kang alus iku kabeh ciptaning Pangeran. Tegese yen Kahanan Jati ora nyipta dadi marang bumi, langit, lintang, rembulan lan planit-planit liyane, galaksi, jin, peri lan sapanungalane, wis mesthi kabeh mau ora bakal ana. Yen isih kacipta iya isih ana, mari kacipta iya mari anane.

14. Nyawaning manungsa iku pirang-pirang jinis, lan mahanani rasa pangrasa warna-warna, iku ciptan kabeh, kang kumambang ing rasa sejati, kayadene gambar kang ana ing pangangen-angen kumambang ing angen-angen.

15. Menungsa iku padha duwe daya dhewe-dhewe sarta padha nglungguhi alame dhewe-dhewe, awit saka iku manungsa padha bisa manjing ing alam rupa-rupa. Endi kang gedhe dayane iya iku kang narik, kuwawa narik jiwa-jiwa luhur utawa titah alus marang alame. Dadi kang cilik dayane iya banjur ketarik utawa korup, iya iku ora rinasa anane (kaling-kalingan).

16. Menungsa kang gedhe dayaning pikire, gampang banget manjing ing alam pikiran, banjur daya dinaya karo titah kang nganggo badan pikir. Yen kang gedhe dayaning budine, gelis banget bisane lumebu marang alam budi, mangkono lan sakpiturute.

Kang mengkono mau wujudake titah kang beda-beda badane, dhewe-dhewe alame sarta tundha-tundha martabate, ana kang sinebut manungsa, jin peri, kewan, gandarwa, brekasakan lan ana sing luwih luhur maneh, luwih alus maneh martabate. Ananing makhluk utawa titah maneka warna mau becike ora di anggep anane, awit andhakane keliru surup, luput ing panyakrabawane. Kajaba saka iku mungguhing Kajaten, kabeh mau dudu wujud, mung wujudan utawa kedadeyan utawa daden-daden. Becike menungsa ora percaya marang kahanan kang ora sejati, suprihe aja kongsi dadi gagasan, ngreregedi lan ngreridhu.

17. Sadurunge manungsa nggayuh kasampurnan, wajibe nggayuh kasucen lan kawicaksnan luwih dhisik. Dene patrape ngurip-urip dayaning budi sarta ngilangi dayaning nafsu kang ala.

18. Urip, iku marga saka kereping kaempakake : Kendho utawa ora makarti amarga saka kuranging empan. Wondene mati saka ora di empakake dayane.
19. Saben tuwuh kekarepan, wewekaa sarana karasakake, apa saka dayaning budi, apa saka dayaning nafsu. Menawa saka dayaning nafsu, aja ditanggapi. Dene menawa tuwuh saka dayaning budi, sanadyan badan utawa awak-awak, liyane lumuh, prayogane di tanggapi, manawa bisa ajeg mangkono, suwening suwe budi kang gedhe dayane.

20. Angen-angen iku mengkoni karep, manuta pituduhing budi enggonen mranata nafsu suprihe mandhiri.

21. Sejatine menungsa iku padha nunggal kahanan jati Kang Jumeneng Pribadi, nanging rasa-pangrasane padha pisah-pisah. Dadi tetep nunggal Kang Mengku nanging kang kawengku pisah-pisah. Sarehne kang kawengku mau sejatine ora ana, dadi yen kang kaesthi mung SING MENGKU, dhirine SIRNA. MUNG KANG MENGKU KANG ANA. Dene yen kang kaesthi dhirine, kelangan KANG MENGKU, nanging salugune tela-tela, iya iku kang karan sulap.

22. Kang disebut Ingsun, Pribadi, Dhawak, utawa Aku,
Iya iku kang mengku marang rasa pangrasa,
Iya iku kang den arani Dat kang wajib anane,
Iya iku kang ora arah ora enggon, nanging saben enggon kaenggonan,
Iya iku Kang Lembut Tan Kena Jinumput, Gedhe ngemperi Jagad,
Iya iku Kang Tan Kena Kinaya Ngapa,
Iya iku Kang Langgeng Tanpa Kawitan Tanpa Wekasan,
Iya iku kang aran Kahanan Jati,
Iya iku Kang Tanpa Warna Tanpa Rupa nanging sakabehing Warna lan Rupa iya iku RUPANE,
Iya iku Kang Tanpa Timbangan Tanpa Lawanan,
Iya iku Kang di tresnani dhewe dening sagung dumadi,
Iya iku Kang binasakake KOMBANG MANGAJAP ING TAWANG,
Iya iku KANG AMONG JIWA,
Iya iku KANG NGECET LOMBOK,
Iya iku kang aran JATININGRAT,
Iya iku kang dumunung ing poking batin, kang mengku marang batine sakabehing titah,
Iya iku kang ora Kejaba kang ora Kejero,
Iya iku Tengahing Arah,
Iya iku kang nguripi siji-sijining nyawa kang sumandha ing badan,
Iya iku Kang Mangerani Alam saisine kabeh.

23. Sing sapa nggayuh kawaskithan utawa kaluwihan, mangka ing batine dhemen marang pepandhingan dhiri, dening anggone waskitha utawa duwe kaluwihan, sanadyan tetesa, iya isih dadi tetimbanganing dhiri, amarga kahilangan Pribadine, dening korup ing dhirine. Kang mengkono mau awit angesthi marang adeging dhiri, ora ngesthi marang Kang Jumeneng Pribadi ; samangsa ngesthi jumeneng Pribadi mangsa gelema ngengkoki marang sawijining dhiri, awit Pribadi iku jatine sakehing dhiri-dhiri, mula uga sinebut Sang Maha Dhiri, saengga dhiri-dhiri iku ora pisah amarga kawengku ing Sang Maha Dhiri kang tan pilih asih, jalaran Tanpa Timbangan Tanpa Wangenan.

24. Sarupaning titah iku wajibe ngluhurake PRIBADI kang mengku marang rasa pangrasane. Iya pribadi iku kang di senengi dhewe dening sarupaning makhluk, di tresnani dhewe, di puji-puji sarta di sembah-sembah dening sagung dumadi.

25. Akeh-akehe makhluk padha ora awas marang Pribadine, wekasan kaliru ing penganggep, iya iku, dhirine di sengguh Pribadi, amarga pancen angel mbedakake dhiri karo Pribadi iku.

26. Kang aran Aku iku dudu badan, dudu rasa, dudu angen-angen, dudu budi, dudu nyawa. Badan, rasa, angen-angen, budi, nyawa iku kabeh pirantine wadhaging alam kang kawengku ing Aku, dadi Aku iku wengkune.

27. Rasa-rasaning manungsa iku ora kena di anggo nyatakake wengku mau, mula wajib-wajibing wajib nyawa-nyawa mung SUMUNGKEM, gumulung lenyep utawa luluh ing poking batin, semono uga sakabehing rasa-pangrasa mung kudu gumulung marang poking batin, mengkono iku wajibing nyawa.

28. Nyawa kang lagi lumaku saka lahir marang batin, ora kena ora, rasa kang sumebar ing saranduning badan sangsaya kukud, sangsaya santosa mariku, sangsaya akeh rasa kang kukud, lire sangsaya ngedohi kelahiran nyedhaki marang b a t i n . Bisane santosa ora liya jalaran saka kerep kaempakake dayane ginawa lumaku saka lahir marang batin, iya iku SEMBAH HYANG.

29. Lakuning nyawa saka lahir marang batin mau menawa lestari ajeg, tegese tata titi teliti telaten nganti atul, saya suwe saya mayar, awit tinulungan dening dayane Kejaten jinurung ing PRIBADI, wekasan nyawa ora migunakake dayane babar pisan, mung maligi dayaning Kejaten.

30. Nalika rasa pangrasa durung nirmala, iya rasa pangrasa iku kang disengguh pribadi dening rasa pangrasa, tegese si rasa pangrasa ngaku-aku supaya di anggep : AKU. Dadi cetha menawa rasa pangrasaning manungsa iku tetela pancen ora bisa weruh marang Kang Mengku. Anggone ngrasa jebule malah ngaling-alingi dadi tutup.

31. Menungsa bisa weruh marang Kang Mengku, ora liya kejaba yen ora ngrasa, iya iku rasa pangrasa bali marang Kang Mengku ( Pribadi = Rasa Sejati).

32. Menawa menungsa wis ora kaling-kalingan dayaning rasa pangrasa, mung Pribadi kang ana, ing kono lagi weruh DHEWEKE, iya iku Kang Darbe rasa pangrasa.

33. Menungsa nuju poking batine dhewe, salugune menungsa mau ngener marang batine menungsa sa-Jagad, awit poking batine sok-uwonga iku iya poking batine titah kabeh.

34. Satekane menungsa ing poking batine, si menungsane wis ora ana, tegese luluh marang Pribadine, mula banjur kagentenan anane Pribadi, kang nalika iku nembe mengku marang batine sakabehing dumadi. ( Awas, tembung nembe tumrape Kejaten ora wiwitan ora wekasan ).

35. Sayektine ora ana nyawa madeg dhewe, mesthi gumantung ing Kejaten, semono uga Kejaten uga ora bisa tinggal nyawa, karo-karone tetep tinetepan, lebu-linebu, nglimputi lan linimputan.

36. Sarehning Kejaten iku Wengkune sakabehing nyawa, mula kowe ora susah ngeling-eling bisane mengku marang alam, sungkema marang Pribadine bae. Menawa lakuning nyawa wis tumeka ing poking batine, wis mesthi mengku marang sakabehing nyawa.

37. Menawa angen-angenmu pinuju meneb, karana nafsumu panuju lerem sarta ora tuwuh osikmu kang mangro mertelu, ngemungna osik sawiji kang mulya, iya iku osik kang lerege mung tumuju marang Kajaten, kang kaya mengkono iku tegese kowe wis ndungkap tumeka alam budimu, angen-angenmu karasa wening lan padhang.

38. Yen kowe temen nggayuh kasunyatan, aja ngendel-endelake gurumu, ngelmu utawa layang, nanging pulasaranen dhirimu kanthi mesu brata tansah mahas ing asepi, tegese tansah ajeg sembahhyang kanthi tarakbrata lan tapabrata, laku ngurang-urangi lan laku suci nyucekake ati. Guru minangka panuntun kang ndunung-ndunungake.

39. Tipising hawa nafsu kanthi kandel kumadeling kapercayan marang ora ananing apa-apa saliyane Pangeran Kang Ginusti, iku ngedohake godha rencana, cepak karahayone tumrap saiki apadene mbesuk.

40. Swarga neraka iku yasaning ati, awit saka iku tapabrata utawa laku suci mbenerake lang ngresiki ati aja nganti kelepaetan dening apa bae, iku banget perlune.

41. Aja nganti kabotan katresnan marang samubarang daden-daden, nanging : TRESNAA marang SING DADI, tanpa gething marang kang daden-daden, sabab ing kono ana ...... SING DADI.

42. Kang di arani daden-daden iku mangkene : Sak durunge Soerjabrata iku ana, kang ana jatine utawa pribadine si Soerjabrata. Sababe durung ana awit jati mau durung Nyoerjabrata, bareng jati mau Nyoerjabrata, pa Nyoerjabratane mau mujudake daden-daden kang di parabi si Soerjabrata. La suwene ana enggone Kasoerjabratan mau mung sajerone wektu kalane JATI isih Nyoerjabrata. Menawa jati leren enggone Nyoerjabrata, daden-daden kang di parabi Soerjabrata mau ........ora.....ana.

43. Menungsa saya pinter lan bisa nyilah-nyilahake dhiri lan Pribadi, saya suda watake kang kumudu-kudu ngluhurake dhirine, amarga banjur maligi ngengkoki JATINE sakehing dhiri. Kang mangkono mau gedhe banget dayane, kuwawa nyirnakake wewatekan lan kelakuan kang ala ganti marang watak lan kelakuan kang becik iya iku : SABAR, WELAS ASIH, SUMELEH, LILA LEGAWA, AYEM, TENTREM, NARIMA, MOMONG, MOMOT, KAMOT lan sapiturute, wasana BUDINE WENING.

Mula kena sinebut sadurunge sarira bathara wus ngrasakake RASA MULYA, nikmat mupangate ngungkuli wong luhur lan sugih. Piweling, poma di poma, becike kowe aja pegat eling lan tansah ngesthi Pribadi Kang Ana. Dene dhiri iku sipate Pribadi.

44. Kang di arani Nyawa iku uriping Rasa, wondene kang diarani Rasa iku pertandaning Nyawa. Lire : mulane bisa ngrasa amarga urip, tandhaning urip buktine bisa ngrasa.

45. Nyawa iku diyan cahyaning Suksma iya iku sipating Kejaten.

46. Dene rasaning menungsa iku ana telung golongan, iya iku :
1. Rasa, rasaning badan wadhag.
2. Rasa, rasaning ati.
3. Rasa, rasaning engetan.

47. Dadi menungsa iku mengku URIP tetelu, iya iku :
1. Nyawaning badan, lumrahe mung di arani : RASA.
2. Nyawaning ati, lumrahe mung di arani : ATI.
3. Nyawaning engetan, lumrahe mung di arani : BUDI.

48. Mula adeging menungsa iku wor luluh saluluting rasa tetelu : Budi, Ati, Rasa.
Rasa kang dadi manggalaning urip ing ngalam donya.
49. Budi, Ati, Rasa, sanadyan mengkonowa padha urip ing alame dhewe-dhewe :
1. Alaming Budi di arani GURULOKA.
2. Alaming Ati di arani HENDRALOKA.
3. Alaming Rasa di arani JANALOKA.

50. Budi palenggahane ing mustaka, telenge ing dimak utawa uteg.
Ati palenggahane ing dhadha, telenge ing Jantung.
Rasa palenggahane ing badan sekojur, telenge ing Konthol/padonan.

51. Menungsa urip ing alam donya iku sejatine kang dumunung ing alam donya mung badan wadhage, iya iku uriping rasa badan kang wadhag. Dene atine ora melu neng alam donya, dheweke tansah urip ana ing Hendraloka. Wondene budine tansah urip ana ing Guruloka. Kauripan tetelu dadi siji nanging ora gepok senggol. ELOK.

52. Mumpung kowe isih urip ana ing ngalam donya prayoga lan becike padha ngudiya weninging budi dimen slira wicaksana. Sabanjure padha nggayuha kasampurnaning urip tumuju marang kamardikaning kejaten.

53. Patrape ngudi weninging budi tumuju mring kawicaksanan :
1. Manut marang budine, awit budi iku mesthi benere.
2. Uriping ati ora di empakake dimene turu.
3. Uriping rasa uga ora di empakake dimene lerem.
Urip, amarga dayane kerep lan ajeg di empakake. Turu lan lerem/menep awit dayane ora tahu utawa babar pisan ora diempakake. Sanadyan uriping ati lan rasa turu lan lerem, sejatine sayaning uripe ora ilang apa maneh mati, mung ngalih enggon bae banjur nguripi budi. Tundone dayaning budi dadi gedhe, mulane budine PADHANG, nuli wicaksana. Turuning ati lan rasa manjing ing alam lerem, mulane banjur tentrem lan ayem.

54. Menawa kang gedhe uriping rasa, menungsa korup ing rasa, banjur rumangsa ana ing Janaloka. Adate nafsune iya dadi gedhe, banjur dhemen banget saresmi lan liya-liyane.

55. Dene yen kang gedhe uriping atine, menungsa banjur korup ing ati, nuli rumangsa ana ing Hendraloka. Atine dadi landhep, malah sok-sok kelandhepen.

56. Wondene menawa kang gedhe uriping budi, menungsa banjur korup ing budi, nuli manjing ing alam budi, tansah rumangsa ing Guruloka, aran SARIRA BATHARA. Yen wis Sarira Bathara banjur wicaksana, dalan marang kasampurnan.

57. Bisane mangkono, mung kudu kanthi tekad kang bener marang Kahanan Jati, iku gedhe banget dayane, jalaran tekad kang bener marang Kahanan Jati iku mahanani kandel piandeling patrap :

1. Nyirnakake anggep kumingsun, gumedhe, kuminter, gumisa, kumawasa, kemethak, kumenthus lan sapanunggalane. Menungsa kang bener mungguhing panganggepe marang Kahanan Jati, lakune satindak lan ujare sakecap tansah katitik saka ing pasemon yen sepi saka ing pamrih, tegese sepi saka ing panganggep mitongtonake dhiri, jalaran rumangsa yen dheweke lan kabeh mau dudu kahanan kang sejati lan bakale mesthi sirna.
2. Nyirnakake watak melikan, penginan, sugih pekareman lan sapanunggalane, kasurung dening rasa rumangsa menawa donya iki luwih dening sepele tur mung sedhela, awit pancen dudu Kahanan Jati. Dheweke Kang Sejati, Langgeng ana ing alam langgeng lan kasukcen, ora butuh apa-apa.
3. Nyirnakake watak gethingan, dahwen, panasten, atiopen, murinan, sugih duka lan sapanunggalane, karana rumangsa yen dhirine padha karo dhiri-dhiri liyane, sarta maneh kabeh mau dudu Kahanan Jati.
4. Nyirnakake watak kagetan, gumuman, gimiran, samaran, uwas, sumelang, ngresulan lan sapanunggalane, ait saka kandel piandele yen DHEWEKE KANG SEJATI iku ora ika iku, kabeh penggwe saka dheweke anggone nindakake wet/hukum/waton, adil marang sakabehing sipate. Kajaba saka iku ing donya iki ora ana kang langgeng kajaba mung DHEWEKE KANG SEJATI.
5. Nyirnakake watak dhemen goroh, clemer, colong jupuk, apus krama lan sapanunggalane, karana saka rumangsa menawa goroh, clemer, colong jupuk, apus krama lan sapiturute mau agawe GROWAHING ATINE dhewe, sarta maneh tuwuhe mung saka pamrih kang banget anggone sepele.
6. Nyarirani watak lembah manah, welas asih narima, ayem, tentrem, sabar, sumeleh, lila-lila legawa, temen lan setya tuhu marang sapadha-padha, lan sapanunggalane, jalaran weruh rumangsa lan mangerti yen wong liya iku iya padha awake dhewe ; Kabeh wong sipate dhewe, kabeh rasa : rasane dhewe, apa maneh dhirine iku dudu SANG MAHA DHIRI KANG BENER ING BENER.

Kang kasebut ing siji tekan nenem ing dhuwur iku, dayane mbeningake BUDI, beninging budi ndadekake AWAS marang dalan kang tumuju marang kawicaksanan, kawicaksanan dadi dalan marang kasampurnan.

58. Cekake menungsa nggayuh marang padhanging budi : kudu mbirat reregeding ati. Patrape ambirat reregeding ati, mung kudu padhanging budi. Karo-karone kudu tumindak bareng.

59. Dadi nggayuh pepadhang kanthi ambirat reregeding ati : kudu bener panganggape mungguhing KEJATEN. Wondene bisane bener panganggepe mungguhing Kejaten, saranane iya kudu ambirat reregeding ati kanthi madhangake BUDI. Karo-karone tetep-tinetepan kaya lakuning Kreta lan Rodhane, suwe-suwe rodhane mubeng dhewe.

60. Menungsa ngarani, mung oleh : ARAN. Menungsa nyipati, mung oleh : SIPAT. Menungsa ngrasakake, mung oleh : RASA. Aran, rasa, apadene sipat iku dudu DAD (Kejaten), dadi : Dad iku ora kena di arani, ora kena di rasakake, lan ora kena disipati, cekake : ............ CEP tan kena kinecap, tan kena cinakrabawa, tan kena kinaya ngapa. Kenane mung di nyatakake nganggo kejaten, tegese nganggo gaibing rasa utawa RAGA SUKSMA.

61. Ana iku gumantung ing pangesthi, sirna gumantung ing lali, awit saka iku menungsa kudu duwe penganggep marang : ora ananing apa-apa kajaba mung DAD (JATI), kamangka DAD ora kena cinakrabawa, ora kena kinaya ngapa. Semono werid, rungsid, alus, eloke, lembut lembuting lembut.......................

62. Kang den arani penganggep iku satemene PIANDEL, tegese penganggep utawa piandel iku : adheping rasa pangrasa marang poking batin, lire rasa-pangrasaning menungsa ora nyakrabawa apa-apa, anane mung madhep mantep marang batin lan lumaku saka lahir tumuju marang pusering batin, batining batin, Sing Yasa Batin. Iya lakuning batin mau kang di arani TEKAD...... ( LENG ) ...... Yen rasa wis tekan ing pungkas-pungkasing batin, ing kono Rasa lagi bali marang Gaibe. Supaya lakuning rasa-pangrasa ora menggak-menggok : saranane rambatan talining urip, kang anggandheng uriping dumadi lan urip kang langgeng ............ (napas)............ kanthi atul. Uga bisa mateg Sastragunatalikrama ................ kramaning ngaurip. Iku mau minangka pandom utawa r a m b a t a n e. Menawa lestari lakune lan kukuh anggone cekelan wateg mau, padha sakala sirna ayang-ayangan sajroning pangilon, kari pangilone kang ana. Yen wis weruh pengilon sepisan wae, sabanjure iya pengilon iku kang tinuju. Wekas-wekasane nuju marang KANG NGILO.

63. Lumaku saka lahir marang batin iku ora nanggapi sarupaning kang katon gumelar utawa kang karasa ing jagad gumelar apadene ing jagad alus, ora nggagas, ora mikir ora ngrasakake lan ora keturon, pokoke ora nanggapi sawiji-wiji, anane mung ELING tanpa pedhot marang lakuning napas kanthi sastragunatalikrama.

64. Kang den arani Sastragunatalikrama iku puji-pujian minangka talining rasa eling marang Panjenengan dalem Gusti Ingkang Maha Tunggal.

Mangkene unine :
Manut lebu wetuning napas : menawa napas lumebu, ing batin muni = HU ......
HU iku tegese HURIP PALENGGAHANE HYANG KANG TANPA WANGENAN, iya iku Ingkang Murba misesa Jagad Traya sa-isine kabeh, sing di pundhi-pindhi, sing di tresnani dhewe dening sagung dumadi, Kang Among Jiwa, Kang Ngecet lombok, iya Jatiningrat kang binasakake Kombang Mangajap Ing Tawang, Ingkang Yasa Gesang ......... lan sapiturute.
Dene menawa napas metu, ing batin muni : YA ........ tegese SAHIYA. Lire mungguhing menungsa mung kudu tansah MESTUTI marang PANJENENGANE, mestuti marang GUSTI PANGERAN INGKANG MAHA YEKTI.
Mungguhing Panjenengan dalem Gusti Ingkang Maha Kuwasa kabeh-kabeh wis ginelar sarwa hiya, gumantung menungsane anggone tansah ajeg marsudi kanthi sembahhyang ajeg.
Sembahhyang iku sawijining pratrap kajiwan lungguhing kasuksman, menungsane munjuk marang PANJENENGAN KANG YASA........ Tanpa karana ....... : ”Dhuh Gusti kula sumanggakaken jiwa raga, pejah gesang, nyawa sukma lan sedaya tanggel jawab kula, kula sampun rumaos lepat, klinta-klintu, tanpa daya lan mboten saged punapa-punapa. Inggih namung paduka Gusti piyambak ingkang wajib kula sembah, awit kula mangertos lan pitados bilih paduka gusti Maha Kuwaos, Maha Luhur, Maha Mulya................”
Patrape kanthi lungguh sila merdika, salira sarwa logro.
Papane sing resik, sandhang menganggone sing resik, jiwane sing resik, keblate ngener poking ati. Wektu suwening Sembahhyang manut kekuwatan lan kahananing swasana.



(sumber : Kitab Wawasan Pandam Pandoming Gesang Wewarah Adiluhung Para Leluhur Nuswantara Ngudi Kasampurnan Nggayuh Kamardikan)

BUTIR-BUTIR PITUTUR LUHUR

 

PERSATUAN

1. Eling Terhadap orang tua, Bapak,Ibu, Guru, Pemerintah, Bangsa dan Negara;
Makna Eling Terhadap orang tua, Bapak,Ibu, Guru, Pemerintah, Bangsa dan Negara adalah dalam menjalani hidupnya, manusia harus selalu menepati akan tugas-tugasnya dalam hidup, yang dinamakan Roso Eling. Rasa Eling ini ditujukan kepada orang tua, bapak,ibu,guru, pemerintah, bangsa dan Negara sabagai satu totalitas. Keharusan adanya Rasa Eling ini, mengingat manusia mempunyai ciri yang sama yaitu; orangnya sama, hidupnya sama, batinnya sama, rasanya sama, dan kerjanya sama. Apabila setiap manusia memahami lima cirri tersebut, maka secara tidak langsung dapat menciptakan hidup rukun, damai, dan tenteram, baik itu bagi pribadinya, keluarga, masyarakat, bahkan bagi bangsa dan Negara.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku sadar menjalankan secara loyal segala petuah orang tua dan bapak ibu guru, dan segala tata yang ditetapkan oleh pemerintah, bangsa dan Negara.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan orang tua, bapak ibu guru, pemerintah, bangsa dan Negara.


2. Jangan Bertengkar atau Berselisih;
Makna Jangan Bertengkar atau Berselisih adalah kesadaran dan keyakinan bahwa setiap manusia hendaknya dapat menciptakan suasana hidup rukun satu sama lain.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku selalu menghormati, menghargai, bersahabat, bersaudara, dan mencinta kasih sayangi sesame manusia, mewujudkan kehidupan dan penghidupan yang rukun dan damai.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan orang lain.

3. Memayu Hayuning Bawana, Sepi Ing pamrih Rame Ing Gawe;
Makna Memayu Hayuning Bawana, Sepi Ing pamrih Rame Ing Gawe adalah mewujudkan dunia yang selamat, sejahtera, dan bahagia, manusia bekerja tidak lagi didorong oleh kepentinganku, tetapi sepenuhnya didorong olej kepentingan kita, dimana kerja manusia dilakukan sepenuhnya untuk mewujudkan rasa sejahtera bersama, yang di dalamnya rasa sejahtera diri telah sepenuhnya tercakup.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku aktif berbuat kebaikan kepada siapapun dan apapun, termasuk didalamnya membangun dan memelihara lingkungan hidup yang sejat, asri, ondah, dan lestari, sehingga menjadi sumber daya alam yang selalu mamp[u meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan dirinya, orang lain, dan masyarakat.


4. Memayu Hayuning Pribadi, Memayu Hayuning Kulawarga, Memayu Hayuning
Sesama, Lan Memayu Hayuning Bawana ;
Makna Memayu Hayuning Pribadi, Memayu Hayuning Kulawarga, Memayu Hayuning Sesama, Lan Memayu Hayuning Bawana adalah mewujudkan keadaan selamat, sejahtera, dan bahagia bagi diri sendiri, keluarga, sesame, dan dunia sebagai satu totalitas yang sinergik dan harmonis.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku menjalani kehidupan dan penghidupan praktis sehari-hari dengan sungguh-sungguh, dilambari ras ikhlas, jujur, penuh rasa cinta kasih saying kepada siapapun termasuk didalam anggota keluarga dan orang lain dan apapun, serta aktif pula membangun dan memelihara lingkungan hidup yang sehat, asri, indah, dan lestari, sehingga menjadi sumber daya alam yang selalu mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri ,keluarga, orang lain atau masyarakat dan Negara bahkan dunia.

5. Memayu Hayuning Titah Lan Praja ;
Makna Memayu Hayuning Titah Lan Praja adalah mewujudkan keadaan rakyat dan Negara yang selamat, sejahtera, dan bahagia.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku menhormati, menghargai, bersahabat, bersaudara, mematuhi dan mentaati norma-norma yang berlaku sehingga tercipta kerukunan hidup yang damai, bahagia, dan sejahtera.

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri ,keluarga, Rakyat dan Negara.


6. Ora Nerak Angger-Anggering Nagoro ;
Makna Ora Nerak Angger-Anggering Nagoro adalah tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang ditetapkan Negara.

Makna tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku loyal terhadap peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Negara

Sikap dan Perilaku Tersebut diterapkan dalam hubungan seseorang dengan Negara.

Dihimpun Oleh : KRT. Priyohadinagoro