Pages

Senin, 31 Januari 2011

PETENGING WENGI



 

sumribit angin ngelus langit sore
manuk sriti bali ing pucuking cemara
nganti tekaning wengi sing nyenyet
gawang-gawang katon pasuryanmu

gawe tambah kekesing angin sore
tumlawung rasa kang ngulandara
wengi bakal tumeka maneh
bareng karo wewayanganmu
kang bakal ngebaki impen petenging wengi

lumaku turut petenging lurung
bakal gawang-gawang campur mega-mega
apa kudu tak buwang bareng karo lumingsiring wengi ?



 

PITAKON JUJUR

Wegah meruhi cinathet ala dening malaekat
Mara enggal mingkema
Ati kang tansah goreh misuh-misuh lirih
Senajan nyuwara jujur kaya satemene wewayangan
Kriyip-kriyip sulap kena landhepe cahya lantip
Aweh pepadhang marang sadhengah roh
Ngakoni bodho mangerteni sarwa ghaib

Nanging apa ing pepeteng kuwi
Kaendahan diparingake minangka pacoban
Tumrap kekarepanku mbebudi
Misahake bener lan luput  ?












LELAYARAN ING KATRESNAN




kamangka sliramu
wis ngentirake gegayuhanku
mbaka sithik
tumekaning gisik
lelayaran ing katresnan
nyabrangi reribed sadhengah wayah
wani nglangkahi telenging pepeteng
tanpa maelu sakabehing gubrah
yagene praumu durung miwiti
anggone nglari nakodaning ati
sawise kelakon nggayuh sunare pituduh
madhangi katresnan iki tumekaning subuh





Sing Tak Kangeni

 

 
 
 
Pating kricik suwara gerimis..
Banyu tumiba marang bumi 
Nalika wanci bengi..
Ngrasakno ati iki koyo diiris..
Nalika Eling marang sing tak kangeni..

Adem rasaning raga iki..
Nalika kena semribiting angin ..
Senajan adoh panggonanmu saiki..
Nanging pikiran iki tetep Eling
 
 
 

SEMBURAT LEMBAYUNG


 
Lembayung senja menghampar di langit..
Pada semburat-semburat merahnya aku selipkan..
bisik rindu pada hati yang jauh dariku
Aku lukiskan padanya remah-remah pilu
aku torehkan dengan warna biru..
Kenapa biru, sedangkan langit berwarna merah..
karena pada biru aku temukan tenang hati ku
Sedangkan pada merah aku taruh tangisku

Sayang..hanya padamu aku menaruh harap
meskipun mungkin ragumu tiada berujung
yakinlah akan kepak sayapku yang akan membawamu terbang
melindungimu dari panas dan hujan
memberimu hangat di malam hari
dan biarkan aku hinggap di hatimu

Aku mungkin tak bisa berikan kamu bunga
Aku juga tak bisa buatkan kamu lagu..
Tapi percayalah kamu adalah bunga dalam hatiku..
yang mekar merebak harum begitu warna warni
dan percayalah kamu adalah lagu hatiku
yang terdengar dalam sepi maupun ramaiku
begitu merdu mengalun indah dalam relung-relung hatiku

Sayang…
Adakah kau dengar degup jantungku
yang kupacu saat kau hadir menari-nari dalam tidur dan mimpi-mimpiku
memenuhi rongga dadaku
hingga terasa sesak nafasku..
Adakah kau dengar gemeretak gigi-gigiku
saat dingin yang mendekapku begitu erat
karena kau jauh dariku
membiarkan hari-hariku terlewat begitu saja
dengan sepi yang menusuk-nusuk sumsung tulangku..


MADIUN    31  01  2011

 

RINDU INI TAK PERNAH USAI



Bentangan laut
Bentangan langit
Milikmu dua cermin saling bersipandang
Lautmu muara alir air sungaiku
Langitmu sumber bara api tungkuku

Adalah laut
Adalah langit
Adalah cermin tempat berkaca
Kemana dan bagaimana aku melangkah

Sampai pula di dataran ini
Ingin kudengar sajakmu
Sampai pula di hati ini
Gelombang nafas cintamu

Terpelanting pula di ranjang ini
Raung dan pekik nafsumu pada tubuhku
Rubuh pula hati ini
Lantaran hasratku ingin mengadu kepadamu

Aku malu karena bentuk tubuhku
Tapi aku masih inginkan seribu sajak dan puisi darimu
Selaksa pekik dan sejuta gelombang
Merayu menyatu dalam genangan
Akan hasrat yang bakal kulacak

Begitu kau pulang ke kotamu
Hatiku mulai ditikam sepi
Seperti padang ilalang ditingkah angin
Pepucuknya bergoyang
Seperti pantai kota ditinggal nelayan
Ombaknya terpelanting

Lengkap sudah kesepianku
Lantaran terpelanting pula rinduku
Pada hangat tubuhmu dan harum nafasmu

Telah kutikam seribu mentari
Telah kutikam seribu bulan
Tak ada yang tersisa

Hari ini mentari dan bulan jadi santap siang dan malamku
Selagi hati ini haus belaian kasih sayangmu
Rinduku merentang berkepanjangan
Dan tak tahu kapan usai

Barangkali sampai senjanya
Atau ketika terbit fajarnya
Barangkali….



MADIUN   31  01  2011 

KANGEN


Senyum mu yg slalu ku ingat
wajah mu yg bulat
bibir mu yg mengoda

Dan rambut mu yg menawan

seakan slalu ku bawa ke mimpi

setiap hari
setiap detik
setiap ku berlari

ingin ku bertemu lagi

dengan kau kekasih
pujaan hati
idaman tiap lelaki

ku tahu kau juga merindu ku

menutup mata & menahan pilu
biarkan ku di sini dulu
tuk mencari sesuatu

Minggu, 30 Januari 2011

PUISI CINTA

Puisi Cinta 

Sambil nyeruput kopi panas kunikmati sepotong puisi buatan kamu
masih berasa hangat dan basah bekas ciuman di tiap hurupnya.

Puisi menjelma bunga ketika kupetik setangkai bait untuk kutanam di dada
menjelma cahaya ketika aku gelap memahami maknanya
menjelma getar ketika kunyanyikan sebagai rindu
menjelma bara ketika kusesap aroma nafasmu.

Di depanku kamu masih berdiri. Molek tubuhmu tak berhenti menatapku
Aduh kamu, betapa indah puisi yang kausimpan di sudut-sudut lekukmu.

Tatapan apakah yang kamu rahasiakan di matamu,
………………aku membaca tak habis-habisnya terkesima

Ciuman apakah yang kamu rahasiakan di bibirmu yang merah,
………………aku mengecup tak habis-habisnya gairah







Bisik apakah yang kamu rahasiakan di telingamu,
………………tak bosan-bosannya kudesahkan rayu

Debar apakah yang kamu rahasiakan di hatimu,
………………aku menerjemahkan sampai membuka-buka dada.
“Aku adalah puisi yang kamu tulis,” kamu tak berhenti menatapku.



Karya: Huda M Elmatsani