Apabila berbicara masalah pemimpin, yang tergambar dalam benak adalah seorang presiden, gubernur, pimpinan organisasi formal maupun non formal. Pemimpin ialah seseorang yang memimpin dan mengarahkan orang lain sehingga orang-orang yang masuk dalam institusinya akan mengikutinya. Adanya kerjasama antara pemimpin dengan yang dipimpin menjadi keniscayaan, sehingga pemimpin menjadi efektif.
Adanya partisipasi aktif segenap anggota institusi menunjukkan berjalannya kepemimpinan yang aktif. Hal ini perlu adanya langkah-langkah konkrit untuk mengaktifkan seluruh institusi. Maka timbullah apa yang disebut dengan pemimpin yang sukses atau timbullah pemimpin yang efektif.
Teori Kepemimpinan
1. Pengertian
Kepemimpinan merupakan suatu wacana publik yang sangat menarik untuk selalu dikaji dan dibahas dalam tataran ilmiah. Berbagai hasil penelitian tentang kepemimpinan telah banyak didapat yang secara teoritikal menjadi acuan ilmiah dan selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berorganisasi; baik dalam organisasi kenegaraan, politik, perusahaan, keagamaan, pendidikan dan bentuk organisasi lainnya.
Secara konseptual para ilmuan bervariasi dalam mendefinisikan kepemimpinan, baik pengertian kepemimpinan secara umum maupun pengertian kepemimpinan secara khusus pada organisasi tertentu, walaupun intinya merupakan suatu proses dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Diantara definisi kepemimpinan adalah sebagai berikut;
a. Kepemimpin secara umum
1. Menurut John D. Pfiffner & Robert Presthus,
“Leadership is the art of coordinating and motivating individuals and group to achieve desired ends.”
(Kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memotivasi individu-individu serta kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan)2. Menurut Martin J. Gannon,
“Leadership is the ability of a superior to influence the behavior of subordinates; one of the behavioral in organization.”
(Kepemimpinan adalah kemampuan seorang atasan mempengaruhi perilaku bawahannya; salah satu prilaku dalam organisasi).
Dengan demikian, maka inti dari pengertian kepemimpinan tersebut di atas bisa disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dalam proses mempengaruhi, mengkoordinasikan, menggerakkan segala komponen dalam suatu organisasi dalam upaya efektivitas dan efesiensi untuk pencapaian tujuan organisasi.
Teori Kepemimpinan
Secara teoritikal kepemimpinan, para pakar peneliti memiliki beberapa pandangan tentang pendekatan atau teori kepemimpinan. Gary Yukl dalam bukunya yang berjudul Leadership in Oraganization menjelaskan bahwa ada lima pendekatan (teori) kepemimpinan.
“Therefore, it is helpful to classify the theories and empirical research into the following five approaches: yaitu meliputi;
a. Trait approach, (pendekatan ciri/ sifat) bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat seorang pemimpin karena pembawaan atau keturunan. Pemimpin adalah dilahirkan bukan dibuat, artinya pemimpin adalah mewarisinya.
b. Behavior approach, (pendekatan perilaku) bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan. Pendekatan perilaku inilah yang selanjutnya melahirkan berbagai teori tentang tipe atau gaya kepemimpinan.
c. Power- influence approach () bahwa kekuasaan tidak hanya berada pada pimpinan saja tetapi juga berada pada anggotanya, sehingga efektivitas organisasi akan saling mempengaruhi antara pemimpin dan anggotanya.
d. Situational approach () bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi tidak hanya bergantung pada perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja. Tetapi juga faktor masalah yang berbeda, lingkungan, semangat dan watak bawahan, situasi yang semuanya berbeda, juga disebut pendekatan kontingensi (kemungkinan)
e. Integrative approach. () integrasi dari empat pendekatan sebelumnya yang meliputi pendekatan ciri, perilaku, pengaruh kekuasaan, dan situasional.
Tipologi Kepemimpinan
Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas; sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya, sehingga muncullah beberapa tipe kepemimpinan. Sondang P. Siagian membagi dengan 5 tipe kemimpinan:
a. Tipe kepemimpinan Otokratik; ia akan menonjolkan ke-akuannya dengan kurang menghargai anggota, berorientasi pada penyelesaian tugas, mengabaikan peranan anggota dalam pengambilan keputusan.
b. Tipe Kepemimpinan Paternalistik; kuatnya ikatan primordial, exented family system, kehidupan masyarakat yang komunalistik. Pemimpin berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan memberi petunjuk, dan anggota menerima segala tugas dengan penuh kepatuhan.
c. Tipe Kepemimpinan Kharismatik orang cenderung mengatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang memiliki “kekuatan ajaib” yang tidak mungkin dijelaskan secara ilmiah
d. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire; Ia memiliki sikap yang permisif yang memperlakukan anggota organisasi sebagai rekan sekerja, keberadaan dia karena adanya struktur dan hirarki organisasi.
e. Tipe kepemimpinan Demokratik. biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.
Kualifikasi Seorang Pemimpin Seorang pemimpin memiliki tanggungjawab penuh terhadap yang dipimpinnya. Disamping itu pemimpin sebagi sosok suri tauladan yang menjadi rujukan segenap anggotanya. Tentunya ia harus memiliki nilai lebih ketimbang anggota organisasinya. Kualitas yang dimiliki seorang pemimpin berupa kualifikasi yang mestinya harus dimiliki sesuai dengan situasi dan kondisinya. Sehubungan dengan kualifikasi tersebut ada beberapa pendapat dari ilmuan manajemen dan kepemimpinan.
Menurut Charles Bernard, kepemimpinan mempunyai dua aspek. ”Pertama, kelebihan individual teknik kepemimpinan, yaitu mempunyai kondisi fisik, keterampilan yang tinggi, menguasai teknologi, mempunyai persepsi yang tepat, pengetahuan luas, ingatan yang baik, imajinasi yang menyakinkan akan mampu memimpin bawahan. Kedua, kesunggulan pribadi dalam ketegasan, keuletan, kesadaran, dan keberhasilan. Adanya kelebihan individu saja dianggap belum cukup menjadikan seorang pemimpin yang baik, sehingga masih perlu pendukung aspek-aspek yang lain.
Menurut Bedjo Siswanto bahwa kualifikasi kepemimpinan meliputi hal-hal berikut;
1). Watak dan kepribadian terpuji.
2). Prakarsa yang tinggi.
3). Hasyrat melayani bawahan.
4). Sadar dan paham kondisi lingkungan.
5). Intenlegensi yang tinggi.
6). Berorientasi kemasa depan.
7). Sikap terbuka dan lugas.
8). Widiasuara yang efektif.Seorang pemimpin yang bisa memanej dan mengatur jalannya institusi tentunya harus memiliki kualifikasi yang baik. Kualifikasi tersebut sebagai merupakan upaya-upaya menjadikan pemimpin yang bisa mengemban tugasnya dengan baik, sehingga ia kan menjadi pemimpin yang efektif.
Pemimpin yang Efektif
Efektif kepemimpinan banyak bergantung pada beberapa variabel, seperti kultur organisasi, sifat dari tugas dan aktivitas kerja, dan nilai serta pengalaman dalam memimpin. ”Yang mempengaruhi efektifitas kepemimpinan mencakup kepribadian, pengalaman, masa lampau, dan harapan dari manajer yang bersangkutan; harapan dan perilaku bawahan; persyaratan tugas; kultur dan kebijakan organisasi; dan harapan serta perilaku rekan bekerja.”
Kepemimpinan yang sukses ataukah kepemimpinan yang efektif? Ada perbedaan signifikan antara pemimpin yang sukses dengan pemimpin yang efektif. ”kepemimpinan yang sukses berusaha bagaimana menguasai para bawahan secara individu maupun kelompok, sebaliknya kepemimpinan yang efektif melukiskan kondisi internal atau predisposisi bawahan secara individu atau kelompok, dan oleh karena itu sikap dan prilaku tersebut alamiah.
Kepemimpinan yang sukses bisa saja karena menggunakan kinerjanya secara struktural. Sedangkan pemimpin yang efektif ia bekerja secara humanisme walaupun tidak melalikan strukturalnya. Sehingga kepemimpinan yang efektif akan disenangi oleh para anggotanya, sedangkan pemimpin yang sukses belum tentu disenanginya. Dalam sebuah riset dihasilkan bahwa ”pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang anggota kelompoknya merasa bahwa kebutuhan mereka terpenuhi dan pemimpin sendiri merasa bahwa kebutuhannya juga telah terpuaskan.
Tentunya tidak serta merta hasil riset di atas dianggap paling benar adanya, namun adanya kombinasi antara hubungan struktural dan humanisme akan menghasilkan kepemimpinan yang lebih efektif.
Penutup
Kepemimpinan dalam sebuah institusi dianggap sukses atau efektif, tergantung dari sisi mana menilainya. Apabila dilihat dari aspek produktifitas, maka kesuksesan bisa dilihat dari apa yang telah dihasilkan. Jika nilai sukses dan efektif dilihat dari sisi kenyamanan dalam institusinya maka aspek humanisme menjadi keniscayaan, dan apabila kesuksesan di ukur dengan berjalannya organisasi sesuai rencana yang telah dibuat , maka kepemimpinan struktural menjadi pilihan yang tepat.
Dengan demikian nampaknya kepemimpinan yang diharapkan efektif ialah apabila dari beberapa aspek di atas menjadi langkah-langkah yang integral baik dari aspek humanisme, aspek struktural, dan produktifitasnya. Namun hal tersebut akan relatif lebih efektif lagi kalau segala tatanan tersebut semua mengarah kepada tatanan relegius, sehingga tujuan akhirnya hanya semata-mata karena Allah SWT.
(وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون). Wallahu A’lam.
(sumber : hefniy.wordpress.com)
0 comments:
Post a Comment